Panduan Lengkap Pola Makan untuk Atasi Autoimun, Apa yang Boleh dan Tak Boleh?

Gejala penyakit autoimun dapat dipengaruhi oleh makanan yang Anda konsumsi. Lantas seperti apa makanan untuk autoimun agar Anda merasa lebih baik?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Makanan tertentu dapat memperburuk atau memperbaiki gejala pada penderita autoimun. Lalu seperti apa rekomendasi makanan untuk autoimun?

Anjuran makanan untuk penderita autoimun umumnya dibuat berdasarkan diet AIP (autoimun protocol). Pola makan ini dirancang untuk mengurangi peradangan, nyeri, dan gejala lain yang disebabkan oleh penyakit autoimun.

Banyak orang yang telah mengikuti diet AIP melaporkan perbaikan kondisi fisik dan psikis, serta pengurangan gejala umum gangguan autoimun, seperti kelelahan dan nyeri usus atau sendi.

Apa itu Penyakit Autoimun?

Sistem kekebalan tubuh dirancang untuk menghasilkan antibodi yang menyerang sel asing atau benda berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Namun, pada orang dengan kelainan autoimun, sistem kekebalan menghasilkan antibodi yang justru menyerang sel dan jaringan sehat.

Hal ini dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk nyeri sendi, kelelahan, sakit perut, diare, kabut otak, dan kerusakan jaringan dan saraf. Beberapa contoh gangguan autoimun termasuk rheumatoid arthritis, lupus, penyakit radang usus, diabetes tipe 1, dan psoriasis.

Penyakit autoimun diduga disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kecenderungan genetik, infeksi, stres, peradangan, dan penggunaan obat.

Mengatur Pola Makan dengan Diet AIP

Pengaturan pola makan bertujuan untuk mengurangi peradangan, nyeri, dan gejala lain yang dialami oleh orang-orang dengan gangguan autoimun dengan menyembuhkan usus mereka yang bocor dan menghilangkan bahan-bahan yang berpotensi bermasalah dari makanan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Diet AIP untuk penderita autoimun terdiri dari dua fase utama.

Artikel terkait: Jenis-Jenis Penyakit Autoimun Yang Sering Menyerang Wanita

Fase Eliminasi

Fase pertama adalah fase eliminasi, di mana makanan dan obat-obatan yang diyakini menyebabkan radang usus, ketidakseimbangan antara tingkat bakteri baik dan jahat di usus, atau respons imun akan disingkirkan dulu.

Selama fase ini, makanan seperti biji-bijian, polong-polongan, kacang-kacangan, sayuran nightshade, telur, dan produk susu benar-benar dihindari.

Rokok dan obat-obatan tertentu, seperti obat antiinflamasi non steroid (NSAID) juga harus dihindari. Contoh NSAID termasuk ibuprofen, naproxen, diklofenak, dan aspirin dosis tinggi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di sisi lain, fase ini mendorong konsumsi makanan segar padat gizi, seperti daging, makanan fermentasi, dan kaldu tulang. Selain itu, juga ditekankan perbaikan faktor gaya hidup, seperti stres, tidur, dan aktivitas fisik.

Lamanya fase eliminasi dapat bervariasi, sampai seseorang merasakan penurunan gejala yang nyata. Rata-rata, orang mempertahankan fase ini selama 30-90 hari, tetapi beberapa orang mungkin merasakan peningkatan paling cepat dalam 3 minggu pertama.

Fase Pengenalan Kembali

Setelah terjadi perbaikan dan penurunan gejala secara nyata, fase pengenalan kembali dapat dimulai. Selama fase ini, makanan yang dihindari secara bertahap dimasukkan kembali ke dalam pola makan sehari-hari, satu per satu, berdasarkan toleransi orang tersebut.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tujuan dari fase ini adalah untuk mengidentifikasi makanan mana yang berkontribusi pada gejala seseorang dan memperkenalkan kembali semua makanan yang tidak menimbulkan gejala apa pun sambil terus menghindari makanan yang menyebabkan gejala tersebut.

Selama fase ini, makanan harus diperkenalkan kembali satu per satu, selama periode 5-7 hari sebelum memperkenalkan kembali makanan yang berbeda.

Berikut ini adalah langkah demi langkah untuk memperkenalkan kembali makanan yang sebelumnya dihindari selama fase eliminasi.

  1. Pilih satu makanan untuk diperkenalkan kembali. Rencanakan untuk mengonsumsi makanan tersebut beberapa kali sehari pada hari pengujian, kemudian hindari sepenuhnya selama 5-6 hari.
  2. Makan sedikit, seperti 1 sendok teh makanan, dan tunggu 15 menit untuk melihat apakah Anda memiliki reaksi.
  3. Jika Anda mengalami gejala apa pun, akhiri tes dan hindari makanan ini. Jika Anda tidak memiliki gejala, makanlah dalam porsi yang sedikit lebih besar, seperti 1 ½  sendok makan dari makanan yang sama dan pantau perasaan Anda selama 2-3 jam.
  4. Apabila Anda mengalami gejala selama periode ini, akhiri pengujian dan hindari makanan ini. Jika tidak ada gejala yang muncul, makanlah dengan porsi normal dari makanan yang sama dan hindari selama 5–6 hari tanpa memperkenalkan kembali makanan lain.
  5. Jika Anda tidak mengalami gejala selama 5–6 hari, Anda dapat memasukkan kembali makanan yang telah diuji ke dalam makanan Anda, dan ulangi proses pengenalan kembali 5 langkah ini dengan makanan baru.

