Perempuan kerap lekat dengan stigma-stigma tertentu karena dianggap tidak bisa bebas melakukan apa yang diinginkan.
Anggapan tersebut tidak berlaku bagi Lhakpa Sherpa, seorang ibu rumah tangga yang memegang rekor terbanyak pada pendakian puncak Everest. Ia dilahirkan di gua dan menyandang kondisi ekonomi yang buruk. Seperti apa kisahnya sebagai pemegang rekor?
Capai Rekor 10 Kali Mendaki Puncak Everest
Sumber: The Guardian
Senin, (25/04) secara resmi ia memecahkan rekornya di puncak tertinggi Everest yang ke 10 kalinya. Untuk mengenang rekornya, ia mengabadikan momen di atas puncak dengan foto dirinya sendiri. Seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak, baru saja membuktikan pada dunia bahwa pekerjaan rumah bukanlah satu-satunya yang bisa perempuan lakukan.
“Saya semakin mendekati tujuan saya, mencetak sejarah dalam pendakian gunung. Sekarang saya sedang bersiap-siap mendaki Gunung Everest untuk yang kesepuluh kalinya,” kata Lhakpa.
Dilansir dari BBC, Lhakpa mengatakan ia tak sabar untuk segera memecahkan rekor untuk yang ke 10 kalinya. Hal ini disampaikan sebelum ia berangkat untuk mendaki.
Dukungan tak lepas dari anaknya yang selalu memberikan semangat kepada sang ibu agar terus mencapai mimpi dan harapan sejak kecil.
Artikel terkait: Miliki Pesona Khas Pegunungan Alpen, Ini 6 Artis Indonesia Berdarah Swiss
Lekat dengan Alam Sedari Kecil
Sumber: Unsplash
Dilansir dari The Guardian, Lhakpa lahir di salah satu desa di Balakharka, Makalu, Pegunungan Himalaya, dataran tinggi kurang lebih 4000 meter diatas permukaan laut dan seringkali dilarang untuk melakukan hal yang ia inginkan saat masih kecil oleh orang tuanya.
Terlahir dekat dengan alam, Lhakpa sampai tidak tahu tanggal lahir dirinya sendiri, namun yang pasti ia merupakan keturunan etnis Sherpa (nomaden Tibet). Ia juga hidup di desa tersebut tanpa ada aliran listrik. Masyarakat setempat hanya mengandalkan sumber mata pencaharian dari Pertanian.
“Saya lahir di gua. Bahkan saya tidak tahu tanggal lahir saya. Di paspor, usia saya 48 tahun,” ungkap Lhakpa, dikutip dari BBC.com.
Tumbuh dan besar di dekat Gunung Everest, Lhakpa merasa bahwa lokasi dimana ia tinggal memberikan motivasi tersendiri baginya. Setiap harinya, ia bisa menyaksikan gunung tertinggi di dunia dan mampu menginspirasi dan menyemangati dirinya.
Meskipun, saat masih anak-anak, Lhakpa justru mendapatkan banyak penolakan dari berbagai pihak. Mulai dari tidak diizinkan untuk bersekolah karena ia perempuan dan stigma yang datang dari keluarganya sendiri.
Jejak dan Perjalanan Lhakpa Sherpa Mendaki Puncak Everest
Sumber: BBC
Bermula dari pemandu pendakian, Lhakpa memutuskan untuk turut menjadi pendaki gunung tidak hanya sebagai fasilitator saja.
Keinginan Lhakpa juga didorong oleh banyaknya orang yang mendaki puncak Gunung Everest setiap tahunnya yang diawali pada tahun 1953. Ia merasa tak cukup jika hanya menjadi pemandu saja, akhirnya tahun 2000 merupakan saksi bisu bagi keberhasilan Lhakpa mencapai puncak tertinggi Everest.
“Saya merasa seperti mencapai mimpi ketika sampai di puncak Everest untuk pertama kalinya.” ungkap Lhakpa
Tak berhenti di keberhasilannya pada pendakian pertama, Lhakpa terus mengulang perjalanannya menuju puncak tertinggi di tahun-tahun berikutnya.
Tahun 2003, menadi tahun dimana ia memegang rekor sebagai perempuan pertama yang mendaki Everest sebanyak 3 kali. Dan terus berlanjut hingga kini.
Artikel terkait: Cerita Legenda Gunung Semeru, Digunakan Para Dewa untuk Memaku Pulau Jawa
Mendobrak Stigma Perempuan Nepal
Keinginannya untuk mendaki, tidak serta merta mendapatkan dukungan dari keluarganya sendiri. Lhakpa harus melewati masa-masa dimana ia dan orang tua mengalami perdebatan melawan budaya yang mereka anut.
Sang ibu mengatakan mendaki akan menjauhkan Lhakpa dari jodoh dan tidak akan pernah menikah. Begitu juga dengan warga desa yang menakutkannya dengan perkataan bahwa mendaki akan membuatnya mati karena itu adalah pekerjaan untuk laki-laki.
Begitu banyak rintangan yang berupaya menghalangi cita-citanya untuk meraih puncak Everest.
Sumber: Outside Magazine
Ketika rekor berhasil ia capai, semua stigma yang disampaikan kepadanya runtuh seketika. Sebuah spirit baru terlintas di benaknya saat ia berada di puncak tertinggi di dunia.
“Saya berpikir, ‘Saya bukan lagi ibu rumah tangga biasa!’ Saya merasa seperti telah mengubah budaya Sherpa, status perempuan Sherpa dan perempuan Nepal.” ungkap Lhakpa.
Lhakpa tak ingin menyimpan rasa bangga dan bahagia itu sendirian saja, ia juga ingin perempuan lain bisa merasakan apa yang ia rasakan, mencapai mimpi ekspedisinya yang ditentang sejak kecil.
“Saya ingin menunjukkan kepada dunia bahwa saya bisa melakukannya. Saya ingin menunjukkan kepada wanita yang terlihat seperti saya bahwa mereka juga bisa melakukannya.” kata Lhakpa, dikutip dari The Guardian.
***
Parents, itulah kisah dari seorang ibu rumah tangga yang berhasil mencetak rekor dunia sebagai perempuan yang berhasil mencapai puncak Everest hingga 10 kali. Sangat inspiratif!
Baca juga:
Jadi Ibu Rumah Tangga, Tetap Membuat Saya Berkarya dan Berdaya
Berkarier atau jadi Ibu Rumah Tangga, Apapun Itu Jalani dengan Hati
8 Tokoh Inspiratif Perempuan Indonesia, Cocok Disebut Sebagai Kartini Masa Kini!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.