Kata orang, Solo adalah kota yang piawai mengundang rindu. Terkenal dengan batiknya yang khas, belum sah rasanya datang ke Solo tanpa mengunjungi Kampung Batik Laweyan. Ya, memang sudah sejak lama Solo identik dengan julukan Kota Batik dan Kota Liwet dari masyarakat.
Fakta Menarik Kampung Batik Laweyan
1. Sejarah
Kendati disematkan nama “kampoeng”, Laweyan sesungguhnya merupakan sebuah kecamatan yang terletak di sebelah barat Kota Solo. Julukan “kampoeng batik” pada kawasan ini tidak terlepas dari profesi yang dijalani mayoritas penduduk serta sejarah kerajinan batik di kawasan ini.
Merujuk laman Indonesia Kaya, penduduk kampung ini sudah sejak lama menggeluti bidang kain. Tepatnya sejak abad 14, penduduk Kampung Laweyan dikenal sebagai penghasil kain berkualitas. Tak mengherankan jika Laweyan diberikan sebagai nama daerah ini. Dalam bahasa Jawa, “lawe” berarti benang.
Konon, keahlian membuat batik baru dikenal penduduk sekitar abad 16, tepatnya tahun 1546. Teknik membuat batik diperkenalkan oleh Kyai Ageng Henis, yang merupakan keturunan Brawijaya V.
Turun temurun, profesi perajin batik pun mendarah daging. Awal abad 20 tepatnya di tahun 1911, seorang pebisnis yang bernama Samanhudi memperkenalkan teknik baru dalam membuat batik yang dikenal dengan nama teknik cap.
Teknik batik cap membuat proses pembuatan batik menjadi lebih cepat dan perkembangannya meningkat. Masa ini menjadi era kejayaan perajin batik di Laweyan. Hingga pada 1970-an, masuklah batik printing.
Harga yang jauh lebih murah dan proses produksi yang jauh lebih cepat mengganggu industri batik tradisional, termasuk di Laweyan. Titik terendah terjadi pada akhir tahun 2000 kala hanya tersisa 16 orang perajin batik saja di kawasan ini.
Beruntung, Laweyan sebagai sentra batik mulai bangkit pada 25 September 2004. Seluruh tokoh di kawasan ini berkumpul untuk membahas masa depan industri batik di Laweyan. Pertemuan tersebut menghasilkan Forum Pengembang Kampoeng Batik Laweyan.
Artikel terkait: Mengulik Sejarah Panjang Batik Lasem dan Ragam Motif yang Kaya Makna
2. Kampung Batik Laweyan Menjadi Destinasi Wisata
Bangkitnya industri batik seolah membuat aktivitas Laweyan berubah drastis. Jika awalnya hanya fokus membuat batik, penduduk berbenah dengan mengubah kawasan Laweyan menjadi kawasan wisata.
Rumah penduduk yang tadinya hanya menjadi tempat membuat batik disulap menjadi galeri mini. Tak hanya menjual, para perajin membuka gerai untuk menjual produk ciptaan mereka. Tamu yang datang pun turut merasakan sensasi berbeda.
Selain membeli produk, mereka dapat melihat proses pengerjaan. Bahkan, para perajin membuka kursus singkat bagi wisatawan yang ingin belajar membatik. Perubahan status Laweyan sebagai kawasan wisata ikut didukung dengan penetapan Laweyan sebagai kawasan cagar budaya.
Penetapan ini dikarenakan adanya banyak bangunan kuno yang masih berdiri di kawasan ini. Bak gayung bersambut, pada awal 2013 sudah ada sekitar 90 UKM batik. Para perajin pun berkreasi dengan produknya. Mereka tak segan menciptakan motif baru sesuai perkembangan pasar.
Hingga kini, terdapat 250 motif batik khas Kampung Batik Laweyan sudah dipatenkan. Berbeda dengan Batik Kauman yang cenderung berwarna gelap dan klasik, Batik Laweyan lebih menawarkan batik dengan warna lebih terang.
Artikel terkait: Mengenal K.R.T Hardjonagoro, Budayawan Tionghoa yang Menciptakan 200 Motif Batik
3. Ragam Aktivitas Menarik
Kampung Batik Laweyan senantiasa bersolek dengan menyajikan beragam aktivitas menarik yang dapat dilakukan wisatawan, antara lain:
- Wisata Belanja. Hingga kini, tercatat terdapat lebih dari 50 gerai (toko) yang menjual batik dengan kualitas dan harga bersaing. Tak sekadar kain batik, wisatawan juga bisa membeli aneka aksesoris bernuansa batik seperti kaos, celana pendek, sandal, syal, dan pernik lainnya.
- Wisata Industri. Paket wisata ini menjadi salah satu andalan Kampoeng Batik Laweyan karena wisatawan dapat melihat langsung proses pembuatan batik dari masih kain putih sampai berbentuk corak batik. Di tempat ini berbagai cara pembuatan dapat dilihat mulai batik tulis, batik cap, dan batik sablon. Program ini efektif memikat wisatawan domestik dan mancanegara.
- Wisata Edukasi. Program wisata edukasi biasanya ramai dikunjungi pelajar yang datang dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa. Mereka datang di musim liburan sekolah untuk mengenal batik lebih dalam.
- Wisata Sejarah. Unsur sejarah juga dapat diresapi wisatawan dengan banyaknya situs bersejarah dan tradisi turun-temurun. Bangunan dengan arsitektur Jawa, Islam, dan Eropa bisa menjadi spot fotografi nan unik.
- Wisata Kuliner. Di samping batik, aneka kuliner warisan leluhur dapat dinikmati. Aneka kue tradisional bisa dibeli mulai dari kue ledre dan kue apem. Bila ingin makanan berat, Kampung Laweyan menjajakan paket makan besar dengan aneka menu masakan Jawa yang disajikan prasmanan. Untuk pengalaman berbeda, wisatawan dapat menikmati sajian itu di rumah megah dan klasik milik saudagar batik Laweyan yang pada masanya disebut “Gal Gendhu”.
4. Akses Transportasi
Untuk berkunjung ke Kampung Batik Laweyan Anda bisa menempuh beberapa alternatif akses. Dari Stasiun Kereta Api Purwosari Solo (Jalan Slamet Riyadi) silakan ambil jalan ke arah timur.
Sesampainya di perempatan Purwosari (Hotel Sala View) ambil jalan ke kanan atau ke selatan (Jalan Perintis Kemerdekaan). Sampai di pertigaan Jalan Dr Radjiman, kita sudah tiba di Kampung Batik Laweyan, persis di sebelah selatan.
***
Parents, apakah Anda tertarik mengunjungi Kampung Batik Laweyan di masa depan? Semoga batik semakin lestari dan semakin dicintai generasi muda masa kini.
Baca juga:
Batik Betawi, Sejarah, Makna dan Filosofisnya bagi Orang Asli di Jakarta
Cantik dan Penuh Warna, Ini 8 Motif Batik Kontemporer dari Berbagai Daerah
5 Fakta Menarik Batik Jambi, Warisan Budaya yang Tak Boleh Dilupakan