Ovarium atau indung telur merupakan bagian organ reproduksi yang fungsinya sebagai penghasil sel telur dan hormon seks wanita. Mengingat fungsinya yang penting, setiap wanita sebaiknya selalu mewaspadai berbagai hal yang bisa menggangu fungsi dan kesehatannya, termasuk infeksi indung telur atau ovaritis.
Menurut spesialis infertilitas Brad Trivax, MD, ovaritis ini memang bukan kondisi yang umum namun bukanlah hal yang baru. Infeksi bisa juga merambat pada saluran tuba falopi atau biasa disebut dengan salpingo-ooforitis yang istilahnya lebih umum. Selain itu, kondisi ini juga bisa berkembang dari Pelvic Inflammatory Disease (PID) atau penyakit radang panggul kronis yang lebih umum dikenal.
Gejala infeksi indung telur
Setiap wanita wajib mewaspadai kondisi ini karena rupanya dalam beberapa kasus ini tidak menimbulkan gejala apa pun. Kalaupun merasakan, Bunda mungkin mengalami gejala ringan yang sulit dideteksi.
Lebih cepat mengetahui kondisi ini, pengobatan pun bisa lebih mungkin untuk sembuh. Oleh karena itu, setiap perempuan perlu perhatian khusus bila mengalami berbagai gejala berikut ini :
- Keputihan yang parah dan berbau busuk.
- Nyeri di perut dan panggul bagian bawah.
- Perdarahan menstruasi yang lebih berat dari biasanya.
- Kesulitan buang air kecil.
- Perdarahan di antara siklus menstruasi.
- Rasa sakit atau pendarahan saat berhubungan intim.
- Sensasi terbakar atau sakit saat buang air kecil.
Artikel Terkait : Ingin punya anak? Waspadai 5 hal yang memengaruhi kesehatan ovarium berikut ini!
Gejala-gejala ini dapat muncul secara bertahap atau sekaligus. Tingkat keparahan pun akan berlangsung dari waktu ke waktu yang bisa memunculkan gejala tambahan, seperti :
- Demam
- Panas dingin
- Muntah
Penyebab
Selain menjadi kondisi tingkat lanjut dari PID, ini juga bisa disebabkan karena berbagai hal seperti Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti klamidia dan gonore. Ada beberapa kondisi wanita lebih rentan mengalami infeksi bakteri ini, di antaranya :
- Jika alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) dimasukkan secara tidak benar
- Selama aborsi
- Setelah keguguran
- Saat melahirkan
Komplikasi
Bila tidak diobati, ini bisa mengakibatkan kerusakan yang lebih meluas pada ovarium dan tuba falopi. Tentu ini bisa membahayakan ya Bun, karena akan meningkatkan peluang mengalami kehamilan ektopik.
Tuba falopi yang terinfeksi pun bisa menimbulkan masalah kesehatan baru, yakni sepsis yang kemungkinan mengancam jiwa. Oleh karena itu, pemeriksaan dini penting dilakukan untuk menghindari berbagai komplikasi yang mungkin terjadi.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis kondisi ini ada beberapa tes yang dilakukan, antara lain :
- Tes darah dan urin
Dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah putih serta mencari tanda-tanda peradangan.
- Tes panggul
Ini memungkinkan dokter mendeteksi gangguan atau gejala PID.
Artikel Terkait : Kista Ovarium: Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Penanganannya
- Ultrasonografi panggul
Dengan tes ini, Bunda akan bisa melihat kondisi ovarium, khususnya terkait ukuran, maupun kondisi kista atau abses. Dokter akan melakukan ultrasonografi transabdominal dan transvaginal untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang daerah panggul.
- Laparoskopi
Ini dilakukan bila dokter mencurigai Bunda mengalami salpingo-oophoritis sehingga perlu membedah tuba falopi. Prosesnya berupa memasukkan teleskop melalui sayatan di bagian perut bawah yang akan melihat organ panggul serta menghilangkan penyumbatan.
Pencegahan
Untuk mencegahnya, lakukan pemeriksaan rutin kesehatan reproduksi dengan dokter, khususnya bila mengalami riwayat kesehatan reproduksi. Selain itu, jagalah selalu kesehatan daerah kewanitaan secara khusus maupun kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Bila mengalami berbagai gejala yang sudah disebutkan, jangan ragu untuk mengonsultasikannya, ya!
Sumber : Healthline, WebMD
Baca Juga :
Kisah ibu dengan satu ovarium, "Kehamilan saya merupakan keajaiban Tuhan…"