Sebenarnya, bagaimana kasus diabetes dan prediabetes di Indonesia bisa sangat berkembang, dan apakah sudah ada pengobatan yang mampu mengatasi ini?
Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI) Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengatakan bahwa pengidap diabetes yang ada di Indonesia mencapai sekitar 11 juta pasien. Dengan jumlah ini, International Diabetes Federation (IDF) menetapkan Indonesia berada peringkat ke-7 dunia sebagai negara dengan kasus diabetes terbanyak.
Data di atas belum termasuk kasus prediabetesnya, lho, Bunda. Masih diucapkan oleh Profesor Suastika, Indonesia memiliki 30 juta kasus prediabetes. Dan ini membawa kita pada peringkat ke-3 dengan kasus prediabetes terbanyak di dunia. Wow!
Kasus Diabetes dan Prediabetes di Indonesia Peringkat 7 dan 3 di Dunia!
Dalam diskusi media bertema “Experience the Freedom with Co-formulation Insulin” bersama Novo Nordisk, Kamis (25/2/2021), Profesor Suastika mengatakan, penderita diabetes terus meningkat. Hal ini dikarenakan banyak orang yang tidak menyadari dirinya mengidap prediabetes –berada di antara kondisi normal dan diabetes.
Seperti yang sudah disampaikan di awal, penderita prediabetes di Indonesia menduduki peringkat ke-3 di dunia. Jumlahnya yaitu sekitar 30 juta atau 30 persen dari penduduk Indonesia.
Profesor Suastika menjelaskan, kondisi prediabetes ini sama berbahayanya dengan diabetes itu sendiri. Beberapa negara yang melakukan studi tentang hal ini mempelajari, risiko prediabetes berubah menjadi diabetes kemungkinan bisa mencapai 10 persen setiap tahun.
“Kita bisa bayangkan kalau 30 juta penduduk, itu tiap tahun bisa ada tambahan 3 juta orang yang diabetes kalau tidak ada intervensi yang baik di prediabetesnya. Ini bisa lebih mengerikan di kemudian hari,” terang Profesor Suastika.
Artikel terkait: 17 Makanan Minuman untuk Penderita Diabetes, Bantu Jaga Kadar Gula Darah
Tidak Sadar Menderita Diabetes
Hal lain yang membuat kasus diabetes terus meningkat adalah ketidaksadaran penderita bahwa tubuhnya mengidap diabetes. Ini berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dan Konsensus PERKENI 2015 yang menyatakan sebanyak 75 persen penyandang diabetes tidak sadar dirinya menyandang diabetes.
Ini seirama dengan yang diungkapkan Profesor Suastika. Ia mengatakan, lebih dari dua per tiga pasien diabetes tidak menyadari dirinya mengidap penyakit tersebut saat diperiksa. Dan sering kali, saat mereka sudah mengetahui hal itu, mereka diketahui sudah mengalami komplikasi penyakit. Sehingga pengobatan dan perawatan yang diberikan tidak lagi fokus pada penyembuhan diabetesnya, tapi juga komplikasi penyakitnya. Seandainya kesadaran ini sudah dimiliki sejak awal, maka diabetesnya juga bisa segera diatasi dan tidak sampai menyebar ke masalah kesehatan yang lainnya.
Belum lagi kenyataan bahwa penyakit ini merupakan penyakit kompleks progresif, di mana meski sudah diobati, penyakit ini akan tetap ada.
Diabetes Rawan Komplikasi
Selain kompleks progresif, diabetes juga rawan komplikasi. Menurut Profesor Suastika, potensi komplikasi pada pasien tergantung pada seberapa baik atau buruknya ia mengendalikan gula darahnya. Jika buruk, maka risiko komplikasi pun tinggi terjadi.
Hal ini juga yang sering terjadi pada pasien diabetes di Indonesia. Ini diketahui Profesor Suastika berdasarkan laporan dari data pengeluaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS).
“Berdasarkan data BPJS di 2016, ternyata pengeluaran yang harus ditanggung pemerintah itu sebagian besar datang dari komplikasi (diabetes), terutama dari jantung dan ginjal,” kata Profesor Suastika.
Artikel terkait: Wajib Catat! 11 Komplikasi Kehamilan yang Mungkin Terjadi di Trimester Kedua
Prosedur Penanganan Menciptakan Insulin
Dengan misi besar mengatasi pertumbuhan kasus diabetes yang semakin tinggi, Novo Nordisk sejak hampir 100 tahun terus melakukan inovasi dalam membuat pengobatan muktahir untuk pasien diabetes. Dan baru-baru ini mereka mengeluarkan inovasi 2-in-1 insulin co-formulation IDegAsp, sebuah prosedur pemberian insulin yang lebih sederhana untuk para pengidap diabetes.
Selama ini, lebih dari 70 persen pasien diabetes gagal memenuhi target 7 persen tingkat HbA1c –sesuai dengan pedoman PERKENI. Ini dikarenakan prosedur pemberian insulinnya yang kompleks. Pasien harus melakukan terapi insulin lebih dari satu suntikan setiap hari agar gula darahnya tetap terjaga, juga mencegah komplikasi. Dan banyak pasien yang absen atau tidak patuh melaksanakan prosedur itu sehingga gagal dalam menurunkan tingkat HbA1c yang ditargetkan.
“Pasien membutuhkan prosedur terapi yang lebih sederhana. Saat ini 2-in-1 insulin co-formulation merupakan salah satu inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan pasien dan dapat membantu jutaan penderita diabetes di Indonesia,” ujar Profesor Suastika.
Ia juga berharap, insulin ini dapat meningkatkan kepatuhan pasien DMT2 (diabetes melitus tingkat 2), serta insulin ini bisa tersedia bagi pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan membawa dampak positif bagi perawatan diabetes di Indonesia.
Artikel terkait: Bahaya Banget! Ini 10 Akibat Terlalu Banyak Mengonsumsi Gula
Terbaru dan Satu-satunya di Dunia
Sejauh ini, IDegAsp merupakan 2-in-1 insulin co-formulation pertama dan satu-satunya di dunia yang mengandung insulin degludec basal generasi baru dan insulin aspart dalam satu suntikan. Inovasi ini dirancang untuk menyederhanakan terapi insulin sehingga lebih mudah dijalani. Cukup satu kali suntikan sehari, dan tidak perlu re-suspensi.
Formula dalam insulin ini juga dinilai aman karena risiko hipoglikemia rendah, serta terbukti dapat menurunkan tingkat HbA1c dan mengontrol gula darah setelah makan.
“Terdapat lebih dari 10,7 juta penderita diabetes di Indonesia dan angka ini diperkirakan akan mencapai 16,6 juta pada tahun 2045. Dengan menghadirkan 2-in-1 insulin co-formulation IDegAsp, kami membawa salah satu inovasi terapi insulin terbaru dan memperluas akses perawatan diabetes bagi masyarakat merupakan langkah signifikan kami dalam berupaya meningkatkan kepatuhan pasien diabetes saat menjalankan terapi insulin,” kata Vice President & General Manager Novo Nordisk Indonesia Anand Shetty yang ditemui di acara yang sama.
Itulah sedikit informasi tentang kasus diabetes di Indonesia. Semoga kasus diabetes dan prediabetes di Indonesia bisa teratasi dengan baik, ya, Bunda. Jaga kesehatan!
Baca juga:
Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil, Bagaimana Cara Mengatasinya?