Indahnya Jadi Ibu, Ketika Kekacauan dan Keindahan Jadi Satu

Menjadi Ibu itu seperti menggabungkan kekacauan dan keindahan jadi satu. Namun indahnya jadi Ibu sulit dilupakan. Ini ceritanya!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menjadi Ibu memang luar biasa, namun tidak sedikit yang pada awalnya sulit menjalaninya. Walau sangat bersyukur dengan hadirnya sang bayi, tetap saja seorang Ibu harus berjuang. Mulai dari hamil, melahirkan hingga menyusui yang tidak kenal lelah. Tidak heran kalau banyak Ibu yang merasa kelelahan sehingga mengalami depresi. Walaupun begitu indahnya jadi Ibu itu tidak bisa digambarkan dengan kata-kata karena memang sangat menyenangkan. 

Seperti cerita Bunda Jiesa Manoso yang merasa kekacauan dan keindahan itu menjadi satu ketika menjadi seorang Ibu. Dan dia berhasil melaluinya dengan baik! Berikut ceritanya!

Awal Kekacauan Salah Satu Indahnya Jadi Ibu

Kekacauan yang indah, seperti majas oksimoron ya kalau saya boleh menggambarkan seperti apa ketika awal memiliki anak. Perjalanan kehamilan Ibu selama sembilan bulan mirip roller coaster. Dan ternyata masa hamil ini hanyalah awal dari perjalanan keibuan yang berantakan namun sangat indah.

Ternyata Pasca Persalinan yang Lebih Melelahkan

Setelah melahirkan, emosi dan energi saya pasang surut. Bisa dalam beberapa hari saya sangat bahagia bisa melihat dan menggendong si Kecil. Tapi ada juga saat saya tiba-tiba merasa tidak mampu dan cemas apakah saya bisa menjadi ibu yang baik bagi anak saya. Mengingat saya merawat anak sendirian, karena suami tinggal di luar negeri.

Perasaan tidak mampu makin menjadi lebih buruk saat berjuang menahan kantuk dini hari. Bahkan saya merasa kesulitan menyimpan ASIP untuk asupan makan anak, apakah dia cukup susu atau tidak. Saya jadi merasa usaha saya selama ini kurang keras untuk memberikan ASI. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Depresi yang Mulai Melanda

Saat saya melihat bayangan diri di cermin, saya menjadi sangat sedih. Saya seperti melihat orang yang berbeda. Apalagi ketika melihat perut penuh luka karena operasi caesaar, strechmark seperti bentuk labirin memenuhi perut dan kantung mata yang sangat hitam karena kurang tidur. Rasanya saya takut melihat wajah saya sendiri.

Artikel Terkait : Waspadai Gejala Depresi Postpartum pada Ibu yang Baru Melahirkan, Ini Penyebab dan Tips Mencegahnya

Saya sangat ingin bilang kepada orang-orang betapa saya sangat lelah. Betapa energi saya terkuras dan sangat capek. Namun saya hanya bisa berpura-pura kuat dan menjadi salah satu wanita mandiri yang kuat. Saya sangat takut untuk dihakimi.  

Saya sering mendengar banyak orang yang kurang peduli dengan depresi dan mengabaikan apa yang dirasakan ibu pasca persalinan. Kadang-kadang saya merasa dunia ini tidak adil. Kenapa para ibu harus berusaha kuat di depan orang banyak?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tapi biasanya mereka akan menjawab, “Ketika anak-anak membutuhkan saya dan ternyata hanya saya yang bisa. Apakah saya akan menyerah?”. Benar, tentu tidak! Demi anak pasti Ibu akan melakukan apa saja. 

Kekuatan Ibu Memang Tidak Mudah Tapi Luar Biasa

Tiga tahun ini, saya mulai mengerti semuanya. Pengalaman menjadi seorang Ibu membuat saya tahu, betapa bersyukurnya hidup saya saat ini. Saya juga sangat bersyukur Tuhan memilih saya menjadi Ibu dari anak-anak saya. Dia tahu persis bahwa saya bisa dan ternyata saya percaya kalau ini sangat berguna bagi hidup saya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menjadi ibu memang tidaklah mudah tetapi itu adalah yang paling luar biasa yang pernah ada di dalam hidup saya.

Tapi memang benar ya Bunda, walau terasa sulit ternyata menjadi Ibu itu sangat menyenangkan kan? Bunda harus bisa bersyukur karena si Kecil hadir dengan kelucuan dan kepolosannya. Bila Bunda merasa kelelahan yang amat sangat, sangat diperbolehkan untuk meminta bantuan orang lain. Ceritakan pada keluarga jika Bunda mengalami kelelahan bahkan sampai depresi. Karena itulah peran keluarga termasuk pasangan kan?.Atau bisa mendatangi psikiater dan psikolog untuk mendapatkan bantuan serta solusi yang tepat. 

Bunda memiliki cerita yang sama atau punya kisah menarik lainnya mengenai kehidupan keluarga, kehamilan, atau seputar Parenting lainnya? Yuk share cerita Bunda di aplikasi TheAsianparent.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel ini diterjemahkan dari tulisan Jiesa Manoso TheAsianParent Filipina.

Disclaimer:

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Baca Juga : 

id.theasianparent.com/sandaran-untuk-satu-sama-lain

id.theasianparent.com/jadi-full-time-mom

id.theasianparent.com/ngobrol-dengan-anak

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan