Anak adalah buah hati dan belahan jiwa orang tuanya. Kehadirannya sangat diharapkan agar memberi keceriaan dan kebahagiaan di tengah tengah keluarga. Ketika kita dianugerahi anak itu berarti kita diamanahi untuk mendidiknya sesuai dengan fitrahnya. Kehadirannya tentu saja kita terima dengan suka cita. Kita terima anak itu dengan segala kelebihan dan kekurangannya juga dengan keunikan karakter dan sifatnya masing masing.
Penerimaan seutuhnya atas keberadaan sang anak bukan berarti kita tidak ada usaha untuk memperbaiki kekurangannya. Justru kekurangannya itu kita jadikan sebagai ladang amal kita. Sebagai orang tua kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengoptimalkan kelebihan mereka dan meminimalisir ataupun memperbaiki kekurangan mereka. Inilah ranah kita untuk terus belajar tentang tumbuh kembang anak agar performanya maksimal.
Tantangannya sekarang adalah bagaimana kita sebagai orang tua bisa mengetahui masalah, kelebihan dan kekurangan anak anak kita. Setelah itu bagaimana usaha kita agar kelebihan yang dimiliki anak dapat dioptimalkan sedangkan kekurangannya dapat diminimalisir. Sungguh tantangan yang luar biasa terutama ketika kita memiliki anak yang beranjak remaja. Anak ABG yang katanya sedang mencari jati diri, penuh warna warni dan penuh luapan emosi yang sering gonta ganti.
Lalu apa yang sebaiknya orang tua lakukan?
Ngobrol!
Ya, kita bisa ngobrol santuy dengan anak remaja kita. Tapi kali ini bukan ngobrol sembarang ngobrol. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan saat akan ngobrol santuy dengan sang anak, apalagi tujuannya untuk mengetahui masalah yang dihadapi anak, kelebihannya, kekurangannya maupun impiannya.
Dalam NLP (Neuro Linguistic Programming), sebuah ilmu praktis yang membahas tentang hubungan antara saraf otak dan bahasa yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang, terutama di bab relationship excellence, dijelaskan ada beberapa hal yang sebaiknya kita lakukan sebelum kita membuka obrolan dengan anak ABG kita (atau dengan siapapun), yaitu menentukan OUTCOME atau tujuan kita ngobrol dengan sang anak.
Apa maksudnya?
Begini…
Pernahkah kita mengalami sebuah pembicaraan atau obrolan dengan anak baru gede itu yang awalnya kita hanya basa basi tapi ujung ujungnya malah kita marah marah dan akhirnya sang anak malah mengunci diri.
Atau parahnya lagi berakhir dengan adu mulut dan pertengkaran hebat? Pernah? Hal ini bisa terjadi, salah satu penyebabnya adalah arah pembicaraan yang tidak terkontrol atau tidak terarah. Kita perlu menentukan outcome obrolan kita dengan sang anak agar tidak terjadi hal hal yang diluar ekspetasi kita.
Untuk menentukan outcome ini kita bisa dibantu dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
Apa yang ingin saya capai dari obrolan ini?
Apa yang ingin saya lihat, dengar dan rasakan setelah obrolan ini selesai?
Mengapa obrolan ini penting bagi saya?
Apa saja tindakan antisipatif yang harus saya lakukan agar dapat berbicara dengan baik?
Apa saja sih yang menghalangi saya untuk ngobrol santai dengan anak?
Nah lima hal ini sebaiknya sudah ada di pikiran kita sebelum kita ngobrol dengan anak ABG kita. Ini nanti yang akan menjadi arah sekaligus batasan kita selama ngobrol dengan anak.
Ah terkesan kaku!
Memang kalau disampaikan seperti ini kesannya teoritis dan kaku tapi justru inilah awalan yang baik agar obrolan kita terfokus, jelas dan ada hasilnya. Apalagi obrolan yang berhubungan dengan permasalahan anak yang bisa jadi sangat penting bagi kepribadian dan masa depannya. Untuk gaya bahasa, jenis bahasa, pola bahasa dan cara penyampaiannya tentu saja disesuaikan dengan karakter dan sifat anak kita. PR lagi nih buat kita untuk belajar dan menggali lebih dalam lagi ilmu bahasa dan unsur unsurnya.
Nah bagaimana? Siap ngobrol santuy dengan anak anak kita tercinta? Ngobrol yang ga asal ngobrol tapi ngobrol yang terarah, bermanfaat dan tentu saja menyenangkan.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.