Baru-baru ini, kasus ibu kehilangan bayinya asal Makassar bayinya lantaran tidak memiliki biaya menjalankan swab test banyak mencuri perhatian publik.
Namun belakangan, dalam akun Instagram salah satu dokter kandungan RSIA Ananda, dr. Fadli Ananda, memberikan memberikan klarifikasi.
Sebelumnya, sejumlah media telah memberitakan bahwa ibu kehilangan bayinya asal Makassar ini setelah menjalani rapid test dan hasilnya reaktif COVID-19. Ervina pun kemudian diharuskan melakukan swab test di RS Stella Maris. Tes ini perlu dilakukan sebagai salah satu prosedur lanjutan sebelum bisa ditangani untuk melahirkan.
Ibu bernama Ervina Yana itu tidak memiliki uang untuk membayar biaya swab test yang memang tidak ditanggung BPJS sehingga ia dirujuk ke RSIA Ananda. Sayangnya, sampai di RSIA Ananda dilakukan USG dan diketahui janinnya telah meninggal dunia.
Ibu Kehilangan Bayinya, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Ikut Angkat Bicara
Wagub Sulsel di rumah sakit. Sumber: Fajar
Andi Sudirman Sulaiman selaku Wakil Gubernur Sulsel pun turun tangan untuk mengecek kondisi Ervina di RSIA Ananda Makassar. Namun karena Ervina tengah diisolasi di ruangan khusus, keduanya tidak sempat bertemu langsung.
“Memang dia (Ervina) menurut hasil rapid test reaktif. Makanya beberapa rumah sakit meminta untuk tes PCR lagi, karena reaktif. Karena kan harus ada penanganan dengan protap (COVID-19),” ujarnya dikutip dari Detik News.
Menurut Andi, biaya rapid test dan swab di RSIA Ananda sebenarnya memang dikenakan sepenuhnya kepada pasien. Akan tetapi karena Ervina termasuk warga kurang mampu dan pemegang BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) maka Andi meminta agar test tersebut digratiskan.
RS Stella Maris yang sempat dikunjungi oleh Ervina pun memberikan pernyataan dan membantah bahwa pihaknya meminta bayaran tes swab kepada Ervina.
“Tidak benar bahwa RS meminta pasien membayar biaya pemeriksaan PCR Rp2,3 juta karena jika pasien tersebut rawat inap di RS Stella Maris, maka seluruh biaya adalah jaminan Asuansi Garda Medica sampai terbukti hasil PCR positif,” ungkap dr. Luisa Nuhuhitu, Direktur RS Stella Maria.
Dokter yang memeriksa Ervina menganjurkan ia dan suaminya agar dirujuk ke RS Universitas Hassanudin (Unhas) yang memang khusus menangani pasien COVID-19.
Tindakan operasi Caesar menurut surat rujukan yang dibawa Ervina tidak dapat dilakukan lantaran harus mendapatkan hasil dari tes PCR terlebih dahulu. Hasil tes tersebut baru dapat diketahui setelah 3 hingga 4 hari.
Klarifikasi dari RSIA Ananda Mengenai Kronologi Kasus Ervina
dr. Fadli Ananda dari RSIA Ananda. Sumber: Tribun News
Dokter Fadli Ananda, Dokter Kebidanan dan Kandungan yang berpraktik di RSIA Ananda, Makassar ikut memberikan klarifikasi perihal meninggalnya janin yang dikandung Ervina lewat media sosialnya.
Ia menceritakan kronologi pasien tersebut masuk ke RSIA Ananda, dengan keluhan merasa bayi di dalam kandungannya tidak bergerak. Lalu kemudian dilakukan USG dan diketahui bayi di dalam kandungan sudah meninggal.
dr. Fadli pun menegaskan bahwa sebelum masuk RSIA Ananda bayi tersebut sudah meninggal. “Akhirnya pasien tersebut kami arahkan ke UGD RS,” tulisnya.
Ervina pun masuk ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk dipersiapkan melakukan operasi keesokan paginya. Sesuai dengan protokol yang dikeluarkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, semua ibu hamil yang akan melahirkan wajib untuk melakukan pemeriksaan rapid test.
Klarifikasi dari dr. Fadli
Seperti yang diketahui, hasil rapid test Ervina reaktif. Sesuai dengan protokol COVID-19, maka Ervina dibawa ke ruang isolasi dan dilakukan observasi sembari disiapkan rujukan ke RS Pusat Rujukan Covid.
“Kenapa tidak segera dilakukan tindakan operasi? Karena belum ada tanda kegawat daruratan untuk dilakukan operasi (sectio) segera. Jadi masih bisa diobservasi sambil menunggu hasil swab atau menunggu RS rujukan menerima rujukan,” jelas dr. Fadli di laman Instagramnya.
Menurutnya, tanda kegawatdaruratan pada ibu hamil dengan KJDR (Kematian Janin Dalam Rahim) adalah infeksi atau sepsis. Sementara Ervina masih belum menunjukkan tanda-tanda infeksi. Hasil laboratorium pun menunjukkan bahwa kondisinya masih normal.
“Risiko yang dihadapi kalau pasien tersebut harus langsung dioperasi tanpa menunggu hasil swab (jika hasil swab positif) adalah penularan virus itu ke teman-teman nakes dan pasien-pasien sehat yang ada di RS.” Dr. Fadli menambahkan dalam akhir klarifikasi darinya selaku perwakilan dari RSIA Ananda.
Sampai saat ini, Pandemi COVID-19 memang telah banyak menelan korban, tak terkecuali bayi dan anak-anak. Harapannya, kasus ibu kehilangan bayinya asal Makassar ini bisa dicegah.
Baca Juga:
7 RSIA di kota Bandung dengan fasilitas lengkap khusus untuk Bunda
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.