Apakah Anda sedang menjalani program hamil, dan kerap merasa stres karena hasil yang tak kunjung positif? Kecewa boleh saja, tetapi jangan sampai kekecewaan itu memengaruhi keadaan emosi Anda dan hubungan dengan pasangan. Anda harus mengetahui cara menghilangkan stres saat program hamil yang tentunya juga mempengaruhi kesuburan Anda.
Program hamil menjadi perjalanan yang mengasyikkan, tetapi hasil yang terus-menerus negatif bisa membuat keadaan menjadi tidak enak. Berjuang untuk hamil dapat membuat Anda dan pasangan merasa tertekan atau bahkan depresi.
Melalui kulgram “Kelola Stres Saat Menjalani Promil” yang diadakan theAsianparent pada Jumat (9/7), Olphi Disya Arinda selaku Psikolog Klinis & Director dari Alpas.id mengungkapkan cara kelola stres saat menjalani program hamil.
Daftar isi
Apa Itu Stres?
Sebelum membahas cara kelola stres saat menjalani program hamil, mari kita ketahui seluk-beluk tentang stres dan kaitannya dengan promil.
Stres adalah reaksi seseorang, baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis), apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri. Stres adalah bagian alami dan penting dari kehidupan, tetapi apabila berat dan berlangsung lama dapat merusakan kesehatan kita.
Kondisi stres tidak selalu buruk. Terkadang stres juga dapat membawa kita pada kondisi yang lebih baik, terutama jika kita dapat mengelolanya dan menjadikannya sebagai momen antisipatif, serta merencanakan apa saja yang dapat kita lakukan sesuai dengan kemampuan kita.
Akan tetapi, apabila stres tidak dikelola, justru dapat membawa dampak buruk sehingga sangat mungkin berpengaruh terhadap kesehatan fisik, masalah relasi, dan sebagainya.
Artikel terkait: Jalani Promil, Apa Saja Nutrisi yang Dibutuhkan Sebelum Hamil?
Apa Kaitan Antara Stres dan Program Hamil?
Sebelum mengetahui apa saja kaitannya antara stres dan program hamil yang mengganggu kesuburan, berikut ini adalah beberapa poinnya:
- Pengaruh hormon kortisol
- Perubahan pola tidur
- Terganggunya pola makan
- Gairah seks berkurang
- Kurang aktivitas/olahraga
- Kebiasaan minum kafein/alkohol/merokok
Sebagaimana kita tahu, terjadinya kehamilan juga dipengaruhi oleh hormon yang pada akhirnya dapat memudahkan kita merencanakan kehamilan. Hormon pada perempuan membantu kita untuk dapat memprediksi kapan ovulasi, masa subur, haid, dan sebagainya.
Sedangkan saat stres, tubuh kita memproduksi hormon kortisol yang mengganggu produksi hormon LH yang membantu mengatur haid dan ovulasi.
“Akhirnya kita mengalami masalah haid dan beberapa masalah lain. Seperti sulit tidur atau kebanyakan tidur, pola makan terganggu (ingin makan terus atau malas makan), gairah seks berkurang yang artinya kita jadi tidak menginisiasi dan menikmati hubungan intim, malas gerak. Dan beberapa orang jadi lari ke kafein, alkohol, atau merokok untuk meredakan stresnya,” kata Olphi Disya Arinda.
Apa yang Biasanya Terjadi Saat Stres Selama Program Hamil?
Secara psikologis, sebagian besar pasangan, khususnya pihak perempuan merasa khawatir terhadap keberhasilan program hamil. Biasanya jadi sering memaksakan keberhasilan segera, akhirnya menempuh berbagai cara dari yang “kata dokter” sampai “kata iklan.”
Maksudnya, ada beberapa cara yang justru tidak sehat dan hal tersebut tidak dipertimbangkan dengan matang mengenai dampak, dan cara-caranya. Sebab pasangan hanya fokus pada keberhasilan, proses menuju keberhasilan pun kurang menjadi prioritas. Padahal proses yang sehat juga penting.
