Ikan merupakan makanan yang bergizi dan sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, begitupun ikan tuna untuk bayi. Katanya, manfaat ikan tuna untuk bayi sangat bagus terutama untuk kesehatan jantung. Benarkah demikian?
Manfaat ikan tuna untuk bayi
Dalam 1 porsi ikan tuna atau 1 ons mengandung 7 gram protein, protein ini juga memasok energi untuk si kecil. Porsi yang sama juga memasok sejumlah kecil atau zat besi, seng, kalsium, kalium dan magnesium.
Tuna juga merupakan sumber niasin yang sehat, nutrisi yang menyehatkan kulit, saraf, dan pencernaan. Satu porsi tuna juga menyediakan sejumlah kecil riboflavin, tiamin, vitamin B-12, vitamin A dan vitamin D.
Seperti diketahui, kandungan mineral seperti folat dan vitamin B, dikatakan sangat penting untuk perkembangan sumsum tulang belakang. Vitamin B juga dianggap membantu melindungi tubuh dari penyakit jantung dan kanker tertentu.
Nah, untuk bayi di atas 6 bulan atau 12 bulan, mengonsumsi ikan atau makanan yang mengandung asam lemak esensial omega-3 jenis EPA dan DHA yang tinggi. Omega-3 sangat membantu perkembangan otak pada bayi dan anak-anak. Asam lemak juga membantu melindungi jantung dengan menurunkan risiko tekanan darah tinggi.
“Bayi dan anak-anak membutuhkan asam lemak omega-3 seperti DHA (yang tersedia dalam ikan) untuk pertumbuhan dan perkembangan yang tepat,” kata Ilana Muhlstein, R.D, ahli diet yang berbasis di California dikutip dari Healthline.
Risiko makan ikan tuna untuk bayi
Parents, meskipun ikan tuna memiliki nutrisi yang baik untuk bayi, si kecil tidak disarankan untuk mengonsumsi ikan tuna terlalu banyak. Ada risiko yang bisa dirasakan bila ia makan terlalu banyak ikan tuna.
Tuna dapat terkontaminasi merkuri. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan kalau merkuri merupakan salah satu zat yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Merkuri juga merupakan logam berat yang secara alami terdapat di tanah, air, dan udara. Merkuri juga biasanya terdapat dalam limbah pabrik, yang kemudian akan mencemari air.
Secara umum, tuna albacore putih lebih tinggi merkuri daripada tuna kalengan. Nah jika si kecil terlalu banyak terkontaminasi merkuri, dapat membahayakan sistem saraf bayi.
Paparan merkuri dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh, paru-paru, otak, jantung, dan ginjal.
Sedangkan pada janin, bayi, dan anak-anak, paparan logam merkuri bisa merusak sistem saraf dan mengganggu fungsi otak, sehingga bisa menurunkan kemampuan mereka dalam belajar dan berpikir. Cacat lahir dan kematian juga menjadi risiko lain akibat paparan merkuri, yang rentan dialami janin.
Konsumsi tuna yang aman untuk bayi
Menurut Natural Resources Defense Council, Amerika Serikat, seorang anak yang beratnya sekitar 9 kg bisa memakan sekaleng tuna ringan setiap tiga minggu sekali tanpa mengalami risiko apapun. Akan tetapi, untuk bayi disarankan untuk memberikan 1/2 ons atau setengah genggaman tangan, setiap satu atau dua minggu, ke dalam makanannya.
Perlu diperhatikan, setiap kali Parents memperkenalkan makanan baru pada bayi, waspada terhadap reaksi alergi. Termasuk juga saat mengenalkan ikan padanya. Itu sebabnya penting untuk mengetahui tanda-tanda alergi makanan, sehingga bisa segera mengantisipasinya.
Tanda-tanda alergi makanan meliputi:
- Gatal-gatal (merah, benjolan gatal)
- Ruam (eksim dapat dipicu oleh alergi)
- Pembengkakan (bibir, sekitar mata, lidah)
- Kesulitan bernafas
- Rasa sesak tenggorokan
- Bersin
- Sakit perut
- Muntah
- Diare
- Pusing
Hubungi dokter segera jika si kecil memiliki gejala-gejala ini. Alergi makanan bisa sangat serius, dan bahkan mematikan jika tidak segera diobati.
***
Anda bisa bergabung dengan jutaan ibu lainnya diaplikasi theAsianparent untuk berinteraksi dan saling berbagi informasi terkait kehamilan, menyusui, dan perkembangan bayi dengan cara klik gambar di bawah ini.
Baca juga
Menu MPASI bayi 7 bulan yang lezat dan bergizi untuk buah hati!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.