Penelitian terbaru: Mata merah bisa jadi gelaja Covid-19, jangan sering sentuh wajah!

Selain demam dan batuk, mata merah bisa menjadi salah satu gejala Covid-19. Ini penjelasan selengkapnya!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sebuah studi teranyar menyebutkan, mata merah bisa menjadi gejala Covid-19. Dari 38 pasien positif Covid-19, 12 di antaranya mengalami mata merah. Pada dua pasien lainnya, virus korona jenis terbaru juga ditemukan dalam cairan hidung dan mata mereka.

Artikel terkait: Hilangnya indera penciuman dan perasa bisa menjadi tanda Covid-19, ini penjelasannya

Studi tentang mata merah gejala Covid-19: virus bisa saja menginfeksi mata

Penelitian dilakukan oleh beberapa ilmuwan di China. Studi yang dipublikasikan di JAMA Ophthalmology tersebut menjelaskan, virus corona jenis SARS-CoV-2 dapat menyebabkan kondisi konjungtivis pada mata. Keadaan ini dapat terjadi pada kedua mata, atau pun bisa hanya pada salah satunya.

Konjungtivis sendiri ditandai oleh kondisi mata yang memerah. Pasalnya, hal tersebut terjadi akibat adanya pelebaran pembuluh darah pada selaput yang melapisi permukaan bola dan kelopak mata bagian dalam (konjungtiva).

Dr. Liang Liang dari departemen ophthalmologi di China Three Gorges University menjelaskan, partikel virus corona bisa saja ditemukan di dalam sekresi mata.

"Beberapa pasien Covid-19 memiliki gejala okular. Bisa jadi virus corona tersebut terdapat di area konjungtiva pasien," ungkap Liang seperti yang dilansir dari laman WebMD.

Liang juga melanjutkan, virus bisa saja menyebar jika seseorang menggosok mata yang terinfeksi kemudian menyentuh orang lain. Tidak hanya itu, semakin parah kondisi Covid-19 yang diderita, semakin besar kemungkinan ia akan mengalami mata merah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Karena hasil studi tersebut, para peneliti juga menganjurkan agar para tenaga medis yang menangani Covid-19 harus memakai kacamata pelindung, lengkap bersama alat pelindung diri (APD) lainnya.

Upaya pencegahan dini perlu dilakukan

Sementara itu, dokter spesialis mata Dr. Prachi Dua dari Manhattan Eye, Ear, and Throat Hospital menanggapi hasil penelitian tersebut. Ia menjelaskan, bahwa harus ada langkah pencegahan yang dilakukan terkait kondisi mata agar tidak terpapar Covid-19.

Prachi berharap agar masyarakat berhati-hati, tidak menyentuh area wajah terutama mata, hidung, dan mulut. Ia juga menyarankan agar orang bermata minus untuk menggunakan kacamata dan tidak memakai lensa kontak terlebih dulu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Meskipun mata merah ini merupakan gejala yang jarang muncul pada penderita Covid-19, tindakan pencegahan perlu dilakukan secara maksimal. Tenaga medis maupun pasien perlu paham bahwa kondisi ini bisa menjadi salah satu gejala dari infeksi virus," ungkap Prachi.

Ia juga melanjutkan, "Jadi, pasien dengan permasalahan mata ini juga perlu mendapat diagnosis dan pemeriksaan detail untuk mencari tahu apakah ada infeksi virus atau tidak. Hal ini dilakukan untuk mencegah transmisi atau penyebaran virus."

Tidak hanya kondisi mata merah, pasien juga tetap perlu memberikan keterangan apakah ada riwayat bepergian ke luar negeri atau kontak langsung dengan pasien positif Covid-19 untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Artikel terkait: Sakit gigi di tengah pandemi Covid-19? Ini hal yang perlu diperhatikan

Pemeriksaan mata rutin sebaiknya ditunda saat pandemi

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyataan Prachi juga senada dengan Dr. Alfred Sommer, profesor epidemiologi dan kesehatan di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Amerika.

"Ini membuat kita perlu lebih waspada lagi, terutama bagi mereka yang sering mengalami konjungtivitis atau mata merah. Kondisi tersebut mungkin saja menjadi sumber infeksi virus yang bisa ditularkan pada orang lain," papar Alfred.

Lebih lanjut, dokter Alferd juga menjelaskan, virus juga bisa saja menyebar melalui medium air mata penderita yang terpapar Covid-19. Atau, ketika pasien menggosok matanya sehingga virus dari mata menempel di tangan, dan kemudian virus menyebar ketika ia menyentuh orang lain.

"Ini juga bisa terjadi ketika dokter melakukan pemeriksaan pada mata pasien. Karenanya, pedoman American Academy of Ophthalmology kini merekomendasikan kegiatan pemeriksaan mata yang tidak mendesak, sebaiknya tidak dilakukan sementara waktu selama pandemi," jelas Alfred.

Penelitian lanjutan tetap perlu dilakukan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sementara itu, juru bicara klinis dari American Academy of Ophthalmology Dr. Sonal Tuli berpendapat sedikit berbeda. Ia mengatakan, mata merah belum cukup untuk mendeteksi seseorang terinfeksi Covid-19.

"Sebagian besar mata merah memang disebabkan virus, tetapi untuk mengetahui jenis virus tersebut terbilang sulit. Belum ada cukup data bahwa mata merah termasuk gejala Covid-19," ungkap Sonal.

Untuk mengetahui pasti jenis virus yang menginfeksi, dokter perlu menyeka konjungtiva dan menguji spesimen di laboratorium.

Artikel terkait: Mirip tapi tidak sama! Ini perbedaan gejala covid-19, flu, dan pilek

Mata merah sebagai gejala Covid-19 memang masih membutuhkan penelitian lanjutan. Namun, virus corona penyebab Covid-19 ini juga terbilang baru dan masih diteliti oleh banyak ilmuwan. Jadi, tidak ada salahnya kita tetap waspada terkait berbagai kemungkinan gejala, termasuk kondisi konjungtivitis atau meta marah ini.

Terapkan juga berbagai upaya pencegahan Covid-19 sesuai dengan arahan, ya, Parents. Jaga kebersihan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun, lakukan physical distancing, dan lakukan swakarantina selama sakit. Serta, jangan lupa untuk tidak menyentuh area wajah seperti mata, hidung, dan mulut agar tidak terinfeksi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

***

Referensi: WebMD

Baca juga:

id.theasianparent.com/mata-merah-pada-bayi