Banyak orang yang mengatakan bahwa jumlah perempuan lebih banyak daripada jumlah lelaki. Hal ini jadi alasan para lelaki ingin poligami dengan dalih menyelamatkan wanita dari keadaan tidak menikah.
Padahal di jaman ini, kenyataannya tak seperti itu, lho! Riset menyatakan bahwa saat ini jumlah lelaki lebih banyak daripada perempuan.
Ketidakseimbangan jumlah lelaki dan perempuan ini banyak terjadi di Asia, terutama Tiongkok dan India. Dengan terlalu banyaknya lelaki, hal ini berdampak pada lebih sedikitnya pernikahan dan meningkatnya kriminalitas.
Misalnya di daerah Jhajjar, India. Jumlah yang timpang antara perempuan dan lelaki ini akan terlihat dengan jelas di jalan-jalan. Pada sensus tahun 2011 saja, jumlah lelaki mencapai 67,380 sedangkan jumlah perempuan hanya 52,671.
Perbedaan jumlah ini semakin jauh dari tahun ke tahun tanpa ada perubahan yang berarti hingga kini. Rata-rata, jika ada 128 Pria di suatu tempat, maka jumlah perempuannya hanya 100 orang.
Di Asia, pemikiran tradisional tentang derajat lelaki lebih tinggi daripada perempuan masih berlaku. Hal ini membuat setiap keluarga selalu menginginkan anak lelaki yang dianggap dapat meneruskan keturunan keluarga dibanding perempuan.
PBB mencatat dari 2.24 juta lelaki, hanya ada sekitar 2.14 juta perempuan di wilayah Asia dan Timur Tengah. Menariknya, ketimpangan ini pun berlaku di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2010, jumlah lelaki 50,34 %. Sedangkan jumlah perempuan hanya 49,66%.
Jumlahperempuan yang lebih sedikit tak menjamin bahwa pendidikan dan pekerjaan yang tersedia untuk perempuan lebih baik. Di Indonesia, lelaki mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik dari perempuan.
Sebagai perbandingan, dari sisi pendidikan, perempuan yang tamat sekolah tingkat SMP/MTs hanya sebesar 38,55%. Bandingkan dengan jumlah lelaki dengan tingkat pendidikan yang sama, jumlahnya mencapai 43,30%.
Dalam hal kesempatan kerja pun jumlahnya sangat timpang. Ada sekitar 66,8% lelaki yang bekerja. Sedangkan perempuan jumlahnya hanya 38,1%.
Jumlah tersebut adalah berdasarkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meliputi jumlah pencari kerja, ketersediaan lapangan kerja, dan pasokan tenaga kerja di bidang jasa dan non jasa, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Pada tahun 2010, BPS mencatat bahwa TPAK lelaki jumlahnya 81,20%. Sedangkan TPAK perempuan jumlahnya nyaris separuhnya, yaitu 46,80%.
Ketimpangan tersebut tentu saja memprihatinkan. Pencari kerja di desa dan kota di segala bidang antara lelaki dan perempuan jumlahnya sama, yaitu sekitar 1,4 juta jiwa.
Lembaga Buruh Internasional (ILO) pun mencatat fenomena yang mirip pada tahun 2014. Jumlah pekerja perempuan hanya sekitar 27% dibanding jumlah lelaki yang mencapai lebih dari 50%.
Perwakilan lembaga emansipasi wanita di India, Mriganka Dadwal menyatakan bahwa timpangnya TPAK di banyak wilayah Asia dan Timur Tengah ini bukan karena perempuan tidak produktif.
“Perempuan sebenarnya sangat produktif. Hanya saja produktivitasnya tidak dihargai oleh dunia industri,” ujarnya.
Sementara itu, di banyak wilayah dunia, perempuan pun dibayar dengan upah yang lebih murah dari lelaki. Bahkan, di industri hiburan seperti perfilman di Hollywood pun upah aktor akan lebih mahal dibandingkan dengan aktrisnya.
Artikel terkait: Manfaat menjadi ayah yang didapat lelaki setelah berkeluarga.
Saat ini ada banyak sistem perlindungan kerja untuk perempuan dan kemudahan lainnya di bidang pendidikan. Misalnya, dengan adanya cuti hamil dan melahirkan yang panjang serta ruang laktasi yang memadai, maka jumlah perempuan yang kembali ke dunia kerja setelah melahirkan akan semakin banyak.
Apalagi, kebanyakan permasalahan apakah perempuan akan kembali bekerja setelah menikah terus terjadi. Padahal pertanyaan itu bahkan tak pernah ditujukan pada lelaki.
Banyak perusahaan justru enggan mempekerjakan perempuan karena adanya cuti hamil, haid, dan berbagai fasilitas penunjang lain. Padahal, beberapa pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kelembutan lebih memang baiknya dikerjakan oleh perempuan.
Dengan adanya kesenjangan jumlah lelaki dan perempuan yang tidak diimbangi dengan kehadiran yang setara di sektor publik, maka tak heran jika hak perempuan masih belum terlalu diperhatikan. Oleh sebab itu masih diperlukan adanya lembaga yang membela hak emansipasi wanita.
Jadi Bunda, katakan pada Ayah yang ingin poligami. Jika ia menikahi lebih dari satu istri, maka secara sosial nanti, akan ada banyak lelaki yang tidak mendapatkan jodoh.
Masih mau pakai jumlah jenis kelamin saat ingin poligami? Update sensus dong…
Baca juga:
Ayah Lebih Perhatian Pada Anak Perempuan dibanding Anak Lelaki, Ini Fakta Ilmiahnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.