Sudahkah Parents memiliki kondisi keuangan keluarga yang sehat? Terlebih jika kondisi finansial sedang tidak menentu karena pandemi tengah melanda.
Tak bis dipungkiri, di tengah pandemi COVID-19 sekarang ini salah satu yang berdampak besar tentu saja aspek ekonomi. Tak sedikit pekerja harus merasakan pahitnya terkena PHK akibat perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar atau harus memangkas pengeluaran.
Keuangan keluarga yang sehat
Tidak sedikit masyarakat yang masih berpikir dan fokus pada manajemen keuangan saat kondisi berjalan normal saja. Padahal pengaturan keuangan dalam situasi darurat juga penting. Fungsinya, untuk mencegah timbulnya beragai risiko yang bisa muncul. Inilah mengapa, keuagan yang sehat perlu dilakukan.
Tak hanya sekadar gaji besar, terdapat beberapa ciri yang menandakan keuangan keluarga berada dalam taraf sehat. Seperti apa?
- Memahami arus keuangan keluarga
- Tidak memiliki utang kartu kredit
- Mampu mengendalikan besaran utang
- Tidak bertengkar dengan pasangan perihal uang
- Mampu membayar cicilan dalam kondisi apapun
- Tidak panik saat mengalami keadaan darurat keuangan
- Merasa bahagia dengan situasi keuangan saat ini
Manajemen keuangan keluarga yang sehat di tengah pandemi COVID-19, harus seperti apa?
Melihat dua poin terakhir ciri keuangan keluarga sehat di atas membuat penulis bertanya, mungkinkah hal ini dilakukan di masa seperti sekarang? Saat mengikuti Press Conference dan kelas finansial virtual bersama Jenius pada Kamis (14/5), terkuak fakta bagaimana virus Corona mengubah lini kehidupan manusia, utamanya umat Muslim yang tengah menjalani ibadah puasa.
Jenius selaku aplikasi perbankan digital kenamaan belum lama melakukan survei independen bertajuk Jenius Study: Indonesian Digital Savvy Behavior During Ramadhan 2020. Melibatkan 468 digital savvy di Indonesia, sebanyak 94% masyarakat merasakan perubahan kebiasaan dalam kurun waktu April hingga Mei 2020.
Mereka memilih menjalani Ramadhan di rumah (66%), membatalkan rencana bersama teman dan keluarga (23%), merasakan dampak ekonomi (8%), dan memilih tidak keluar rumah (4%).
Di samping itu, 91% masyarakat pun memilih tidak mudik ke kampung halaman demi memutus rantai penyebaran Corona. Oleh karenanya, masyarakat memilih merayakan Idul Fitri dengan video call bersama kerabat dan keluarga (51%), menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah (42%), dan mengunjungi tetangga terdekat (5%).
Metta Anggriani selaku perencana keuangan tersertifikasi tak menampik hal ini. Perubahan kebiasaan mau tak mau turut memengaruhi pola keuangan. Mengingat porsi belanja Ramadhan berkurang, porsi menabung seharusnya bisa ditingkatkan.
“Menabung menjadi krusial pada masa pandemi seperti saat ini karen kita tidak tahu sampai kapan ini berlangsung. Ketidakpastian ekonomi membuat kita wajib memastikan likuiditas keuangan tetap terjaga agar bisa bertahan hidup,” jelas Metta.
Mendadak kena PHK karena pandemi, bagaimana solusi terbaik?
Dalam kesempatan yang sama, Metta membagikan tips mengelola keuangan selama Ramadhan dan jelang Idul Fitri di tengah pandemi. Termasuk apa yang harus dilakukan bagi keluarga muda yang pasangannya terkena PHK, sementara kehidupan tentu harus tetap berjalan.
“Nggak ada seorang pun yang mau kena PHK, dalam hal ini komunikasi antar pasangan penting dan tidak perlu malu jika penghasilan berkurang karena pasangan kehilangan pekerjaan. Pikirkan apakah perlu melakukan likuidasi aset? Berhubung menjual aset yang tidak bergerak seperti kendaraan dan properti sangat sulit dalam situasi seperti ini,” terang Metta.
Ia pun menganjurkan agar pasangan melakukan advice keuangan berikut:
1. Lakukan financial checkup
Kebiasaan yang berubah otomatis turut menggeser pola keuangan keluarga secara drastis, sehingga penting bagi Parents melakukan pengecekan keuangan secara menyeluruh termasuk berapa aset yang dimiliki. Anda juga bisa mengatur ulang manajemen keuangan berdasarkan prioritas.
Metode 50/30/20 merupakan rumus yang umum digunakan dalam manajemen keuangan, kendati ini bukan standar baku.
- 50% penghasilan digunakan untuk kebutuhan (needs), seperti sandang, pangan, papan;
- 30% penghasilan digunakan untuk keinginan (wants), seperti hiburan, belanja, traveling, dll;
- 20% penghasilan digunakan untuk menabung dan investasi
“Tentunya ini harus disesuaikan dengan nominal penghasilan, kondisi masing-masing individu, serta karakter dan tujuan keuangan. Namun, jangan lupa sediakan porsi untuk menabung,” sambung Metta.
2. Tambah alokasi tabungan
Jika Parents masih mendapat tunjangan hari raya, maka bisa dialokasikan untuk menabung. Dalam grafik ekonomi yang tidak pasti, Metta menganjurkan menabung dibanding menginvestasikan uang dalam instrumen yang berisiko.
“Kalau memang harus mencairkan tabungan misalnya deposito atau bentuk tabungan lain, sebisa mungkin pertahankan instrumen yang memiliki performance paling bagus. Lihat juga seberapa banyak dana yang diperlukan, jangan dicairkan semuanya,” tegas Metta.
3. Jangan abaikan prioritas keuangan
Menyusun prioritas keuangan tak kalah penting untuk dilakukan dalam kondisi seperti ini. Sebisa mungkin dahulukan pengeluaran yang sifatnya wajib seperti membayar zakat fitrah, maal, dan zakat penghasilan. Jika biasanya Anda menyediakan dana rutin belanja, alihkan sementara untuk kebutuhan pokok seperti kesehatan.
“Jangan lupa mengantisipasi kenaikan harga pangan karena masa sekarang ada banyak kasus kelangkaan sehingga jadi mahal. Sesuaikan dengan kebutuhan, hindari belanja berlebihan,” ujar Metta.
4. Dana darurat is a must!
Tidak ada seorang pun yang mau terjebak dalam kondisi apapun, termasuk pandemi Corona yang kini menjadi situasi darurat yang masih diperjuangkan seluruh manusia. Jika sudah begini, penting bagi kita untuk tidak menyepelekan dana darurat.
Idealnya, sisihkan dana darurat sebanyak 6x pengeluaran bulanan. Bila memungkinkan, akan lebih bagus jika Anda menyiapkan dana darurat hingga 12x pengeluaran bulanan.
“Dana darurat bisa disimpan di instrumen yang likuid tetapi membutuhkan effort untuk dana itu diambil, bisa berupa rekening terpisah atau deposito. Reksa dana pasar uang dan logam mulia juga bisa menjadi pilihan agar dana simpanan terlindung dari gerusan inflasi,” ungkap Metta.
5. Hindari utang konsumtif
Tak kalah penting, jauhi dulu utang yang sifatnya konsumtif. Adalah hal yang mutlak untuk kita menyesuaikan gaya hidup dalam kondisi seperti sekarang. Perencana keuangan menganjurkan porsi utang sebaiknya tidak melebihi 30% dari penghailan bulanan.
“Bersyukur dan ikhlas menerima kondisi keuangan kita yang sekarang. Ini menjadi kesempatan kita untuk lebih banyak menabung dan mengatur pengeluaran dengan lebih bijaksana,” pungkas Metta.
Baca juga :
Jangan sampai salah! Begini cara kelola keuangan saat pandemi Covid-19
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.