Wajib Catat! 11 Komplikasi Kehamilan yang Mungkin Terjadi di Trimester Kedua
Komplikais kehamilan pada usia trimester kedua tentu tidak boleh dipandang remeh karena membawa sejumlah dampak yang fatal bagi ibu dan janin.
Meskipun rasa mual sudah mulai berkurang pada trimester kedua kehamilan, Bunda sebaiknya tetap harus waspada dengan risiko komplikasi kehamilan yang mungkin terjadi.
Oleh karena itu, simak di sini berbagai komplikasi kehamilan yang mungkin bisa terjadi di usia kehamilan trimester kedua.
11 Komplikasi Kehamilan di Trimester Kedua
Meskipun trimester kedua risiko keguguran sudah berkurang, Parents tetap harus waspada. Pasalnya, trimester kedua ini tetap tidak luput dari berbagai komplikasi masalah kesehatan kehamilan yang bisa berakibat fatal.
Berikut ini adalah 11 komplikasi kehamilan yang perlu Parents waspadai pada trimester kedua.
1. Pendarahan
Meskipun pada trimester kedua risiko terjadinya keguguran lebih sedikit daripada trimester pertama, hal ini masih mungkin saja terjadi. Pendarahan yang keluar dari vagina dapat menjadi indikasi keguguran, meskipun tidak semua pendarahan berakhir dengan keguguran.
Pendarahan bisa menjadi tanda pembukaan pada serviks. Keluarnya darah lewat vagina bisa disebabkan beberapa faktor seperti masalah pada plasenta, masalah kromosom pada janin, atau penyakit autoimun seperti lupus atau scleroderma.
2. Anemia
Anemia adalah kondisi di mana sel darah merah berjumlah lebih sedikit daripada kondisi normal. Kondisi anemia atau sering disebut darah rendah cukup sering dialami ibu hamil.
Sel darah merah berfungsi untuk menyalurkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ketika jumlah sel darah merah berkurang, fungsi ini akan terganggu. Kasus anemia pada ibu hamil bisa berakibat fatal, baik bagi ibu juga janinnya.
Ketika hamil, volume darah di tubuh ibu akan bertambah hingga dua kali lipat sehingga anemia mungkin sekali terjadi pada ibu hamil. Bumil yang mengalami anemia memiliki gejala seperti pucat, lemas, mudah lelah, pusing, napas pendek, hingga sesak napas.
3. Kelahiran prematur
Menurut laman Healthline, kelahiran di bawah usia kehamilan 38 minggu dinyatakan sebagai kelahiran prematur. Kelahiran prematur memiliki risiko tinggi bagi yang pernah mengalami kelahiran prematur di kehamilan sebelumnya, kehamilan kembar, kelebihan cairan ketuban, atau infeksi pada cairan ketuban.
Beberapa gejala yang akan dirasakan oleh ibu hamil yang akan melahirkan prematur, yaitu sakit pinggang bagian bawah, kencang pada perut bagian bawah, diare, keluarnya cairan dari vagina, kontraksi, dan perdarahan dari vagina.
4. Pecah ketuban dini
Ketuban merupakan cairan di dalam rahim ibu hamil yang berfungsi untuk melindungi janin. Pecahnya kantong ketuban yang berisi cairan ketuban dapat berakibat fatal bagi janin. Ketuban yang pecah pada trimester kedua berisiko untuk terjadi kelahiran prematur.
Artikel terkait: Pecah ketuban dini di kehamilan 16 minggu, ibu ini berhasil lahirkan bayi kembar sehat
5. Inkompetensi serviks
Serviks adalah bagian yang menghubungkan rahim dengan vagina. Inkompetensi serviks terjadi ketika serviks tidak mampu menahan tekanan dari rahim yang terus membesar. Tekanan pada serviks ini mengakibatkan permukaannya menjadi tipis dan membuka sebelum waktunya kelahiran.
Ibu hamil yang berisiko mengalami inkompetensi serviks yaitu yang pernah mengalami trauma serviks sebelumnya seperti robekan saat melahirkan, biopsi kerucut serviks, atau pernah mengalami operasi pada leher rahim.
6. Preeklampsia
Preeklamosia yaitu kondisi tekanan darah tinggi dan terdapat protein dalam urin. Tekanan darah yang tinggi mengakibatkan darah sulit mencapai plasenta. Hal ini bisa berakibat fatal bagi janin karena darah dari ibu berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi.
Preeklampsia biasanya terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Tekanan darah tinggi ini berisiko besar terjadi pada ibu yang hamil pada usia remaja, kehamilan di atas 35 tahun, dan kehamilan pertama.
7. Kehilangan keseimbangan
Pada trimester kedua, ukuran perut ibu hamil akan mulai membesar. Konsentrasi peningkatan berat badan di perut sering kali membuat keseimbangan tubuh terganggu. Memasuki trimester kedua, ibu hamil harus berhati-hati dengan keseimbangan tubuhnya agar tidak jatuh atau cedera.
Ibu hamil disarankan untuk menggunakan sepatu dengan sol yang datar dan nyaman untuk menghindari risiko terjatuh.
8. Masalah Pernapasan
Janin yang tumbuh semakin besar akan menekan organ paru-paru ibunya. Tekanan ini seringkali mengakibatkan ibu hamil mengalami sesak napas. Masalah hormonal pada trimester kedua juga salah satu yang menyebabkan masalah pernapasan.
9. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional yaitu penyakit kencing manis yang dialami ibu hamil. Peningkatan gula darah ini disebabkan karena kebutuhan janin akan nutrisi yang terus meningkat. Ibu hamil yang mengalami diabetes gestasional berisiko mengalami diabetes melitus setelah kehamilannya.
Penyakit diabetes gestasional dapat meningkatkan risiko penyakit lain seperti preeklampsia, kelahiran prematur, bayi kuning, atau ukuran bayi terlalu besar.
Artikel terkait: Mengenal Diabetes Gestasional pada ibu hamil, waspadai gejalanya!
10. Gusi berdarah
Pada trimester kedua masalah gusi sering dialami ibu hamil. Perubahan hormon dan peningkatan aliran darah dapat mengakibatkan gusi mudah berdarah. Ibu hamil yang memiliki masalah gusi dan mulut berisiko melahirkan bayi dengan berat kurang.
Jaga kebersihan mulut dengan rutin sikat gigi dan menggunakan dental floss. Gunakan bulu sikat yang lembut agar tidak melukai gusi.
11. Wasir
Rahim yang semakin membesar memberikan tekanan pada daerah di sekitar anus sehingga sering kali mengakibatkan masalah wasir. Peningkatan aliran darah selama hamil juga dapat menyebabkan pembuluh darah di sekitar anus membesar.
Ibu hamil harus rutin mengonsumsi makanan sehat dan olahraga untuk menghindari komplikasi kehamilan di trimester kedua. Bila menemukan keluhan, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter.