Menjadi ibu memang diharapkan bisa terampil dan cekatan ya, Bun. Rumah tangga, sekolah anak, pekerjaan suami, segalanya harus dikelola sedemikian rupa dengan baik agar berjalan dengan baik dan selaras. Untuk membantu ibu melakukan apa-apa yang menjadi tugasnya, dibutuhkan alat yang membantu dan salah satunya adalah catatan atau jurnal harian ibu.
Dalam catatan itu, kita bisa mencatat apa yang menjadi poin penting, kegiatan yang akan dilakukan, dan evaluasi apa yang sudah dilakukan. Tidak harus ditulis dengan bolpen atau pensil di buku, kok, sekarang banyak aplikasi ponsel yang bisa membantu ibu untuk menulis jurnal harian ini.
Hanya saja, kalau saya sih lebih suka mencatatnya di satu buku yang agak tebal dan satu buku untuk satu tahun. Kebiasaan ini sudah saya lakukan sejak tahun 2015, lho, Bun. Lama-lama jadi seperti me time dan stress healing sendiri karena bisa ditambahi dengan gambar atau stiker-stiker lucu.
Setidaknya ada 4 hal berikut ini yang perlu dicatat dalam jurnal harian ibu kita agar bisa digunakan untuk evaluasi bersama keluarga juga.
1. Jadwal kegiatan
Unsplash/Cathryn Lavery
Agenda kegiatan selama sebulan kalender bisa dicatat di jurnal harian ibu ini. Saat mengobrol bersama suami, kita bisa membahas rencana kegiatan family time yang akan dilakukan dalam setahun dan tiap bulan kita bisa mengingatkannya. Tentu saja rencana keluarga ini berhubungan dengan anggaran keluarga.
Jurnal kegiatan ini bisa juga untuk mencatat kegiatan anak, semisal ada kegiatan si sulung ikut pertandingan sepak bola dengan tim lain, ujian kenaikan sabuk taekwondo, dll. Jadwal arisan dan tempatnya juga bisa dicatat di sana. Sekalian ditambahi siapa yang dapat arisan. Jadwal suami ronda dan tidak ronda dengan alasan perlu dicatat juga.
Acara piknik atau makan bersama di luar juga boleh sesekali dicatat di jurnal kegiatan ini lho, Bun. Pokoknya dicatat sebagai pengingat kita.
Artikel terkait: 11 Inspirasi Ide Jurnal Pertumbuhan Bayi yang Unik dan Menarik
2. Keuangan
Pemasukan dan pengeluaran ini memang wajib kita catat sih, Bun. Kalau keuangan yang memegang Bunda, kita juga wajib memberitahukan laporannya ke Pak Suami kan ya, Bun? Meski tak harus serapi laporan tutup buku ala akuntansi. Saat surplus atau minus, bisa dibicarakan dan diselesaikan bersama.
Uang dari jatah suami dan uang penghasilan kita sendiri (kalau punya) bisa dicatat sebagai pemasukan. Pengeluaran untuk membayar keperluan rutin bulanan seperti listrik, gas, air, asuransi, biaya sekolah, tabungan wajib, dll. wajib dicatat. Saat listrik bulan ini ternyata lebih besar dari bulan lalu, ada baiknya mengevaluasi pemakaian listriknya.
Pengeluaran dadakan seperti dana “nyumbang” saat ada saudara atau tetangga hajatan juga wajib dicatat agar paham kenapa pengeluaran bulan ini lebih besar daripada bulan sebelumnya. Kalau ada sisa, barulah didiskusikan akan digunakan untuk piknik, investasi, atau lainnya.
Pencatatan keuangan seperti ini sangat membantu kita berhemat lho, Bun. Atau setidaknya tidak terlalu melantur dari anggaran yang sudah disepakati bersama suami.
3. Masakan
Unsplash/Green Chameleon
Sebenarnya ini sangat relatif saat kita masih punya anak MPASI sih, Bun. Kita wajib mencatat menu masakannya untuk mengetahui alergi atau ketidakcocokan anak kita terhadap makanan tertentu. Kalau sering memfoto hasil masakannya, kita bisa juga melihatnya sebagai jurnal harian kok, Bun.
Pemilihan menu masakan selama seminggu bisa juga dilakukan bersama anggota keluarga yang lain. Hal ini juga bisa berdampak positif agar anak lebih doyan makan atas pilihannya dan semua anggota keluarga merasa dihargai karena dimasakkan makanan kesukaannya. Menu makanan juga lebih bervariasi.
Kita juga bisa menghitung kalori dan nilai gizi dari menu masakan kita lho, Bun. Latihan sedikit-sedikit agar paham soal makanan gizi seimbang untuk keluarga.
Artikel terkait: Bagaimana tandanya bila ibu sudah butuh “me time”? Ini penjelasan psikolog
4. Kesehatan
Selain kegiatan, uang, dan makanan, kita juga butuh jurnal kesehatan. Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) wajib ada dan selalu dicek kadaluarsanya.
Yang perlu dicatat mungkin kapan anggota keluarga sakit, apa obatnya, dan selama berapa hari dia akan sembuh. Sebenarnya kalau Parents menginstal aplikasi JKN (bagi peserta BPJS), ada laporan kapan kita sakit dan berobat ke Rumah Sakit, termasuk obatnya juga, tetapi catatan berapa lama sakitnya tidak ada, kan? Jadi, ya wajib kita catat sendiri.
Bagi keluarga saya, ini efektif sih, Bun. Kita bisa memantau kesehatan anak (termasuk berapa kali sakit dalam setahun) dan berkonsultasi kepada dokter soal imunitas anak, dll.
Selain itu, bagi Parents yang sedang melakukan program Keluarga Berencana (KB) dan berusaha mencegah kehamilan, kita wajib banget mencatat tanggal haid ya, Bun. Jadi, selain alat KB, kita bisa mengombinasikannya dengan kalender juga. Biar lebih mantap dan aman. Atau sebaliknya, bagi yang menginginkan momongan, ya melakukannya saat masa subur. Banyak juga sih aplikasi pencatat beginian dan penghitung masa subur, tetapi saya tetap mencatatnya di kalender jurnal harian saya.
Selain keempat jenis hal tersetbu di atas, Bunda bisa juga menambahkan catatan lain sesuai keperluan.
Nah, momen awal tahun 2022 sangat cocok untuk memulai kebiasaan mencatat jurnal ini, lho, Bun. Memang butuh konsistensi. Nggak perlu setiap hari corat-coret juga. Catatan sementara bisa ditulis di note ponsel dan kalau ada waktu, tinggal menyalinnya saja. Termasuk nota dan bon, slip penarikan juga kita simpan dulu. Setelah dicatat, barulah dibuang. Jangan lupa menghiasi jurnal harian kita dengan gambar dan stiker agar lebih menarik.
Ditulis oleh Primasari N. Dewi, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC lainnya:
Benarkah Ayah Juga Perlu Skincare? Ini 4 Alasannya!
Cukup Sekali! 4 Mitos Pascamelahirkan yang Tak Lagi Saya Percayai saat Lahiran Anak Kedua
Pak Suami Jauh Lebih Muda, Ini 3 Resep Saya Supaya Pernikahan Langgeng
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.