Kali ini kami berkesempatan mewawancarai seorang ibu yang menderita hipertensi paru, namun semangat juangnya sangat tinggi dan tetap berkarir selayaknya ibu yang sehat. Bacalah kisah inspiratif berikut ini.
Dhian Deliani, wanita cantik kelahiran 40 tahun silam ini tetap berkarir sebagai pustakawan di kantor Kementrian Sekretariat Negara RI, meskipun telah mengidap penyakit hipertensi paru sejak tahun 2005 silam.
Mampu beraktivitas dan menjalani kehidupan layaknya orang sehat, menjadi tantangan tersendiri bagi ibu dua orang putri yang beranjak remaja ini. Sekalipun, dalam kondisi tertentu, ia tak bisa menolak ketika tubuhnya drop dan harus menjalani bed rest.
Hal tersebut biasanya terjadi ketika ia mengalami kelelahan fisik yang luar biasa atau beban pekerjaan yang berlebihan.
Dhian (tengah) tetap ceria dan bersemangat, meski mengidap hipertensi paru.
Apa itu Hipertensi Paru?
Hipertensi paru (Pulmonary Hypertension/PH) adalah suatu kondisi di mana tekanan darah di arteri paru-paru (awamnya = kabel yang menghubungkan paru-paru dan jantung) menjadi tinggi di atas 25 mmHg (normal 8-20 mmHg).
Tekanan darah tinggi tersebut terjadi karena arteri paru-paru menyempit/menebal sehingga jantung kanan harus bekerja extra keras untuk memompa darah ke paru-paru. Hal ini menyebabkan jantung kanan membesar / bengkak, dan fungsinya semakin lemah seiring dengan waktu.
Menurut wanita yang aktif di Yayasan Hipertensi Paru dan menjabat sebagai sekretaris ini, PH kebanyakan menyerang usia produktif antara 20-40 tahun.
PH sendiri sebagian besar diakibatkan oleh kelainan jantung (jantung bocor) – seperti yang dideritanya dan baru diketahui setelah kelahiran putri keduanya. Bisa juga diakibatkan oleh emboli (bekuan darah) dan faktor lain yang tidak diketahui.
Penderita PH bisa mengalami kondisi yang fatal bila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat. Sayangnya, perhatian pemerintah dan masyarakat masih rendah pada penderita PH.
Jenis obat yang beredarpun harganya mahal. Dhian harus tetap bekerja untuk menutupi biaya berobatnya.
Kurangnya pengetahuan masyarakat, membuat masyarakat awam sering mencap penderita PH sebagai orang yang lamban dan malas.
Prihatin dengan kondisi ini, penderita dan pemerhati PH mendidirikan sebuah yayasan yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, di samping sebagai sarana saling berbagi antar anggota dalam komunitas tersebut.
Yayasan Hipertensi Paru berdiri dan disahkan oleh Kementrian Hukum dan HAM RI pada 24 Desember 2014 dan Dhian menjadi sekretaris di yayasan tersebut.
Visi dan misi yayasan ini adalah meningkatkan kualitas hidup pasien PH di Indonesia melalui akses obat yang lengkap dan terjangkau, dukungan pasien lainnya dan keluarga, serta penyuluhan tentang hipertensi paru. Informasi tentang yayasan ini dapat dilihat di www.phaindonesia.org
Selanjutnya, apa gejala HP?
Gejala hipertensi paru :
1. Sesak nafas terutama pada saat atau setelah beraktivitas
2. Jantung kanan bengkak (dapat dilihat di hasil rontgen)
3. Nyeri di dada atau rasa tertekan di dada
4. Detak jantung cepat atau tidak beraturan
5. Mudah lelah
6. Pusing atau pingsan
7. Bengkak air di tungkai kaki/perut/liver (edema)
8. Batuk kering / berdarah
9. Bibir dan kuku jari (akibat kekurangan oksigen)
Telapak tangan yang membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah.
Di akhir wawancara dengan kami, wanita ini memberikan tips agar tetap berbahagia yaitu, terimalah kondisi dengan lapang dada, bersyukur dengan nafas yang masih melekat dan sesekali tantanglah diri agar bisa melakukan hal-hal yang luar biasa.
Parents, semoga ulasan ini bermanfaat, dan share informasi ini bagi yang membutuhkan.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.