Sudahkah pola asuh yang selama ini Parents terapkan berjalan dengan baik? Menjadi orangtua memang tidak ada sekolahnya, oleh karena itulah Parents perlu terus menerus belajar agar menghindari kesalahan dalam pola asuh anak.
Seperti yang dikatakan Najelaa Shihab, psikolog anak sekaligus praktisi pendidikan bahwa menjalani hubungan keluarga dimulai dengan meluruskan miskonsepsi yang selama ini kita miliki.
Karena, sampai saat ini masih banyak yang dipercaya, namun sebenarnya hanya asumsi berdasarkan yang sudah pernah dialami jadi bukan sesuatu yang didukung oleh data dan bukti yang akurat.
Seperti yang dikutip dari Buku Keluarga Kita, Mencintai dengan Lebih Baik, sampai saat ini masih ada ada 4 hal yang sebenarnya salah kaprah seputar hubungan. Jika dibiarkan terus berlarut justru menjadi kesalahan dalam pola asuh anak.
#1 Hubungan atas dasar cinta dan persaudaraan adalah hubungan yang selalu erat. Tanpa perlu usaha pun dapat terus berkualitas.
Parents tentu sudah familar dengan istilah sibling rivalry bukan? Sebuah kondisi di mana si kakak dan adik saling berebut perhatian bahkan bersaing satu sama lain. Kondisi ini mampu memperlihatkan bahwa hubungan persaudaraan yang baik dan mesra tidak terjadi begitu saja.
Oleh karena itulah, pemahaman ini merupakan salah satu miskonsepsi yang perlu segera dibenahi. Seperti yang dijelaskan oleh Najelaa Shihab dalam buku Mencintai Lebih Baik, kualitas hubungan apa pun perlu dijaga dengan cara berinteraksi dengan baik.
Contohnya dengan memerhatikan kuantitas pertemuan, saling mengapresiasi, memberikan kritik tanpa melemahkan, dan berkonflik dengan sehat.
Najelaa mengingatkan bahwa penting bagi Parents untuk lebih sensitif terhadap semua kebutuhan anggota keluarga dan memberikan respon yang tepat atas kebutuhan tersebut. Pasalnya, tidak setiap anak butuh pelukan dan perhatian dan jumlah yang sama.
Hal ini juga berlaku saat menghadapi orang tua, tidak jarang mereka sering merasa kesepian namun tidak banyak berbicara walau ditelepon, namun sering tidak enak berterus terang.
Prinsip yang perlu dipahami, agar tidak terjadi kesalahan dalam pola asuh anak, perlu diingat bahwa makin beragam peran dan hubungan, makin banyak yang perlu diusahakan.
#2 Untuk menjaga perasaan satu sama lain dalam keluarga, kita perlu bersabar dengan apa yang kita rasakan. Kalau dekat, pasti saling tahu, tanpa perlu dibicarakan lagi.
Sebenarnya di sini yang diperlukan adalah menerapkan komunikasi efektif agar dapat menyampaikan yang bisa dirasakan dengan tepat. Konflik dalam semua hubungan membutuhkan penyelesaian dengan cara baik serta waktu yang tepat. Lewat cara ini tentu akan menjadi contoh yang baik bagi anak.
Prinsip waktu akan menyelesaikan semua masalah adalah bukan hanya menggampangkan masalah, namun menunjukkan ketidakpercayaan pada kekuatan hubungan. Banyak masalah kecil yang menjadi besar dengan waktu.
Kerenggangan hubungan suami istri yang tidak segera diperbaiki jelas menunjukkan bahwa prioritas pasangan bukan di sini, menunjukkan apatis dan kebalikan dari tanda peduli.
#3 Kesalahan dalam pola asuh anak menganggap bahwa keluarga besar tidak perlu terlalu dekat dengan anak-anak kita, nanti mereka terlalu ikut campur dengan urusan rumah tangga.
