Kematian orangtua tidak hanya membuat anak sedih dan berduka, tapi juga bisa memicu kecenderungan anak untuk melakukan bunuh diri.
Hal ini dikemukakan oleh sebuah penelitian yang dilakukan di Denmark dan dipublikasikan di Jurnal PLOS Medicine di tahun 2015. Studi ini menemukan kaitan antara kematian orangtua di masa kecil anak dengan kecenderungan mereka melakukan bunuh diri saat dewasa.
Dampak kematian orangtua terhadap anak
Kecenderungan ini tidak ditemukan pada anak-anak yang orangtuanya tetap hidup hingga mereka berusia 18-20 tahun. Awalnya, para peneliti menemukan fakta bahwa anak yang kehilangan orangtuanya karena kematian, mereka cenderung akan meninggal 40 tahun kemudian, dibandingkan dengan anak-anak yang orangtuanya tetap hidup hingga mereka berusia 18 tahun.
Ketika tim peneliti menggali lebih dalam data penelitian mereka, ternyata sebagian alasan mereka meninggal adalah karena bunuh diri. Hanya sekitar 4% dari anak yang diteliti yang bisa hidup dan beradaptasi dengan kehilangan orangtuanya di masa kanak-kanak.
Jumlah orang yang bunuh diri pada masa dewasanya memang kecil namun signifikan. Studi yang dilakukan di Universitas Aarhus melihat data pemerintah dari 7,3 juta anak dari Denmark, Swedia dan Finlandia.
Mereka menemukan sejumlah 189,094 anak kehilangan orangtua mereka sebelum berusia 18 tahun.
Data ini kemudian dikomparasi dengan 1,8 juta anak yang melewati masa kecil hingga dewasa dengan kedua orangtuanya tetap hidup mendampingi. Peneliti mengikuti dampak kehadiran dan kematian orangtua ini di kedua kelompok data selama 40 tahun.
Artikel terkait: Didoktrin Orang Tua, Anak Usia 7 dan Tahun Menjadi Pelaku Bom Bunuh Diri
Anak-anak yang kehilangan orangtuanya karena kematian memiliki risiko dua kali lebih besar untuk melakukan bunuh diri, terutama anak lelaki. Studi ini memang hanya melihat data dan tidak memasukkan faktor seperti genetis, lingkaran sosial, juga gaya hidup keluarga.
Namun hasil dari studi ini menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Universitas Pittsburgh di tahun 2008. Penelitian yang dipublikasikan secara online di Science Daily ini menemukan fakta bahwa anak-anak yang orangtuanya meninggal secara mendadak memiliki risiko tinggi terkena depresi atau PTSD (Kelainan Stres Pasca Trauma).
Artikel Terkait: Parents, Kenali Perbedaan Stres dan Penyakit Mental Gangguan Kecemasan pada Anak Ini
Anak yang orangtuanya meninggal harus mendapatkan terapi
Para peneliti di Denmark menyimpulkan pada kasus anak yang kehilangan orangtuanya karena kematian, sebaiknya mereka diberikan terapi meskipun kelihatannya mereka baik-baik saja.
“Penelitian kami menegaskan adanya penurunan tingkat stres dan risiko bunuh diri yang lebih rendah, pada anak-anak yang kehilangan orangtuanya karena meninggal.”
Penelitian ini dilakukan di negara yang memiliki akses kesehatan dan layanan sosial yang mudah. Situasi yang lebih buruk bisa terjadi pada anak-anak di negara lain dimana akses kesehatan dan layanan sosialnya tidak terlalu banyak.
Kita tidak pernah tahu kapan kematian datang menjemput. Oleh sebab itu luangkan waktu sebanyak-banyaknya untuk anak kita agar mereka memiliki kenangan indah bersama kita setelah kita tiada.
Selain itu, menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat dan olahraga juga bisa mencegah kematian yang bersumber dari penyakit karena gaya hidup. Sayangi diri Anda, demi keluarga dan anak-anak Anda.
Baca juga:
Orangtua Bunuh Diri adalah Tindakan Egois yang Berdampak Negatif pada Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.