Tahukah Bunda bahwa tidak banyak perempuan menyadari dirinya terkena genital warts atau kutil kelamin sebelum melakukan pemeriksaan menyeluruh di dokter spesialis kulit dan kelamin? Padahal, jika tidak diatasi dengan benar kutil kelamin pada perempuan dapat bertransformasi menjadi penyakit yang lebih ganas yakni kanker serviks.
Genital warts atau kutil kelamin adalah salah satu jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diakibatkan oleh Human Papilloma Virus (HPV).
Kutil kelamin memengaruhi jaringan yang lembap di area genital dan berupa kumpulan benjolan kecil berwarna daging. Kadang-kadang kutil kelamin berbentuk mirip seperti kembang kol atau jengger ayam. Efek dari penyakit ini bukan hanya fisik, melainkan juga dapat menyebabkan stres psikologis karena ketidaknyamanan.
Penyakit ini sendiri ditularkan melalui kontak seksual, tetapi tidak hanya melalui penetrasi. Kontak antar kulit ke selaput lendir dapat menularkan kutil kelamin dengan cepat. Selain lewat gentalia atau alat kelamin, kutil kelamin dapat menular lewat anus ataupun melalui seks oral.
Ibu hamil yang mengidap kutil kelamin juga bisa menularkan IMS tersebut kepada bayi melalui proses persalinan.
Artikel Terkait: Kenali dan Waspadai 9 Penyakit Infeksi Menular Seksual Ini
Faktor Risiko Penyakit Kutil Kelamin atau Genital Warts
dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, dokter spesialis kulit dan kelamin sekaligus CEO dari Klinik Pramudia menjelaskan bahwa kasus kutil kelamin menjadi salah satu penyakit IMS yang paling sering ditemukan.
Terdapat 120 kasus kutil kelamin pada perempuan per 100.000 kasus IMS per tahunnya di dunia. Sementara itu, pada kasus IMS di Indonesia, kutil kelamin menempati posisi 3 besar penyakit yang paling sering diderita. Pada umumnya, penderita kutil kelamin berusia antara 25 hingga 45 tahun.
dr. Amel Setiawati Soebyanto, Sp.DV, dokter spesialis kulit dan kelamin dari Klinik Pramudia menjelaskan bahwa mereka yang berisiko tinggi tertular kutil kelamin ini adalah:
- Mereka yang aktif secara seksual
- Memiliki kebiasaan berganti pasangan seksual
- Berhubungan seksual tanpa mengenakan pengaman atau kondom
- Gaya hidup yang kurang sehat seperti mengonsumsi alkohol dan merokok
- Penyandang HIV
- Memiliki riwayat transplantasi organ
Meski kutil kelamin dapat terjadi pada pria maupun perempuan, penyakit ini cukup tinggi kasusnya pada perempuan. Tak jarang, pasien kutil kelamin baru mengetahui penyakitnya setelah memasuki stadium akhir atau sudah parah.
Hal ini terjadi karena bentuk anatomis genitalia perempuan menyebabkan ia sulit mengetahui apakah ia terjangkit penyakit tersebut. Dalam beberapa kasus, saat dilakukan pemeriksaan untuk penyakit lain barulah pasien menyadari atau mengetahui ia mengidap kutil kelamin.
Artikel Terkait: Cegah Penyakit Menular Seksual, Cukupkah dengan Setia pada Pasangan?
Ciri-Ciri Kutil Kelamin pada Perempuan yang Perlu Diwaspadai
dr. Amel menjelaskan bahwa ciri-ciri atau gejala dari kutil kelamin ini sendiri sebenarnya tidak terlalu khas sehingga luput dari perhatian. Namun, ada beberapa ciri-ciri yang perlu diwaspadai seperti:
- Gatal
- Adanya benjolan di luar dan/atau dalam vagina
- Flek atau keputihan yang berbau busuk
- Nyeri saat berhubungan seksual
“Tanda adanya genital warts adalah benjolan halus/kasar berwarna kulit, merah muda, maupun keabuan, dan ada juga yang bentuknya seperti kembang kol, yang semakin lama semakin banyak dan membesar dengan cepat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan,” paparnya.
Artikel Terkait: 6 Penyebab Vagina Gatal yang Perlu Diketahui dan Diwaspadai Perempuan
Pemeriksaan dan Perawatan
Menurut dr. Amel, salah satu hal yang paling penting untuk dilakukan adalah deteksi dini dari kulit kelamin.
Perempuan diharapkan untuk bisa lebih waspada melihat adanya abnormalitas pada alat kelamin dan tidak ragu atau malu untuk langsung memeriksakan diri ke dokter. Selain itu, pemeriksaan rutin seperti pap smear juga bisa membantu untuk mendeteksi dini adanya penyakit lainnya.
“Penegakan diagnosis umumnya dapat melalui pemeriksaan klinis langsung. Beberapa pemeriksaan penunjang di antaranya adalah tes asam asetat, pap smear, patologi, pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop), dan identifikasi genom HPV. Namun, yang perlu sering dilakukan secara rutin yakni pemeriksaan klinis, tes asam asetat dan pap smear. Diagnosis yang tepat merupakan langkah awal sebelum pemberian terapi,” dr. Amel menjelaskan.
Untuk pengobatan kutil kelamin sendiri tergantung pada tingkat keparahan penyakitnya dan kondisi kesehatan pasien. Beberapa tindakan di antaranya adalah menggunakan obat, tindakan elektrokauter (bedah listrik), cryotherapy (bedah beku), laser, serta bedah eksisi.
Perlu diperhatikan pula bahwa kutil kelamin sifatnya kambuhan.
***
Hingga kini masih belum ada obat spesifik yang dapat mencegah penambahan jumlah (replikasi) virus sehingga pengobatan masih bertujuan untuk menghilangkan gejala klinis saja dan tidak dapat menghilangkan (mengeradikasi).
Salah satu langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah menghindari berganti pasangan seksual, menjaga kebersihan, dan menerapkan gaya hidup yang sehat. Vaksin HPV bagi perempuan juga sangat disarankan untuk menjaga kesehatan.
Nah, Bunda juga sebaiknya waspada dengan penyakit kutil kelamin yang kerap terjadi pada perempuan ini, ya.
Baca Juga:
Dokter Kelamin Bagikan 3 Tips Cegah Herpes Genital pada Pria dan Wanita
Berpotensi Sebabkan Kanker Serviks, Berikut Gejala dan Pencegahan Infeksi HPV
Amankah Melakukan Oral Seks saat Hamil? Ini Penjelasan Pakar!