Hamil dengan satu ovarium? Mungkinkah terjadi?
Mungkin pertanyaan seperti inilah yang akan terbersit bagi perempuan yang memiliki satu ovarium. Perempuan memang lahir dengan dua ovarium atau indung telur yang berada di di sebelah kiri dan kanan.
Setiap bulannya, salah satu ovarium akan melepaskan sel telur yang matang, siap dibuahi oleh sel sperma. Dari sinilah kemudian proses kehamilan akan dimulai. Sayangnya, ada beberapa kondisi yang menyebabkan seorang perempuan hanya memiliki satu indung telur sehingga program hamil cenderung lebih sulit dilakukan.
Kisah ibu yang hamil dengan satu ovarium
Adalah Aulia Trisna, salah satu editor di theAsianparent Indonesia yang mengalami hamil dengan satu ovarium. Beberapa bulan lalu, perempuan berusia 28 tahun sempat mengalami hamil di luar kandungan yang membuat salah satu indung telurnya harus diangkat.
Kepada theAsianparent ID Aulia mengatakan kalau dirinya sempat mengalami hamil ektopik pada tahun 2017, hanya selang 4 bulan setelah ia menikah dengan sang suami, Faisal.
“Bulan Agustus 2017, saya merasakan tanda kehamilan. Periksa test pack, juga ke bidan, kemudian saya dinyatakan hamil. Beberapa hari kemudian, saya pun memutuskan untuk periksa ke dokter dan melakukan USG transvaginal. Sayangnya ketika itu dokter bilang janin saya berada di luar kandungan.”
Hamil di luar kandungan, membuat saya hampir menyentuh gerbang kematian
Kaget, kecewa dan sedih, Ketiga perasaan inilah yang berkcamuk dalam diri Aulia. Setelah menantikan kehadiran sang buah hati, mendengar kehamilannya ternyata di luar kandungan tentu saja melahirkan persaan duka.
Ketika itu, dokter mengatakan kalau kantung janin menempel di saluran tuba falopi sebelah kanan. Dokter pun mengingatkan padanya kalau segera mengambil tindakan operasi. Jika tidak, risikonya bisa membuat kantung janin pecah dan menyebabkan perdarahan hebat.
“Akibatnya saya bisa kritis bahkan meninggal dunia,” tukas Aulia lagi.
Dokter juga memberikan pilihan tindakan untuk menangani kondisi hamil ektopik yang dialaminya, yakni operasi pengangkatan janin, kemudian saluran tuba falopinya ditutup. Pilihan lain, Aulia bisa melakukan terapi obat menggunakan methotrexate (MTX). Di mana Aulia akan disuntikkan obat untuk mematikan sel janin. Sayangnya, terapi obat ini memang tidak menjamin keberhasilan.
“Walaupun dokter menyarankan operasi, saya tetap memilih terapi dengan obat. Mengingat operasi akan menimbulkan risiko, kerusakan pada tuba, makanya saya lebih memilih untuk melakukan metotreksat.”
Tidak cukup melakukan konsultasi dengan satu dokter, perempuan yang kerap disapa Aul ini pun memutuskan untuk mencari second opinion dengan konsultasi dengan dokter kandungan lain. Namun, dokter kedua pun kembali memberikan pilihan serupa, antara melakukan terapi obat atau operasi.
“Setelah mempertimbangkan segala hal, saya pun akhirnya tetap yakin untuk menjalankan terapi obat MTX. Hingga akhirnya diberikan jadwal untuk menjalani terapi obat metotreksat tersebut,” kenang Aulia.
“Beberapa hari sebelum menjalani terapi obat, ternyata saya mengalami kram hebat seperti mau haid, ketika itu juga keluar flek sedikit. Saya langsung ke UGD, di sana saya masuk ruang rawat dan disuruh menunggu karena memang sudah ada jadwal tindakan terapi.”
Keesokan harinya, saya menerima suntikan obat MTX, dokter memperingatkan bila kondisinya baik-baik saja, maka saya boleh pulang. Tapi kalau ada gejala lainnya, seperti mual atau nyeri hebat maka harus diberikan tindakan darurat.
Awalnya saya tidak merasakan apa-apa setelah disuntik obat MTX, namun sore harinya saat saya sedang mengobrol dengan teman yang datang menjenguk, tiba-tiba saya merasakan rasa sakit yang teramat hebat hingga saya ingin menangis karena menahan sakitnya,” kenang Aul.
Untuk menahan rasa sakit, Aulia pun mendapatkan obat penahan sakit. Aul menambahkan bahwa sepanjang malam dirinya harus menahan rasa sakit yang luar biasa.
“Setiap kali gerak, rasa sakitnya bukan main. Khusunya di bagian perut sebelah kanan. Jam 3 pagi, saat mau ke kamar mandi, saya malah jatuh tak sadarkan diri,” tukasnya lagi.
Alami sepsis
Untuk memastikan kondisinya, dokter pun segera melakukan pemeriksaan USG. Lewat pemeriskaan tersebut, Aulia dinyatakan mengalami sepsis karena perdarahannya sudah menyebar.
