Bahayakah keluar di dalam saat istri hamil? Ini penjelasan pakar

Bunda yang tengah merencanakan kehamilan ataupun sedang melalui masa kehamilan wajib membaca!

“Keluar di dalam saat hamil atau ejakulasi di dalam, boleh nggak, sih?”

“Usia kandungan saya masih sangat muda, kok, khawatir ya kalau berhubungan intim dengan suami…”

“Boleh nggak, sih, kalau saat hamil suami ejakulasi di dalam?”

“Katanya, sperma itu bisa memicu keguguran, ya?”

“Selama hamil, suami enggan ‘melongok’ nih. Katanya takut bayi yang di dalam kandungan nggak nyaman. Bener nggak sih?

Beberapa pertanyaan di atas, sering dilontarkan ibu hamil, terutama yang sedang mengandung anak pertama. Setidaknya saya pun mempunyai sederet pertanyaan mengenai hal ini ketika hamil dulu.

Apakah di antara Parents merasakan hal serupa?

Topik boleh atau tidaknya suami keluar di dalam saat istri hamil memang selalu menjadi hangat untuk diulas. Meskipun momen saya hamil sudah lewat beberapa tahun yang lalu, namun saya masih ingat dengan saran dokter kandungan

dr. M. Soemanadi, SpOG mengatakan, pada dasarnya melakukan hubungan intim saat hamil tentu saja tidak dilarang. Hal ini pun terkait dengan keluar di dalam saat hamil.

Prinsipnya, jika kandungan sehat sebenarnya aktivitas seks bisa berjalan dengan normal. Termasuk, ejakulasi di dalam vagina saat berhubungan intim. Namun perlu dipahami bahwa saat mengandung, mood untuk melakukan aktivitas seks memang bisa naik turun. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh perubahan hormon.

Jika khawatir dengan kondisi janin di dalam kandungan, perlu diketahahi bahwa janin sebenarnya sudah dilindungi cairan ketuban sehingga aktivitas memang tidak membahayakan atau membuat janin merasa tidak nyaman. Perlindungan ini juga dibantu dengan otot rahim serta lendir tebal yang menutup mulut rahim untuk menghindarkan infeksi.

Di samping itu, saat melakukan aktivitas seksual sebenarnya penis yang masuk saat bersenggama tidak akan mencapai bayi.

Meskipun begitu bukan berarti melakukan hubungan intim ketika hamil bisa dijalani layaknya saat tidak hamil. Pasalnya, tidak bisa dipungkiri ada beberapa kondisi kehamilan yang cukup rentan sehingga aktivitas seksual perlu diperhatikan.

Dikutip dari Hallosehat, ada beberapa kondisi ketika aktivitas seksual saat hamil perlu lebih hati-hati bahkan dihindari.

Yaitu ketika saat hamil sering kali mengalami pendarahan, nyeri perut, cairan ketuban tidak normal, kondisi plasentai previa atau adanya riwayat persalin prematur, termasuk jika mengandung bayi kembar. Jika ibu hamil mengalami kondisi seperti di atas, aktivitas seksual sebaiknya ditunda lebih dulu.

Terkait dengan pendapat yang mengatakan bahwa sperma bisa menyebabkan keguguran juga sebenarnya hanya mitos. Sampai saat ini tidak ada hubungan atau fakta medis yang bisa membuktikannya.

Keterangan ini disampaikan M. Nurhadi Rahman, dokter kandungan dari RS Dr Sadjito Yogyakarta. Di kutip dari laman CNN Indonesia, ia mengatakan, “Anggapan sperma menyebabkan keguguran adalah mitos. Sperma tidak menyebabkan keguguran, tidak ada fakta medisnya.”

Ia menambahkan, kalau pun ada peristiwa keguguran setelah berhubungan seks, sebenarnya dikarenakan kondisi awal rahim yang memang sudah lemah. Namun, karena keguguran terjadi setelah berhubungan seksual dengan suami, seringkali seks dijadikan kambing hitam.

“Sperma memang juga mengandung prostaglandin, yang berperan bisa memicu kontraksi. Tapi tidak berpengaruh di tubuh ibu hamil. Yang bisa memicu justru prostaglandin yang dihasilkan oleh tubuh ibu sendiri saat orgasme. Sperma tidak menyebabkan apapun pada kehamilan,” tambahnya.

Sekadar tambahan, prostaglandin sendiri merupakan sejenis bahan kimia yang terjadi secara alami dalam tubuh yang mengatur ketegangan otot, termasuk kontraksi dan relaksasi otot. Prostaglandin inilah yang kemudian memicu kontraksi rahim saat kehamilan sudah memasuki trimester akhir.

Tidak mengherankan jika HPL (Hari Perkiraan Lahir) sudah di ujung mata, banyak yang menyarankan untuk melakukan hubungan seksual lebih rutin karena bisa merangsang proses persalinan lebih cepat.

Selain hormon oksitosin, berhubungan intim juga melibatkan hormon prostaglandin untuk merangsang persalinan. Untuk itu, saat melakukan hubungan intim saat hamil, pastikan juga keluar di dalam saat hamil.

Hormon prostaglandin yang masuk ke tubuh ibu hamil dapat membantu melembutkan leher rahim. Sehingga, leher rahim lebih mudah untuk membuka dan melebar sebagai jalan keluarnya bayi.

Semoga bermanfaat.

 

Baca juga:

4 Alasan Mengapa Berhubungan Seks Saat Hamil itu Menyenangkan