Tidak semua wanita diberikan pekerjaan dengan waktu bekerja yang ideal. Beberapa harus bekerja di shift malam termasuk saya. Saya tidak memilih untuk bekerja di malam hari, namun pekerjaan menuntut saya menjalani hal ini. Istri kerja shift malam jadi tantangan buat banyak pasangan, termasuk bagi saya dan suami.
Berangkat kerja di sore hari dan baru selesai jelang tengah malam sudah dijalani sejak dua tahun terakhir. Tahun lalu karena harus mengimbangi perbedaan waktu London – Jakarta, perubahan yang terjadi setelah atasan harus kembali ke negaranya sebelum perjalanan ditutup karena pandemi.
Perubahan ini tidak hanya berpengaruh ke ritme pekerjaan saja, namun juga pola hidup di rumah. Untuk saya, proses ini lumayan bikin kaget. Ternyata suami juga merasakan hal yang sama.
Menilik ke belakang, sebelumnya hidup kami sangat ideal. Suami dan istri sama-sama berangkat kerja pagi dan pulang sore hari. Setelah matahari terbenam kami sama-sama senggang dan bisa melakukan banyak hal bersama.
Sekarang berbeda, saat ia pulang atau selesai WFH, saya masih on fire mengerjakan tugas. Setelah WFH, semua jadi lebih rumit karena kadang ponsel berdering jam 11 malam dengan rentetan tugas yang minta buru-buru dikerjakan.
Selesai dini hari, saya bisa istirahat sampai siang. Pagi yang biasanya disempatkan sarapan bersama jadi makin jarang dilakukan karena saya kelelahan. Burn out, jelas pernah. Namun hal yang lebih rumit adalah ketika pasangan juga terkena dampaknya.
Suami ngambek? Jangan ditanya lagi. Tepat ketika saya menuliskan ini adalah malam ulang tahun pernikahan kami yang ke-6 dan saya masih di depan laptop dengan sekumpulan tugas menunggu segera diselesaikan.
Lalu bagaimana saya dan suami bertahan selama dua tahun belakangan? Kompromi. Meski tidak bisa berjalan baik namun saya rasa sekarang cukup lumayan. Berikut beberapa cara yang seringkali saya lakukan jika suami mulai ngambek melihat saya bekerja hingga tengah malam. Mungkin cara-cara ini juga bisa berhasil buat para istri kerja shift malam seperti saya.
1. Siapkan cemilan
Suami saya hobi sekali ngemil dan saya tahu ini salah satu senjata saya untuk membuat hatinya senang. Jika suasana hatinya buruk, saya langsung buka aplikasi pesan antar dan belikan makanan yang ia suka. Sering kali trik ini berhasil membuat mood- nya membaik.
Artikel terkait: Bangkit dari Depresi, Aku Bersyukur Suami Memaksa untuk Resign!
2. Istri kerja shift malam, berdandan bisa buat suami ‘gemas’
Suami saya selalu gemas ketika melihat saya berangkat kerja, namun karena sekarang WFH, mostly outfit kerja saya jadi daster dan baju tidur atau kaos belel. Sesekali bekerja dengan rapi dan dandanan full bisa membuatnya gemas. Tidak jarang ini membuatnya mau begadang menungu saya selesai bekerja dan berlanjut ke malam-malam yang lumayan panas.
3. Bekerja lebih cepat
Jika beruntung, saya sering membuat pekerjaan saya lebih cepat agar bisa selesai lebih awal. Hal ini terutama saya lakukan jika ada rencana untuk menghabiskan waktu di luar agar tidak kemalaman. Meski tidak selalu berhasil namun sesekali hal ini saya lakukan agar kami bisa meluangkan waktu berdua.
Artikel terkait: Resign dan Biarkan Suami Kerja Sendiri, Ini Pengalamanku Kompromi soal Keuangan
4. Berlangganan paket streaming
Kembali mengalihkan perhatiannya, salah satu hadiah yang saya berikan adalah berlangganan paket nonton. Sebagai pehobi film, setidaknya ada pengalihan saat moodnya kurang baik atau butuh hiburan. Terkadang kami nonton bersama, namun untuk bola saya skip karena suami pasti sebal jika saya terlalu banyak tanya.
5. Buat sesi WFH “plus-plus”
Jika sama-sama dapat jatah WFH, seekali kami menyewa kamar hotel atau apartemen untuk sekedar berganti suasana. Tidak perlu jauh, namun kami usahakan dapat lokasi terbaik dan juga terjamin prokesnya. Sebelum atau setelah selesai bekerja, kami bisa lakukan banyak hal intim berdua. Bisa sekadar berendam, melihat sunset sambil memesan beberapa snack, dan tentunya mengusahakan hadirnya anak pertama.
Meski saya masih mendambakan mendapat pekerjaan kembali ke jam normal, namun untuk saat ini baik saya dan suami sepertinya masih bisa mengusahakan untuk saling kompromi. Jika ternyata ia sudah benar-benar ngambek, mau tidak mau ada beberapa hal yang harus saya korbankan agar pekerjaan bisa selesai lebih cepat.
Artikel terkait: Aku Menutupi Program Kehamilan yang Kujalani dari Orang Tua, Salahkah?
Untuk sesama pejuang shift malam, punya pasangan yang bisa mengerti memang jadi kunci utama. Walau begitu, hubungan juga perlu diperjuangkan jadi pastikan juga untuk bisa memahami perasaan pasangan soal aktivitas kita. Jadi, wahai para istri kerja shift malam, siap lembur malam ini?
Ditulis oleh Puspa Sari, UGC Contributor theAsianparent.com
Artikel UGC Contributor lainnya:
Kisahku Menjalani Kehamilan yang Tak Disadari, Penuh Kekhawatiran!