Kondisi ini mau tidak mau membuat Aulia mendapatkan tindakan darurat, yaitu operasi untuk mengangkat sel janin, dan mengikat saluran indung telur sebelah kanannya.
“Saya mengalami perdarahan sebanyak dua liter saat operasi, jadi ketika itu harus menjalani transfusi darah hingga dua kantong,” tutur Aul.
Setelah lima hari dirawat, akhirnya Aul bisa pulang ke rumah.
Kabar bahagia itu datang…
Setelah menjalani operasi, Aulia mengatakan bahwa dirinya disarankan untuk melakukan HSG atau histerosalpingografi. Salah satu jenis pemeriksaan radiologi yang bertujuan untuk mengevaluasi kondisi rahim dan tabung saluran indung telur (tuba falopi). Prosedur ini biasa dilakukan untuk mereka yang memiliki masalah infertilitas atau keguguran berulang.
Namun, karena merasa takut, Aulia memilih untuk tidak melakukannya. “Terus terang saja saya khawatir, takut kalau rasanya sakit. Soalnya, mendengar cerita dari beberapa teman yang sudah melakukan HSG, mereka mengatakan kalau rasanya sakit yang luar biasa,”
Siapa sangka, setahun setelah menjalani operasi, Aulia dinyatakan hamil. “Ini keajaiban buat saya, saya sendiri tidak menyangka kalau bisa hamil secepat ini. Mengingat saya belum melakukan pemeriksaan HSG untuk mengetahui kondisi saluran tuba saya.”
Setelah 2 minggu mengalami terlambat menstruasi, Aulia pun melakukan tes kehamilan dengan testpack. Dari 3 buah test pack yang digunakan, nyatanya memperlihatkan hasil yang sama. Aulia positif hamil.
Aulia berhasil hamil dengan satu ovarium yang berfungsi.
Perempuan yang telah bekerja di beberapa media parenting ini juga mengatakan kalau dirinya memang telah belajar berdamai dengan kondisinya. Memiliki satu saluran tuba. Terlebih lagi jika ia mengingat perkataan dokter kandungan bahwa kemungkinan memiliki anak bagi Aul sudah menurun lantaran salah satu indung telurnya tidak lagi berfungsi dengan baik.
Menurut keterangan dokter, dengan hanya satu ovarium yang bekerja, Aulia hanya memiliki masa subur setiap dua bulan sekali, dan dia sendiri tidak pernah tahu kapan itu terjadi. Dokter pun menegaskan bahwa dirinya harus menjaga kondisi kesehatan agar ovariumnya yang sebelah kiri, jangan sampai terkena infeksi.
Siapa sangka, berita bahagia itu datang tanpa ia duga. “Sempat deg-degan pas cek ke dokter. Benar-benar khawatir kalau hamil di luar kandungan lagi. Tapi pas cek USG, Alhamdulillah kantung janinnya ada di dalam rahim, bukan di luar rahim. Suami saya langsung sujud syukur saat mengetahuinya.”
Perempuan berhijab ini mengatakam bahwa kehamilannya menyisakan sejara tersendiri untuknya. Meskipun tidak mudah, ia bisa melewati 9 bulan kehamilan,
“Alhamdulillah, kehamilanku berjalan lancar. Hingga Namira lahir pada 7 Mei 2019. Selama hamil, saya tidak merasakan keluhan apapun, dokter juga tidak memberikan warning apa-apa.”
Meski demikian, saat hamil dulu Aul mengaku pernah mengalami keputihan yang abnormal, hal ini membuatnya harus menjalani terapi pengobatan dengan pil peluru yang dimasukkan ke dalam vagina.
Pesan ibu yang hamil dengan satu ovarium untuk ibu lainnya
Kini, Aulia adalah seorang ibu dari bayi perempuan lucu bernama Namira Sachi Rubina. Namira adalah keajaiban yang datang dalam hidup Aulia dan suaminya, untuk mengobati luka hati yang mereka rasakan saat mengalami hamil ektopik.
Apa yang dialami Aul saat hamil ektopik hingga operasi, kemudian hamil dengan satu ovarium, membawa banyak sekali pelajaran.
Aulia berbagi saran dokter yang ia terima, bahwa sebagai perempuan memang harus memerhatikan kesehatan reproduksi. Katanya, “Jangan sampai abai bila melihat ada keputihan yang terlihat tidak normal, dan menjaga indung telur yang ada dengan baik, jangan sampai terkena infeksi.”
“Pesan saya untuk para ibu yang mengalami hal serupa, jangan patah semangat. Harapan memiliki anak akan selalu ada, Anda masih bisa hamil walau hanya memiliki satu ovarium. Ikuti saran dokter, dan selalu percaya dengan kuasa serta keajaiban dari Tuhan. Because God always has a good plan,” tutupnya.
***
Yuk berbagi cerita dan kisah hidup Anda dengan para ibu lainnya melalui Aplikasi theAsianparent, klik gambar di bawah ini!
Baca juga:
10 Foto dan Kisah Para Ibu Pejuang Cesar yang Luar Biasa
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.