Tak ada satu orang pun yang membantah bahwa ASI merupakan nutrisi terbaik bagi anaknya. Oleh karenanya, saat mendapatkan masalah seperti puting yang terluka hingga mastitis pada ibu menyusui menjadi mimpi buruk bagi seorang ibu.
Ya, kondisi seperti ini memang menjadi beberapa faktor yang menyebabkan seorang ibu sulit untuk menyusui anaknya. Saat seorang ibu mengalami mastitis, terjadi peradangan pada jaringan payudara yang menyebabkan seorang ibu mengalami kesulitan memberikan ASI karena payudara yang terasa sakit.
Kondisi mastitis pada ibu menyusui tidak jarang akan menyulitkan pemberikan ASI secara langsung. Selain itu, mastitis juga bisa berisiko membuat bayi menonolak untuk mendapatkan ASI.
Mastitis pada ibu menyusui tak menghentikan niat ibu ini untuk tetap menyusui bayinya
Seorang ibu asal Amerika Serikat, Summer Dawn Pointer yang berusia 22 tahun menjadi contoh kondisi mastitis pada ibu menyusui. Meskipun mastitis, namun Summer bersikukuh terus menyusui anaknya, meskipun ada tekanan medis yang menyarankan untuk berhenti menyusui.
Ibu muda ini melahirkan putranya, Knox, pada Mei 2017. Namun lima minggu kemudian, Summer menyadari bahwa payudara kanannya memiliki benjolan merah.
Setelah berkonsultasi dengan dokter, dia pun diagnosis mengalami mastitis. Seorang dokter menyarankannya untuk tidak menyusui anaknya dulu.
Namun, dia tetap bersikeras untuk tetap memberikan ASI meskipun telah diperingatkan. Ia bertekad untuk tetap menyusui sampai Knox berusia dua tahun.
“Saya berencana memberikan ASI untuk Knox setidaknya sampai ia berusia dua tahun atau lebih”, ujarnnya. Sumbber pun menambahkan bahwa dirinya hanya akan mengakhiri proses menyusui ketika anaknya memang sudah siap untuk menyapih dirinya sendiri.
Mastitis pada ibu menyusui, ini saran dokter pada Summer
Saat dokter mendiagnosis bahwa Summer mengalami mastitis, dokter meresepkan antibiotik. Nyatanya, obat-obatan itu tidak berfungsi dengan baik.
Kemudian, Summer pun akhirnya dirujuk ke ahli bedah payudara, yang bertujuan menyingkirkan abses yang menyakitkan di payudaranya.
Dokter bedah payudara menyarankan Summer untuk berhenti menyusui, “Tetapi saya menangis dan menangis… saya mengatakan kepadanya bahwa kami harus mencoba hal lain selain menghentikan operasi,” katanya.
Pembedahan abses memang akan berisiko membuat produksi ASI akan berkurang. Proses menyusui pun tidak bisa dilakukan sesering mungkin karena dikhawatirkan bisa menyebabkan terjadinya infeksi yang lebih buruk lagi.
Akhirnya, ahli bedah payudara memberinya resep antibiotik paling kuat. Summer bahkan mendapat dua resep antibiotik.
Namun, dengan segala risiko kesehatan dan saran dokter untuk berhenti menyusui, Summer justru memilih untuk menyusui anaknya, bahkan hingga 8 sampai 10 kali sehari. Ia mengatakan bahwa proses menyusui ini dilakukan dimana saja, dan kapan saja.
Pada awalnya, dia memang merasa tidak nyaman menyusui anaknya, namun seiring berjalannya waktu proses menyusui pun dirasakan bisa dilalui dengan mudah.
Mastitis pada ibu menyusui : Summer menuai kritikan
Keputusannya yang bersikeras untuk terus menyusui anaknya, membuat banyak komentar yang menghampiri. Ada yang memberikan kritikan karena khawatir akan menyebabkan masalah pada bayinya, namun ada juga yang mendukungnya.
Hal yang sama terjadi dengan keluarga pacarnya. Pada awalnya, mereka menyarankan agar ia berhenti menyusui Knox. Namun, mereka tidak berkomentar lagi setelah diberi tahu bahwa Summmer tidak akan berhenti menyusui hingga Knox siap.Summer juga merasa beruntung karena masih ada keluarga yang memberikan dukungan atas keputusan yang ia buat.
Ibu muda juga mengunggah foto saat ia menyusui di akun Instagram miliknya. Sejauh ini, unggahan foto tersebut mendapat komentar positif dari follower-nya. Namun, ada juga beberapa komentar yang ‘menyerangnya’ ketika Summer bersikeras mengatakan bahwa memberikan ASI secara langsung dari payudara adalah yang terbaik.
“ASI lebih baik baginya daripada susu lainnya seperti susu sapi. Jika ibu lain tidak akan membantu menyapihnya maka itu bukan urusan mereka,” kata Summer.
Ibu muda ini juga mengatakan bahwa dia juga ingin memberikan informasi pada lebih banyak ibu, terutama para ibu baru – untuk terus melakukankan.
Apa itu mastitis pada ibu menyusui?
Mastitis merupakan infeksi pada jaringan payudara pada ibu menyusui. Biasanya disebabkan oleh bakteri yang memasuki saluran susu melalui retakan di puting. Mastitis ini juga bisa terjadi jika saluran susu yang tersumbat tidak ditangani dengan benar.
Menurut data yang diperoleh dari WHO, sekitar 10% dari wanita menyusui mengalami mastitis. Mastitis biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan atau pada saat menyapih.
Gejala-gejala mastitis pada ibu menyusui
Beberapa gejala yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Terasa hangat dan nyeri bila disentuh.
2. Payudara terasa bengkak dan mengeras seperti benjolan.
3. Mengeluarkan cairan putih kekuningan seperti nanah.
4. Kulit kemerahan
5. Tubuh terasa meriang demam
Langkah pencegahan dan cara mengatasi mastitis pada ibu menyusui
Bunda, untuk membantu mengurangi dampak risiko mastitis pada ibu menyusui, langkah-langkah berikut bisa dilakukan, yaitu:
1. Banyak beristirahat.
2. Minum banyak cairan dapat membantu membantu memulihkan kondisi tubuh.
3. Hindari memakai bra yang terlalu ketat atau terlalu longgar.
4. Mengompres payudara yang bengkak dengan menggunakan kain hangat.
5. Menggunakan kedu
a payudara secara bergantian ketika menyusui.
6. Berikanlah ASI hingga semua susu yang ada dalam payudara habis, sebab, susu yang tersisa dalam payudara dapat mengendap dan menyebabkan pembengkakan payudara.
7. Pastikan posisi tubuh Anda benar, untuk menghindari risiko puting robek atau terbelah.
Artikel disadur dari tulisan Kevin Wijaya Oey di theAsianparent Singapura
Baca juga:
Ibu ini tunjukkan foto mastitis, bentuk perjuangannya dalam menyusui anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.