Studi: Pasien Long Covid 30% Lebih Berisiko Alami Kerusakan Ginjal

Penelitian terbaru paparkan risiko rusaknya ginjal bagi pasien COVID-19 gejala panjang.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Istilah long-haul COVID-19 atau singkatnya Long Covid mengacu pada gejala jangka panjang yang muncul setelah seseorang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19. Gejalanya beragam dan terus berkembang, salah satunya kerusakan ginjal.

Definisi Long-haul COVID-19

Umumnya, seseorang akan sepenuhnya pulih ketika sudah sembuh dari sakit. Berbeda dengan COVID-19, penderita bisa saja mengalami gejala lanjutan walaupun sudah sembuh.

Gejala bahkan bisa dirasakan hingga lebih dari 4 minggu setelah penderita dinyatakan sembuh melalui hasil tes COVID-19 yang negatif. Fenomena inilah yang disebut sebagai long-haul COVID-19.

Merujuk jurnal The Lancet, istilah long-haul COVID-19 lebih dikenal dengan sebutan post-acute COVID-19 syndrome. Beberapa riset menunjukkan bahwa sekitar 10% penderita COVID-19 akan mengalami gejala jangka panjang ini. Kondisi ini dialami oleh pasien anak-anak dan orang dewasa setelah terkena COVID-19.

Sayangnya, penyebab terjadinya kondisi tersebut hingga kini masih belum diketahui pasti dan masih diteliti. Salah satu teori menyebutkan bahwa gangguan pada keseimbangan jumlah bakteri baik atau probiotik di dalam usus turut berpengaruh terhadap munculnya kondisi long-haul COVID-19.

Artikel terkait: Pelajar SMK Meninggal Usai Vaksinasi COVID-19, Begini Kronologisnya

Benarkah Long COVID Sebabkan Kerusakan Ginjal?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Layaknya gejala penyakit, Long Covid menunjukkan tanda variatif pada setiap orang. Berikut gejala yang umumnya timbul:

  • Kelelahan
  • Sesak napas
  • Batuk
  • Nyeri sendi dan otot
  • Dada berdebar
  • Nyeri dada
  • Gangguan indra penciuman
  • Demam
  • Susah tidur
  • Sakit kepala
  • Masalah psikologis seperti sulit konsentrasi, cemas, dan depresi

Walau jarang, sebagian penderita long-haul COVID-19 bahkan bisa mengalami masalah kesehatan yang lebih serius, antara lain peradangan pada otot jantung, gangguan fungsi paru-paru, rambut rontok, ruam kulit, dan gangguan fungsi ginjal.

Penelitian baru mengungkap bahwa seseorang yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 memungkinkan menderita kerusakan ginjal permanen. Adapun studi dilakukan terhadap lebih dari 1,7 juta pasien Veteran AS.

Dari temuan yang diterbitkan pada 1 September dalam Journal of American Society of Nephrology, para veteran terkonfirmasi COVID-19 dalam kurun waktu Maret 2020 hingga Maret 2021, dan masih hidup hingga 30 hari kemudian.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Studi tersebut mengamati risiko pasien mengembangkan berbagai jenis masalah ginjal dalam beberapa bulan setelah 30 hari itu. Secara menyeluruh, pasien menunjukkan penurunan substansial dalam laju filtrasi glomerulus (GFR) ginjal - yang menjadi ukuran seberapa baik organ menyaring limbah dari darah.

Hasilnya, lebih dari 5% pasien COVID-19 mengalami penurunan GFR 30% atau lebih. Dibandingkan dengan populasi pasien veteran umum, risiko mereka 25% lebih tinggi.

“Hal ini disebabkan orang dewasa secara alami kehilangan sekitar 1% dari fungsi ginjal mereka per tahun. Penurunan 30% dalam GFR sama dengan kehilangan fungsi ginjal selama 30 tahun,” terang Wilson.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Studi tersebut juga meneliti risiko cedera ginjal akut, di mana organ tiba-tiba kehilangan fungsinya. Kondisi tersebut dapat menyebabkan gejala seperti pembengkakan pada kaki, kelelahan, dan kesulitan bernapas.

Artikel terkait: Kabar Baik, Penelitian Ungkap Risiko Long Covid Setelah Vaksinasi Kemungkinannya Kecil

Mungkinkah Sembuh?

Pertanyaan lanjutan pun kemudian muncul, apakah mungkin pasien dengan risiko kerusakan ginjal seperti ini sembuh? Penelitian sendiri telah memaparkan bahwa kerusakan ginjal ini justru lebih mungkin dialami pasien positif COVID-19.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pun orang yang dirawat di rumah juga memiliki risiko yang sama. Lebih lanjut, Wilson menerangkan bahwa cedera ginjal akut dan penurunan GFR kemungkinan dapat pulih tanpa kerusakan yang bertahan lama.

Patut dicatat bahwa pasien yang menjadi objek studi merupakan pasien veteran yang telah berusia lanjut. Dibutuhkan penelitian lanjutan apakah hasil yang sama akan diperoleh jika partisipan penelitian berusia lebih beragam.

Selain itu, beberapa pasien dalam penelitian memang mengalami gagal ginjal stadium akhir. Kondisi inilah yang membuat peluang menjadi paling besar di antara pasien COVID yang pernah berada di ICU.

Mereka mengembangkan penyakit pada tingkat sekitar 21 kasus per 1.000 pasien per tahun - membuat risiko mereka 13 kali lebih tinggi daripada pasien lainnya. Risiko yang lebih kecil juga terlihat di antara pasien COVID lainnya, baik dirawat di rumah sakit atau tidak.

Wilson menduga bahwa orang dengan gejala ringan kemungkinan tidak mengalami masalah ginjal, sedangkan mereka yang benar-benar ‘jatuh’ selama berminggu-minggu akibat COVID-19 mungkin memiliki risiko yang relatif lebih besar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kabar baiknya, menurut Al-Aly, disfungsi atau kerusakan ginjal mudah dideteksi melalui pemeriksaan darah dasar yang dilakukan pada kunjungan perawatan primer. Sehingga, pemeriksaan ginjal bisa sangat bermanfaat bagi orang yang terinfeksi dengan gejala parah.

Baca juga:

id.theasianparent.com/pengaruh-covid-19-pada-metabolisme

id.theasianparent.com/anak-tak-alami-gejala-covid

id.theasianparent.com/efek-infeksi-covid-19-ringan