Selain itu, jadi merasa cemas saat berhubungan intim. Stres dan cemas membuat hasrat seksual kita menjadi terganggu. Terutama saat program hamil dan belum berhasil, mungkin sekali kita menjadi cemas saat berhubungan intim.
“Kita menjadi kurang mindful dan tidak menikmati hubungan intim itu sendiri karena saat berhubungan, kita hanya fokus pada ‘harus jadi’,” ungkap Psikolog Klinis Dewasa lulusan Universitas Indonesia.
Padahal, berhubungan intim dengan pasangan dan menikmatinya dapat menurunkan stres dan membuat mood menjadi lebih positif.
“Justru ketika mood positif dan stres berkurang, itulah faktor keberhasilan promil. Ketiga, sering merasa ingin menyerah ini kayaknya dialami oleh sebagian besar pasangan yang sudah berusaha selama bertahun-tahun, ya,” imbuhnya.
“Ini sangat wajar dialami, bukan hal yang aneh, karena setelah berupaya dalam waktu lama mungkin kita merasa ada yang salah dari kita atau kenapa, ya, enggak kunjung berhasil. Hal ini akhirnya membuat pasangan menjadi demotivasi, enggak semangat lagi menjalani promil,” sambung dia.
Artikel terkait: Ketahui 3 Terapi Infertilitas untuk Parents yang Mendambakan Buah Hati
Pasangan yang menganggap keberhasilan program hamil adalah hal yang paling utama sehingga mengabaikan hal lain dalam pasangannya membuat relasi juga terasa tidak puas.
Padahal, nilai dan kualitas seseorang tidak hanya diukur dari keberhasilan untuk dapat hamil atau tidak. Pasangan tetap dapat menjalani hubungan dengan bahagia dan terus berupaya semampunya saling memberikan yang terbaik.
Yang bikin stres justru kalau salah satu pihak menyalahkan dan hadir kekecewaan lainnya yang membuat semakin stres.
Stres dapat Mempengaruhi Kesuburan
Melansir dari BabyCenter, saat mengalami kondisi stres, gangguan fungsi hipotalamus juga menyebabkan tubuh alami gangguan ovulasi. Inilah yang menyebabkan wanita yang memiliki tingkat stres tinggi lebih sulit untuk hamil.
Selain itu, wanita yang mengalami stres akan lebih jarang melakukan hubungan intim dengan pasangan sehingga menambah kesulitan untuk hamil. Stres juga dapat memicu gaya hidup kurang sehat, sehingga juga memengaruhi kesuburan wanita.
Cara Kelola dan Menghilangkan Stres Saat Program Hamil
Sebelum mengetahui cara menghilangkan stres saat program hamil, tentu saja ada beberapa hal yang harus Anda dan pasangan lakukan, di antaranya:
- Komunikasikan secara 2 arah dengan pasangan, diskusikan apa yg menjadi harapan, keresahan, apa yang perlu dilakukan, dan sebagainya.
- Perlu memperluas informasi, salah satunya melalui konten-konten di theAsianparents. Sebab, kadang ketidaksiapan seseorang dalam menjalani promil (yang akhirnya memunculkan stres) adalah karena minimnya informasi terkait conceiving.
- Di era media sosial ini, kita mungkin melihat teman-teman yang berhasil promil atau “gampang hamil”. Nah, perlu disadari, nih, emosi apa yang kita rasakan saat membaca/mendengar kabar tersebut, perhatikan perkembangan dan kesehatan diri kita.
- Rutin olahraga. Olahraga seperti berjalan kaki atau bersepeda di sekitar rumah dinilai efektif untuk mengurangi stres. Olahraga juga membantu Anda menjaga berat badan ideal yang sehat, yang juga bisa memengaruhi kesuburan.
- Konsumsi makanan sehat dan hindari junk food hingga makanan manis yang sering dikonsumsi saat stres. Sebaiknya, mengonsumsi alpukat, sayuran hijau, ikan, kacang-kacangan, dan juga buah-buahan untuk meningkatkan kesuburan.
