Saat ini para produsen vaksin sedang berlomba-lomba untuk menghadirkan jenis vaksin COVID-19 yang aman dan efektif. Setidaknya, ada 5 kandidat yang sudah dan akan didistribusikan di Indonesia, yakni dari Sinovac, Pfizer-BioNTech, Moderna, Oxford-AstraZeneca, dan Novavax.
Tiap kandidat pasti memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Mari cermati perbandingan kelimanya di bawah ini, Parents!
Artikel terkait: Divaksinansi Justru Bikin Positif COVID-19? Ini Penjelasan Dokter!
Perbandingan Jenis Vaksin COVID-19 yang Akan dan Sudah Beredar di Indonesia
1. Sinovac
- Efikasi: 50 – 91 %
- Teknologi: Virus utuh inaktif
- Penyimpanan: Suhu lemari es (2-8 derajat celcius)
- Harga per dosis: Rp 200.000
- Prosedur Penyuntikan: 2 kali, selang 2 minggu
- Status Penggunaan: Sudah menerima EUA di Cina, Brasil, Turki, Uni Emirat Arab, dan tentunya BPOM Indonesia
- Kapasitas Produksi: 600 juta dosis di tahun 2020, 1 milyar dosis di tahun 2021, 18 Juta dosis telah tiba di Indonesia
- Jumlah dosis yang dipesan: 125 juta (sudah pasti), 100 juta (bila diperlukan)
- Jumlah dosis yang dipesan melalui COVAX/GAVI: –
2. Pfizer-BioNTech
- Efikasi: 95%
- Teknologi: mRNA
- Penyimpanan: Suhu lemari es (2-8 derajat celcius) hingga 5 hari penyimpanan, dry-ice hingga 30 hari, ultra-cold freezer (-70 derajat celcius) hingga 6 bulan.
- Harga per dosis: Rp 283.000
- Prosedur Penyuntikan: 2 kali, selang 3 minggu
- Status Penggunaan: Sudah menerima EUA dari FDA AS, Uni Eropa, Arab Saudi
- Kapasitas Produksi: 50 juta dosis di tahun 2020, hingga 1,3 milyar dosis di tahun 2021
- Jumlah dosis yang dipesan: 50 juta (sudah pasti), 50 juta (bila diperlukan)
- Jumlah dosis yang dipesan melalui COVAX/GAVI: 54 juta (total sudah pasti), 54 juta (bila diperlukan)
3. Moderna
- Efikasi: 94%
- Teknologi: mRNA
- Penyimpanan: Suhu ruang hingga 12 jam, suhu lemari es (2-8 derajat celcius) hingga 30 hari, freezer hingga 6 bulan
- Harga per dosis: Rp 526.000
- Prosedur Penyuntikan: 2 kali, selang 4 minggu
- Status Penggunaan: Sudah menerima EUA dari FDA AS dan Uni Eropa
- Kapasitas Produksi: 500 juta sampai 1 milyar dosis di tahun 2021
- Jumlah dosis yang dipesan: –
- Jumlah dosis yang dipesan melalui COVAX/GAVI: 54 juta (total sudah pasti), 54 juta (bila diperlukan)
Artikel terkait: Efek Samping Vaksin COVID-19 yang Wajib Parents Ketahui
4. Novavax
- Efikasi: Belum ada data
- Teknologi: Subunit protein
- Penyimpanan: Suhu lemari es (2-8 derajat celcius)
- Harga per dosis: Rp 226.000
- Prosedur Penyuntikan: 2 kali, selang 3 minggu
- Status Penggunaan: Belum ada EUA
- Kapasitas Produksi: Belum ada data
- Jumlah dosis yang dipesan: 50 juta (sudah pasti), 80 juta (bila diperlukan) Jumlah dosis yang dipesan melalui COVAX/GAVI: –
5. Oxford-Astraze Neca
- Efikasi: 62%
- Teknologi: Vektor virus (adenovirus)
- Penyimpanan: Suhu lemari es (2-8 derajat celcius) hingga 6 bulan
- Harga per dosis: Rp 57.000
- Prosedur Penyuntikan: 2 kali, selang 4 minggu
- Status Penggunaan: Sudah mendapat EUA dari Inggris, India, Meksiko
- Kapasitas Produksi: 3 milyar dosis di tahun 2021
- Jumlah dosis yang dipesan: 50 juta (sudah pasti), 50 juta (bila diperlukan)
- Jumlah dosis yang dipesan melalui COVAX/GAVI: –
Perbandingan Efikasi
Berdasarkan hasil uji klinis, vaksin buatan Pfizer-BioNTech dan Moderna memiliki efikasi yang paling tinggi setelah diberikan sebanyak dua dosis, yakni 95% dan 94% berturut-turut. Sedangkan vaksin Oxford-AstraZeneca, sejauh ini hanya menunjukkan efikasi sebesar 62% setelah dua kali suntik. Padahal, vaksin ini memiliki teknologi yang paling mirip dengan infeksi alamiah COVID-19 sehingga seharusnya mampu memicu respon kekebalan tubuh yang paling kuat dan efektif.