“Saya nggak mau kalau orang tua kita terlalu banyak ikut campur dalam mengurus anak-anak,”
“Kenapa, sih, ibu kamu sering kali menggagalkan kesepakatan aku dengan anak-anak? Anak-anak itu kan hanya boleh makan es krim saat akhir pekan, kenapa mereka memberikan es krim saat hari sekolah?”
Apakah Parents, familar dengan kondisi di atas? Atau, pernah merasakan dalam situasi tersebut? Mendidik anak dan menerapkan pola asuh memang butuh kesepakatan dan kekompakan. Namun bukan berarti Parents membatasi anak untuk memeiliki kedekatan dengan keluarga besar.
Seperti yang diterangkan oleh Najelaa Shihab, founder Keluarga Kita, bahwa ada riset yang menunjukkan bahwa anak membutuhkan hubungan yang beragam dan kaya dengan berbagai anggota keluarga.
Bukan saja orangtuanya, anak juga butuh dekat dengan kakek nenek, pakde, dan bude, serta seluruh keluarga besar. Dari sini, anak justru bisa meningkatkan kemampuannya dalam hubungan dengan lingkungan lain. Oleh karena itu, hubungan dengan keluarga besar harus diusahakan.
Konflik dengan keluarga besar memang biasa terjadi karena ada keinginan untuk mendapatkan peran dalam mengasuh cucu atau keponakan. Yang diperlukan adalah bagaimana mengomunikasikannya dengan baik dan berikan peran yang tepat untuk masing-masing pihak.
Sering kali nenek atau kakek tidak tahu cara lain menghabiskan waktu dengan cucunya, selain dengan memberikan hadiah. Tunjukkan bahwa anak juga bisa senang ketika dibacakan buku cerita atau berkebun bersama.
Perbedaan pandangan dalam pengasuhan akan selalu ada, masukan perhatian diapressiasi da dapat disesuaikan dengan kebutuhan keluarga.
#4 Dalam keluarga perlu ada pembagian peran sebagai si galak dan si baik saat berinteraksi dengan anak.
Salah satu kesalahan dalam pola asuh anak adalah tidak sedikit orangtua yang masih mengkotak-kotakan perannya dalam pengasuhan. Misalnya, Bunda lebih banyak perperan sebagai sosok yang baik hati, sementara sang ayah berperan menjadi pihak yang dianggap galak. Namun, apakah dalam pola asuh bisa menerapkan hal ini?
Najelaa Shihab menjelaskan jika pembagian peran ini masih terus dilakukan, sebenarnya meruapakan miskonsepsi yang harus diluruskan. Karena jika hal ini terus dibiarkan justru menjadi kesalahan dalam pola asuh anak.
Dalam buku yang diterbitkan oleh Keluarga Kita, Najelaa Shihab menjelaskan bahwa praktik baik penumbuhan karakter menunjukkan bahwa konsistensi adalah kunci yang paling utama.
Anak perlu paham bahwa kesepakatan dibuat untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan kebutuhan bersama sehingga berlaku dalam situasi apa pun meski ayah dan ibu tidak hadir lengkap pada kondisi tertentu.
Justru sikap Parents yang tidak sama, atau bahkan saling bertolak belakang justru akan menimbulkan kebingungan anak. Bahkan perbedaan sikap orang dewasa akan membuat disiplin tidak efektif, terutama setelah anak mulai bisa membaca situasi. Bahkan bisa memanipulasi.
Di usia dini pun anak dengan cepet mengobservasi, ayah atau ibu yang lebih mudah menyerah saat ia merengek atau meminta bantuan untuk tugas harian. Usahakan semua yang terlibat dalam pengasuhan dapat hadir bersama saat anak tantrum, misalnya.
Sehingga juga bisa saling belajar teknik yang tepat dan anak membiasakan konsistensi perilaku dengan siapa pun yang mengasuhnya.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.