Ibu yang stres juga sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi psikologis janin hingga kepribadian saat dewasa.
Jika memang ada keluhan atau kebingungan, sangat dianjurkan untuk konsultasi ke ahli yang terpercaya seperti bidan dan dokter kandungan (obgyn). Boleh juga konsultasi ke psikolog bila merasakan gejala depresi, cemas, hasrat seksual rendah, atau masalah dalam perkawinan
Lalu, Bagaimana Cara Mengelola Saat Promil?
Kadang ada perasaan kita yang sulit sekali diungkapkan, jadi Anda bisa beralih untuk menumpahkannya dalam bentuk tulisan atau jurnal harian, bisa dicoba berbagai teknik journaling yang sekiranya cocok dan dapat dilakukan.
“Anda juga enggak perlu menyimpan keresahannya sendirian, curhatlah ke orang yang dapat dipercaya seperti pasangan, sahabat, orang tua, siapa pun yang teman-teman anggap dapat mendengarkan dan memahami,” imbuh Olphi Disya Arinda.
Salah satu faktor stres adalah karena kita tidak memperhatikan apa yang sebetulnya terjadi pada tubuh kita, padahal tentu ada tanda-tandanya. Maka dari itu, catat (atau pakai aplikasi) masa subur, haid, suhu tubuh, tanda-tanda PMS, dan sebagainya agar kita dapat melihat pola apa saja sinyal yang tubuh kita berikan.
Gabung di komunitas yang suportif agar tidak merasa berjuang sendirian, trust me it helps a lot!
Artikel terkait: 5 Risiko Ini Mengintai Ibu Hamil dengan PCOS, Hati-hati!
Tak lupa juga afirmasi diri, yakni kita memberikan penguatan terhadap diri sendiri, minta maaf ke diri sudah sering menuntut sampai lelah, berterima kasih juga ke diri sudah mau berjuang terus tidak mudah menyerah. Serta motivasi diri bahwa apa yang dilakukan sudah yang terbaik, sisanya adalah kuasa Tuhan.
Berusahalah untuk bersikap positif dengan diri karena orang yang paling bisa memahami dan selalu ada untuk kita hanyalah diri kita sendiri. Disayang-sayang dan dikasihani agar kita tidak selalu terhanyut dalam “keharusan” untuk bisa berhasil.
Kadang kita juga perlu beristirahat atau ambil jeda. Seperti maraton, ada kalanya kita memelankan langkah kita bukan untuk menyerah, tetapi untuk mengatur tenaga.
Promil dan stres itu cukup berat, jadi tidak apa-apa, ya, untuk take a break terlebih dahulu. Misalnya dengan me-time atau melakukan hobi, kali saja fokus promil jadi lupa sama diri sendiri. Lanjutkan olahraga sewajarnya dan sekuat Anda, jangan maksa harus langsing singgung sampai badan drop.
Dan jangan lupa untuk menikmati kebersamaan dengan pasangan, banyak-banyakin bercanda, quality time berdua, dan menikmati waktu bersama. Mungkin hal itu membuat kita menemukan sisi dirinya dan diri kita yang lain, yang justru membantu kita lebih siap menjadi orang tua.
Kadang kita sudah berusaha banget dan sudah mampu mengelola stres juga, tapi, kok, tetap sulit, ya? Nah, Anda perlu pahami bahwa mungkin saja stres membawa dampak pada masalah haid yang akhirnya membuat kita mengalami masalah ovulasi dan sebagainya.
Juga mungkin sekali karena adanya disfungsi seksual, baik istri atau suami, sehingga aktivitas berhubungan intim tidak berjalan sesuai harapan yang akhirnya menurunkan potensi keberhasilan program hamil.
Itulah cara menghilangkan stres saat program hamil. Sudah siapkah menerapkannya?
Baca juga:
Drama Kehamilan Pertamaku, Alami Ketuban Sedikit atau Oligohidramnion
Hamil dengan Kista, Inilah Pengalaman Berharga yang Kurasakan