Untuk vaksin buatan Sinovac yang mulai dipakai di Indonesia, hasil uji klinis menunjukkan efikasi yang bervariasi. Di Brasil, efikasi didapat 50,4%, di Indonesia 65,3%, di Uni Emirat Arab 86%, dan di Turki 91,25%. Angka efikasi ini sangat tergantung dengan karakteristik subjek ujinya.
Subjek yang Divaksin
Sampai saat ini, penentuan siapa yang boleh divaksin dan jenis vaksin yang diberikan masih terus berubah. Vaksin Sinovac baru boleh diberikan kepada individu 18-59 tahun yang memenuhi syarat. Salah satu alasannya karena uji klinis baru dilakukan pada individu sehat di kelompok usia ini. Bila hasilnya menunjukkan vaksin aman dari efek samping yang berbahaya, barulah kelompok yang rentan seperti ibu hamil, ibu menyusui, anak, dan lansia dilibatkan dalam uji klinis berikutnya.
Sedangkan vaksin buatan Pfizer-BioNTech dan Moderna diklaim aman untuk individu berusia 16 tahun ke atas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 22 Januari 2021 bahkan sudah memberikan pernyataan resmi bahwa vaksin buatan Pfizer-BioNTech ini aman untuk lansia.
Vaksin Oxford-AstraZeneca mengikutsertakan sebagian kecil populasi lansia. Namun demikian, hasilnya masih belum dapat disimpulkan apakah aman dan efektif pada kelompok ini.
Efek Samping
Vaksin COVID-19 yang ada rata-rata menimbulkan efek samping ringan seperti kemerahan, bengkak atau nyeri di sekitar lokasi penyuntikkan. Rasa lemas atau lelah, demam, sakit kepala, dan pegal-pegal pada bagian tubuh yang disuntik juga umum terjadi dalam waktu 1-3 hari pasca vaksinasi. Semua efek ini normal dan akan menghilang dalam beberapa hari.
Harga
Dalam hal harga per dosis, vaksin Oxford-AstraZeneca adalah juaranya. Harganya jauh lebih murah ketimbang vaksin-vaksin lainnya. Produsen vaksin ini juga satu-satunya yang berjanji untuk tidak mengambil keuntungan dari penjualan vaksin selama pandemi.
Sebaliknya, vaksin buatan Moderna memiliki harga yang sangat tinggi per dosisnya. Hampir 5 kali lipat vaksin Oxford-AstraZeneca. Moderna adalah perusahaan komersil, yang dengan jelas menyatakan minatnya dalam menghasilkan profit.
Penyimpanan
Vaksin buatan Pfizer-BioNTech paling sulit penyimpanan dan distribusinya. Vaksin ini harus dijaga pada suhu -70 derajat celcius sampai 8 derajat celcius di dalam freezer khusus (ultra-cold freezers) agar tetap stabil. Ini yang membuat sebagian besar negara kesulitan untuk menyimpan dan mendistribusikan vaksin. Bisa dikatakan, hampir mustahil untuk negara-negara miskin, apalagi tanpa bantuan donor yang signifikan.
Sementara itu, vaksin buatan Moderna yang teknologinya sama dengan Pfizer, bisa disimpan pada suhu lemari es biasa (2-8 derajat celcius) meski hanya bertahan selama 1 bulan. Yang paling tangguh dalam hal penyimpanan adalah vaksin Sinovac dan Oxford-AstraZeneca dapat bertahan dalam suhu lemari es hingga 6 bulan.
Ini salah satu alasan mengapa pemerintah Indonesia memilih untuk menggunakan Sinovac sejak awal. Selain sudah diujikan di beberapa negara lain, distribusi vaksin ini lebih memungkinkan untuk kondisi Indonesia. Harganya pun tidak semahal vaksin berbasis mRNA.
Artikel terkait: 6 Hal yang Perlu Parents Ketahui Soal Vaksin COVID-19 pada Ibu Menyusui
Jadi, Manakah Vaksin COVID-19 yang Terbaik?
Terlalu dini untuk menentukan satu jenis vaksin COVID-19 tertentu adalah yang terbaik saat ini. Angka efikasi dalam uji klinis bisa saja tinggi, tetapi efektivitasnya dalam dunia nyata belum tentu. Sebaliknya, vaksin dengan angka efikasi yang rendah belum tentu tidak efektif. Data efektivitas ini sesungguhnya baru bisa diperoleh paling cepat satu tahun lagi karena saat ini vaksin baru mulai didistribusikan ke populasi umum.
Pada dasarnya, setiap jenis vaksin COVID-19 ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bila pemerintah memutuskan untuk menyediakan vaksin tertentu, itu pasti sudah berdasarkan banyak pertimbangan. Tidak semata-mata hanya soal efikasi vaksin, tetapi juga menimbang dari segi biaya, kecepatan produksi, kemudahan penyimpanan, dan distribusi.
***
Baca juga:
Heboh D-dimer pada Pasien COVID-19, Ini Hal yang Perlu Anda Tahu