Chlamydia atau klamidia adalah infeksi menular seksual yang bisa dialami laki-laki maupun perempuan.
Faktanya, mereka yang menderita klamidia seringkali tidak memiliki gejala luar pada tahap awal. Hal ini menyebabkan penderita tidak mendapatkan treatment yang seharusnya.
Klamidia yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius. Jadi, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter.
Dirangkum dari Healthline, berikut ini penjelasan lengkap tentang penyebab, gejala, hingga pengobatannya. Yuk, simak secara saksama!
Penyebab klamidia
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis yang menyebar melalui cairan kelamin. Hubungan seksual tanpa kondom dan seks oral tanpa kondom adalah penyebab utama penularan infeksi ini.
Akan tetapi, tak harus terjadi penetrasi untuk dapat memicu terjadinya penularan. Menyentuh alat kelamin bersama dapat juga menularkan bakteri. Selain itu, penularan dapat terjadi selama seks anal.
Bayi baru lahir bisa terkena klamidia dari ibunya. Infeksi klamidia pada mata dapat terjadi melalui kontak oral atau genital dengan mata, hanya memang kejadian ini tidak umum.
Artikel terkait: Mencukur Rambut Kemaluan Tingkatkan Risiko Infeksi Menular Seksual
Gejala pada Laki-laki
Banyak lelaki tidak menyadari gejala klamidia yang mereka alami. Hal ini lantaran kebanyakan kaum adam tidak memiliki gejala sama sekali. Gejala baru benar-benar muncul biasanya 1 hingga 3 minggu setelah penularan.
- Sensasi terbakar saat buang air kecil
- Keluarnya cairan kuning atau hijau dari penis
- Nyeri di perut bagian bawah
- Nyeri di testis
- Infeksi klamidia juga mungkin terjadi di anus. Dalam kasus ini, gejala utamanya adalah keluarnya cairan, nyeri, dan pendarahan dari daerah ini.
- Melakukan seks oral dengan seseorang yang terkena infeksi meningkatkan risiko terkena klamidia di tenggorokan.
Gejala pada Perempuan
Beberapa gejala klamidia yang paling umum pada perempuan meliputi:
- Hubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia)
- Keputihan
- Sensasi terbakar saat buang air kecil
- Nyeri di perut bagian bawah
- Radang serviks (servisitis)
- Pada beberapa perempuan, infeksi dapat menyebar ke saluran tuba, yang dapat menyebabkan kondisi yang disebut penyakit radang panggul (PID). Adapun gejala PID adalah demam, nyeri panggul yang parah, mual perdarahan vagina abnormal antar periode.
Klamidia juga bisa menginfeksi rektum. Perempuan mungkin tidak mengalami gejala jika mengalami infeksi klamidia di rektum. Namun, jika infeksi memang terjadi, gejala yang mungkin ditunjukkan termasuk nyeri rektal, keluarnya cairan, atau pendarahan.
Selain itu, kaum hawa dapat mengalami infeksi tenggorokan jika melakukan seks oral pada seseorang yang terinfeksi. Meskipun mungkin mereka tertular tanpa menyadarinya.
Pada dasarnya, gejala pada laki-laki dan perempuan bisa berbeda, jadi penting untuk berbicara dengan tenaga kesehatan profesional ketika Anda merasa mengalami gejala di atas.
Klamidia di Mata
Infeksi klamidia memang paling umum terjadi di area genital, tetapi dapat terjadi di tempat yang lebih jarang termasuk anus, tenggorokan, dan bahkan mata. Infeksi dapat terjadi di mata melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan bakteri.
Misalnya, infeksi dapat menyebar dari alat kelamin ke mata jika Anda menyentuh mata tanpa mencuci tangan. Jika Anda mengalami infeksi mata klamidia, juga dikenal sebagai konjungtivitis klamidia, gejala berikut dapat terjadi:
- kemerahan
- pembengkakan
- gatal
- gangguan lendir atau keluarnya cairan
- kepekaan terhadap cahaya (fotofobia)
Jika tidak diobati, klamidia di mata bisa menyebabkan kebutaan. Pengobatan dini akan membantu menyembuhkan infeksi dan mencegah komplikasi.
Klamidia di Tenggorokan
Infeksi ini juga dapat ditularkan dan ditularkan selama seks oral. Kontak dengan mulut, bibir, atau lidah dapat menyebabkan penularan.
Jika Anda tertular klamidia dari seks oral, Anda mungkin tidak mengalami berbagai gejala. Seperti halnya infeksi pada vagina atau anal di mana gejala tidak selalu muncul.
Adapun gejala terjadinya infeksi di tenggorokan, yaitu:
- sakit tenggorokan
- tenggorokan kering
- demam
- batuk
Diagnosis
Saat datang untuk memeriksakan diri, pertama-tama dokter akan bertanya tentang gejala yang Anda rasakan serta riwayat hubungan seksual. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik di mana mereka mengamati kotoran, luka, atau bintik-bintik tidak biasa yang mungkin terkait dengan kemungkinan infeksi.
