Mengenal Atraksi Budaya Khas Masyarakat Madura Karapan Sapi

Karapan Sapi merupakan tradisi kebudayaan yang menjadi ikon dan simbol kemakmuran Kota Madura. Yuk, belajar sejarahnya lebih dalam lagi!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Madura, sebuah pulau kecil yang berada di sebelah timur laut Jawa Timur, memiliki tradisi unik yang masih lestari hingga kini. Namanya Karapan Sapi. Tradisi ini sering dijadikan atraksi kebudayaan yang dipertontonkan kepada wisatawan domestik dan juga mancanegara.

Yuk, belajar sejarah mengenai tradisi asli Madura ini lebih dalam lagi. 

Karapan Sapi, Atraksi Budaya Khas Masyarakat Madura

Bagaimana Karapan Sapi Diadakan?

Image: Inibari.id

Sapi-sapi yang berpasangan diarak memasuki arena pacuan saat iringan saronen, orkes gamelan khas Madura, mengalun. Mereka masuk dengan santai seraya melemaskan otot-ototnya sekaligus memamerkan pakaiannya (ambhin) yang indah juga dengan aksesoris yang berwarna-warni.

Parade itu tak berlangsung lama. Setelah itu, pakaian dan aksesoris mereka dilepas. Tertinggal obet (hiasan kepala) di kepalanya sebagai lambang percaya diri dan keperkasaannya. Lalu kaleles, sejenis pelana yang akan dinaiki tukang tongkok (sais atau joki sapi), pun dikenakan di antara kedua punggung sapi berpasangan tersebut. Ini tanda sapi-sapi siap mengikuti lomba.

Lomba pun dimulai. Pasangan sapi-sapi tersebut melaju kencang di dalam arena lomba. Debu pun membumbung tinggi menghiasi udara. Terlihat kaleles di punggung-punggung sapi melayang ke udara, begitu juga dengan tubuh si joki. Sang joki memegang tali kekang berusaha terus mengendalikan sapi aduannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Metatah, Tradisi Jelang Dewasa Masyarakat Bali dengan Potong Gigi

Asal Muasal Karapan Sapi

Sapi-sapi karapan saat masih mengenakan ambhin. (Image: Karimata FM)

Demikianlah bagaimana Karapan Sapi dilakukan. Kapan persisnya tradisi ini lahir, tidak ada keterangan yang jelas. Namun menurut Liputan6.com, Karapan Sapi dipopulerkan pertama kali di abad 13 di Pulau Sapudi oleh Pangeran Katandur. Zaman itu, lahan pertanian Pulau Madura kurang subur.

Kemudian sang pangeran mengenalkan cara membajak sawah dengan menggunakan sepasang bamboo yang ditarik dua ekor sapi yang berdiri sejajar. Lalu si petani menggunakan pecut untuk memacu jalan sapi-sapinya lebih cepat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tak disangka, cara ini membuat pekerjaan bertani menjadi lebih praktis, dan hasil panen yang diperoleh pun sangat memuaskan. Pangeran Ketandur kemudian mengajak warga desa mengadakan syukuran dengan balapan sapi wujud rasa syukur.

Sejak itu masyarakat Madura sangat menghormati sapi. Ada dua daerah di Madura yang terkenal sebagai tempat penghasil sapi terbaik. Sapi betina dari Desa Gadding, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep, dan sapi jantan di Sapudi, sebuah pulau di sebelah timur Madura.

Sapi yang dihasilkan di daerah-daerah tersebut merupakan sapi dengan kualitas super. Dari sapi-sapi terbaik inilah kemudian muncul Sape Pajangan atau Sape Sono, yaitu kontes untuk sapi-sapi betina terbaik. Sedangkan untuk sapi jantan unggul yang digunakan untuk Karapan Sapi disebut Sapudi.

Lambang Kemakmuran Masyarakat Madura

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Patung Sapi di depan Lapangan Giling Sumenep, Madura. (Image: eMadura)

Bagi masyarakat Madura, Karapan Sapi tak sebatas warisan budaya atau pesta rakyat biasa, tapi simbol kebanggaan yang mengangkat harkat dan martabat masyarakat Madura.

