Akhir April 2016 ini, KPAI bersama dengan pemerintah telah mengumumkan 15 games online yang diblokir karena kontennya dianggap berbahaya untuk anak.
Menurut Erlinda, salah seorang komisioner KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), langkah pemblokiran games ini adalah salah satu cara untuk mencegah pengaruh buruk dari games-games online yang mengandung kekerasan.
Dikutip dari situs resmi KPAI, unsur kekerasan yang ada dalam games-games online tersebut dapat menimbulkan perilaku agresif pada anak.
Erlinda menjelaskan, anak-anak senang sekali mencoba, meniru apa yang dilihatnya. Maka, mereka juga pasti ingin mencoba perilaku atau tindakan yang ada di games, seperti menendang, atau memukul. Pada anak laki-laki, dampak ini akan terlihat jelas.
15 Games yang resmi diblokir pemerintah
Dari 22 games yang diajukan KPAI pada Kominfo, sebanyak 15 games di antaranya telah resmi diblokir. Bentuk pemblokiran ini berupa penutupan akses pada situs-situs games online tersebut. Kelima belas games tersebut adalah:
- Atlantica
- Bully
- Counter Strike
- Carmageddon
- Call of Duty
- Cross Fire
- Conflict of Vietnam
- Future Cop
- Grand Theft Auto
- Mortal Kombat
- Point Blank
- Rising Force
- Shelshock
- War Rock
- World of Warcraft
Peran aktif orangtua sangat diharapkan untuk mengontrol akses pada games online
Sebagai orangtua saya penasaran, apa iya, situs-situs ini telah resmi diblokir?
Saya mencoba untuk mengakses situs resmi “Cross Fire”. Dan ya, situs tersebut masih bisa diakses dengan mudahnya. Games seperti “Bully” pun masih bisa bebas diunduh atau dimainkan.
Sementara dikutip dari inigames.com, pihak resmi games Atlantica telah menyatakan situs resmi mereka akan mulai ditutup per tanggal 26 Juli 2016.
5 Efek negatif games yang perlu diperhatikan orangtua
Berikut ini beberapa efek negatif games yang sebaiknya diperhatikan oleh orangtua:
1. Masalah kesehatan
Menghabiskan banyak waktu untuk bermain video game daripada melakukan aktivitas fisik dapat mempengaruhi kesehatan anak. Perkembangan kognitif anak mungkin terpengaruh jika dia tidak keluar dan bersosialisasi di dunia nyata.
Selain itu, terus-menerus duduk di satu tempat dan bermain video game dapat meningkatkan kemungkinan obesitas, melemahkan otot, dan persendian. Ini dapat membuat tangan dan jari mereka mati rasa karena aktivitas yang berlebihan.
Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal itu dapat melemahkan penglihatan.
2. Masalah akademik
Kesenangan yang disediakan oleh video game sangat kontras dengan aktivitas sehari-hari di sekolah. Hal ini dapat menyebabkan anak-anak lebih memilih permainan video daripada bersekolah.
Ini dapat mengakibatkan kinerja yang buruk dan mempengaruhi kecerdasan emosional mereka.
3. Paparan nilai yang salah
Banyak video game di pasar mengandung kekerasan yang berlebihan, seksualitas yang berlebihan, kata-kata kotor, rasisme, dan lain sebagainya.
Mereka mungkin mencoba meniru perilaku yang sama seperti yang digambarkan dalam permainan. Arsitektur otak mereka masih berkembang dan mereka tidak akan bisa membedakan mana yang benar dari yang salah.
4. Tidak mau bersosialisasi secara langsung dengan orang-orang
Games dapat membatasi keterampilan interpersonal anak dalam kehidupan nyata. Mereka mungkin lebih suka menjadi diri sendiri dan berinteraksi secara digital.
5. Menunjukan perilaku agresif
Konten kekerasan dalam video game dan kepuasan instan yang mereka berikan dapat menyebabkan anak-anak menjadi tidak sabar dan agresif. Dalam beberapa kasus tertentu, ketika hal-hal gagal berjalan sesuai rencana mereka, mereka mungkin akan mulai memperlihatkan perilaku agresif tersebut ke dalam dunia nyata.
Untuk itulah, bagaimanapun juga peran orangtua tetap penting dalam hal ini.
Lakukanlah edukasi pada anak sebelum memberikan perangkat dengan akses bebas pada internet. Misalnya dengan meletakkan games-games yang telah Parents saring pada perangkat tak bergerak. Bila ingin menginstallnya pada perangkat mobile maka installah dalam aplikasi parental control.
Atau seperti yang disarankan Erlinda agar orangtua memberikan alternatif permainan nyata pada anak. Cara ini tidak hanya mencegah anak kecanduan games, tetapi bisa mempererat hubungan anak dan orangtua bukan?
***
Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda!
Referensi: kpai.go.id, inigames, metrotvnews, Parenting First Cry
Baca juga
Sudah Tepatkah Game untuk Anak di iPad Anda?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.