Tes diagnostik paling efektif untuk klamidia adalah swab vagina pada perempuan dan menguji urin pada laki-laki. Jika ada kemungkinan infeksi berada di anus atau tenggorokan, area ini mungkin juga akan di-swab. Hasil pemeriksaan bisa jadi akan keluar dalam beberapa hari.
Pengobatan Klamidia
Kabar baiknya, klamidia merupakan penyakit yang mudah diobati. Karena sifatnya bakteri, penyakit ini dapat diobati dengan pemberian antibiotik.
Azitromisin adalah antibiotik yang biasanya diresepkan dalam dosis besar tunggal. Adapun Doksisiklin adalah antibiotik yang harus diminum dua kali sehari selama kurang lebih satu minggu.
Antibiotik lain juga dapat diberikan. Apapun jenis antibiotik yang diresepkan oleh dokter, petunjuk dosis harus diikuti dengan cermat untuk memastikan infeksi sembuh sepenuhnya. Ini bisa memakan waktu hingga dua minggu, bahkan dengan obat dosis tunggal.
Selama masa perawatan, penting untuk tidak berhubungan seks. Sebab penularan masih sangat mungkin terjadi.
Artikel terkait: Waspadai infeksi menular seksual saat hamil bisa membahayakan janin, catat gejalanya!
Pengobatan Alternatif
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, chlamydia disebabkan oleh infeksi bakteri. Maka cara yang paling tepat untuk mengatasi jenis infeksi ini adalah dengan antibiotik.
Beberapa pengobatan alternatif mungkin dapat membantu meringankan gejala. Namun penting untuk diingat bahwa chlamydia yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, termasuk masalah kesuburan dan peradangan kronis.
Pengobatan alternatif yang cukup efektif meringankan gejalanya, seperti:
- Goldenseal. Tanaman obat ini dapat membatasi gejala selama infeksi dengan mengurangi peradangan.
- Echinacea. Tanaman ini telah banyak digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh guna membantu orang mengatasi berbagai jenis infeksi, mulai dari flu biasa hingga luka kulit. Juga dapat membantu mengurangi gejala klamidia.
Meskipun senyawa dalam kedua tanaman ini dapat membantu meredakan peradangan dan infeksi secara umum, belum ada penelitian berkualitas yang menunjukkan bahwa keduanya dapat secara khusus mengatasi gejala chlamydia .
Dampak Buruk Jika tidak Diobati
Chlamydia akan menyebabkan berbagai komplikasi jika tidak diobati segera. Misalnya, beberapa perempuan bisa mengalami penyakit radang panggul, yaitu infeksi yang dapat merusak rahim, leher rahim, dan ovarium. Penyakit radang panggul adalah penyakit yang menyakitkan yang seringkali membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit.
Perempuan juga bisa menjadi tidak subur jika chlamydia tidak diobati karena saluran tuba dapat menjadi rusak. Adapun ibu hamil yang terinfeksi dapat menularkan bakteri tersebut ke bayinya, yang dapat menyebabkan infeksi mata dan pneumonia pada bayi baru lahir.
Komplikasi pada laki-laki dapat berupa radang pada epididimis. Infeksi juga bisa menyebar ke kelenjar prostat, menyebabkan demam, nyeri saat berhubungan seksual, dan rasa tidak nyaman di punggung bawah. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah uretritis klamidia.
Ini hanyalah beberapa komplikasi paling umum jika klamidia tidak diobati. Itulah sebabnya, penting untuk segera mendapatkan penanganan medis. Kebanyakan orang yang mendapatkan perawatan dengan cepat tidak memiliki masalah kesehatan jangka panjang.
Pencegahan Klamidia
Cara paling efektif bagi mereka yang aktif secara seksual untuk menghindari tertular klamidia adalah melakukan hubungan seks yang aman. Berikut ini sejumlah tips yang bisa Anda terapkan:
- Menggunakan kondom saat hubungan seksual.
- Jalani tes IMS secara teratur dengan pasangan.
- Hindari melakukan seks oral, atau gunakan pelindung selama seks oral, sampai pasangan telah diskrining untuk IMS.
- Jujur dan setia kepada pasangan.
Kelompok Berisiko
Melansir Alodokter, terdapat beberapa kelompok yang berisiko terinfeksi, yaitu:
- Ibu hamil, itulah mengapa perlu menjalani skrining chlamydia pada awal kehamilan dan trimester ketiga kehamilan.
- Pekerja seks komersial dan orang yang suka bergonta-ganti pasangan. Kelompok ini perlu menjalani skrining chlamydia setidaknya setahun sekali.
- Gay atau biseksual, jika memiliki beberapa pasangan seksual, kaum gay dan biseksual perlu menjalani skrining chlamydia lebih rutin, yaitu setiap 3 atau 6 bulan sekali.
****
Parents, itulah tadi penjelasan lengkap seputar infeksi klamidia. Semoga informasi ini bermanfaat, ya.
Baca juga:
Penyakit menular seksual mengancam, ini langkah pencegahannya!