Kini Karapan Sapi menjadi atraksi budaya yang sangat digemari masyarakat Madura. Seiring perkembangan sosial dan budaya di sana, fungsi Karapan Sapi juga berubah. Mulai yang tadinya diadakan sebagai hiburan, alat komunikasi, hingga penanda awal tanam atau masa panen, kini Karapan Sapi diadakan sebagai penanda status seseorang dalam sebuah arena.

Kerapan Sapi atau Karapan Sapi atau pacuan sapi masih sering diperlombakan setiap tahunnya di Madura, tepatnya antara bulan Agustus hingga September.

Artikel terkait: Tari Sekapur Sirih, Tarian Tradisional Jambi Saat Menyambut Tamu

Jenis dan Tingkatan Karapan di Madura

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Seorang joki anak saat sedang berlatih karapan sapi. (Image: Medcom.id)

Status itu biasanya ditunjukkan saat Karapan Sapi diadakan. Ada beberapa jenis atau tingkatan ‘karap’ yang diadakan di Madura. Di antaranya adalah:  

  • Kerap Keni (kerapan kecil): Diikuti sapi-sapi kecil yang belum terlatih dari satu kecamatan atau kewedanaan.
  • Kerap Raja (kerapan besar): Pemenang kerap keni bisa mengikuti kerap raja yang diadakan di ibukota kabupaten untuk memperebutkan Piala Bupati. Dari sini para pemenang akan melaju ke Piala Presiden (karapan paling bergengsi).
  • Kemudian ada Kerap Onjangan (kerapan undangan): Biasanya diadakan untuk memperingati hari besar, syukuran, dan lainnya.
  • Kerap Karesidenan (kerapan tingkat karesidenan): Diikuti juara-juara dari 4 kabupaten dan diadakan di Kota Pamekasan.
  • Kerap Jar-jaran (kerapan latihan): Kerap yang dilakukan untuk melatih sapi pacuan sebelum turun lomba.

Memilih Sapi untuk Karapan Sapi

Memilih sapi untuk balapan harus dilakukan sejak sapi tersebut berusia 3-4 bulan. Setelah terpilih, sapi tersebut akan mulai ikut latihan di usia 10 bulan, dan ia juga diperlakukan spesial dengan diberi jamu, dipijat, dan dimandikan. Hal itu terus dilakukan hingga sapi siap turun arena.

Jika diakumulasikan, biaya perawatan sapi arena terbilang mahal. Belum lagi biaya untuk membayar orang yang merawatnya, hingga jasa dukun agar sapinya selamat dari serangan jampi-jampi musuh. Tak heran jika si pemilik sapi melakukan segala macam cara agar sapinya bisa menang. Karena kalau sampai kalah, tidak hanya rugi materi tapi juga harga diri sang pemilik sapi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Penghasil Garam Kedua Terbesar di Indonesia, Ini 7 Fakta Menarik Tentang Madura!

Dilarangnya Penggunaan Rekeng dalam Karapan Sapi

Sama seperti dalam pacuan kuda, sapi juga direkeng saat bertanding. Rekeng merupakan alat cambuk berpaku yang digunakan untuk melecut badan sapi agar berlari kencang. Banyak yang mengkritik perbuatan ini sebagai kekerasan dan penyiksaan terhadap binatang, terutama para pecinta binatang, ulama, hingga budayawan.

Dalam beberapa turnamen, mungkin masih ada yang tidak mempermasalahkan hal tersebut (pakem lama). Namun sebagian turnamen lagi, sudah melarangnya. Salah satunya Karapan Sapi pada ajang Presiden Cup.

Berharap tradisi ini lekang waktu dan lestari agar bisa terus menjadi ikon Madura dan menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berwisata ke Madura.

Baca juga:

5 Tradisi Perayaan Satu Suro untuk Masyarakat Pulau Jawa

Budaya Batik, Mengenalkan Budaya Bangsa