Sebaiknya hindari memasukkan kembali makanan dalam kondisi di mana terjadi peradangan yang meningkat, sehingga mempersulit interpretasi hasil. Misalnya ketika Anda mengalami infeksi, setelah begadang semalaman, saat merasa sangat stres, atau setelah berolahraga berat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Tubuh Sering Kaku, Nyeri, dan Bengkak? Waspada Penyakit Autoimun Arthritis!

Makanan yang Harus Dihindari Penderita Autoimun

Diet AIP memiliki rekomendasi ketat mengenai makanan mana yang harus dihindari selama fase eliminasi.

Berikut ini daftar makanan yang harus dihindari selama fase eliminasi:

  • Biji-bijian, seperti nasi, gandum, oat, barley, gandum hitam, dll. Termasuk makanan olahan yang terbuat dari biji-bijian tersebut, seperti pasta, roti, dan sereal.
  • Kacang-kacangan, termasuk lentil, buncis, kacang polong, kacang tanah, dll. Serta makanan turunannya, seperti tahu, tempe, atau selai kacang.
  • Sayuran jenis nightshade: terong, paprika, kentang, tomat, tomatillo, dan sebagainya
  • Telur: telur utuh, putih telur, atau makanan yang mengandung telur.
  • Produk susu serta makanan yang berasal dari susu, seperti krim, keju, mentega, atau ghee, serta bubuk protein berbasis susu.
  • Minuman tertentu: alkohol dan kopi.
  • Coklat dan permen
  • Minyak nabati olahan, seperti minyak canola, minyak jagung, minyak sawit, minyak biji bunga matahari.
  • Gula dan produk yang mengandung gula.
  • Zat aditif makanan termasuk pewarna, pengemulsi, dan pengental, serta pemanis buatan, seperti stevia, manitol, dan xylitol

Makanan yang Dianjurkan untuk Autoimun

Sementara itu, makanan yang dianjurkan secara garis besar adalah makanan sehat dan padat gizi yang diproses secara minimal. Sebisa mungkin hindari makanan olahan dan gorengan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Contoh makanan yang dianjurkan untuk penderita autoimun, yaitu:

  • Berbagai sayuran kecuali sayuran jenis nightshade
  • Buah segar dalam jumlah terbatas, 1-2 porsi sehari
  • Umbi: ubi jalar, talas, ubi rambat
  • Daging dan unggas organik, serta ikan segar
  • Makanan fermentasi yang tidak mengandung susu, seperti kombucha, kimchi, sauerkraut, acar, dan kefir kelapa, suplemen probiotik juga dapat dikonsumsi
  • Minyak nabati yang diproses minimal: minyak zaitun, minyak alpukat, atau minyak kelapa
  • Herbal dan rempah-rempah: asalkan tidak berasal dari biji-bijian
  • Cuka: balsamic, sari apel, dan cuka anggur merah, asalkan bebas gula tambahan
  • Pemanis alami, seperti madu atau sirup maple secukupnya
  • Teh tertentu, seperti teh hijau dan hitam dengan asupan rata-rata hingga 3–4 cangkir per hari

Meskipun penelitian tentang diet AIP terbatas, beberapa bukti menunjukkan bahwa diet AIP dapat mengurangi peradangan dan gejala penyakit autoimun tertentu. Perlu diingat, pembatasan secara ketat hanya selama fase eliminasi.

Efek Samping yang Mungkin Terjadi

Diet AIP dianggap sebagai diet eliminasi dan tergolong ketat. Sehingga pola makan ini berpotensi sulit diikuti oleh beberapa orang, terutama dalam fase eliminasi.

Fase eliminasi diet AIP juga dapat mempersulit orang untuk makan dalam situasi sosial, misalnya ketika di restoran atau di rumah kerabat, sehingga meningkatkan risiko isolasi sosial. Sebaiknya beritahu teman atau kerabat Anda jika Anda sedang menjalankan diet ini.

Lebih jauh, mereka yang mengalami penurunan gejala setelah menjalani diet ini mungkin enggan untuk melanjutkan ke fase pengenalan kembali, karena khawatir hal itu dapat mengembalikan gejalanya.

Hal ini bisa memicu masalah baru, karena tetap berada dalam fase eliminasi dapat mempersulit pemenuhan kebutuhan gizi harian Anda. Oleh karena itu, bertahan dalam fase ini terlalu lama dapat meningkatkan risiko kekurangan zat gizi, serta kesehatan yang buruk dari waktu ke waktu. Inilah mengapa fase pengenalan kembali sangat penting dan tidak boleh dilewati.

Penting juga untuk diperhatikan bahwa tidak ada jaminan bahwa diet ini akan mengurangi peradangan atau gejala terkait penyakit pada semua orang dengan gangguan autoimun.

Kesimpulan: Harus Didampingi Ahli

Penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan pengaturan pola hidup sehat gejalanya dapat ditangani. Diet AIP bertujuan membantu penderita autoimun untuk mengidentifikasi makanan mana yang mungkin memicu gejala spesifik.

Mencari panduan profesional sebelum mencoba diet AIP akan membantu Anda menentukan dengan lebih baik makanan mana yang mungkin menyebabkan gejala spesifik, serta memastikan bahwa Anda terus memenuhi kebutuhan gizi Anda sebaik mungkin di seluruh fase diet ini. Maka, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi yang mengetahui protokol diet AIP ini sebelum memulainya.

Baca juga:

id.theasianparent.com/gejala-penyakit-autoimun

id.theasianparent.com/penyakit-autoimun-pada-anak

id.theasianparent.com/monika-purba-penyakit-autoimun

Penulis

Titin Hatma