Ungkapan ‘kasih ibu sepanjang masa’ pantas disematkan untuk para ibu yang memiliki kasih sayang tak terbatas bagi anak-anaknya, bahkan rela berkorban demi si buah hati. Seperti kisah perjuangan seorang ibu hidupi anak kembar obesitas.
Entah bagaimana pun kondisi anak, ibu adalah sosok pertama yang akan selalu merentangkan tangan dan menerima sang anak dengan sepenuh cinta. Termasuk ketika anak terlahir berbeda dari kondisi yang lainnya.
Saat-saat seperti itulah orangtua diuji kasih sayang dan kesabarannya merawat sang buah hati. Kondisi ini dialami oleh seorang ibu bernama Ma Zhiqiu, ia memberikan seluruh cinta kasihnya dalam merwat anak-anaknya yang “spesial”.
Luar biasanya, ibu asal Shenyang, Provinsi Liaoning, China, ini harus melalui ujian hidup tersebut seorang diri tanpa dampingan sang suami.
Ketegaran Seorang Ibu Hidupi Anak Kembar Obesitas
Pada bulan Februari 1994, Ma Zhiqiu melahirkan bayi kembar prematur dengan kondisi kesehatan yang buruk. Bayi kembarnya yang bernama Zang Hangjun dan Zang Yuanjun pun dinyatakan mengidap autisme dan cerebral palsy oleh dokter, karena komplikasi akibat kesulitan dalam proses kelahiran.
Kenyataan tentang kedua bayinya yang baru dilahirkan itu membuat suami Ma Zhiqiu sangat terpukul. Ia tak mampu menerima kenyataan, sehingga tenggelam dalam depresi. Pasangan suami istri ini pun pada akhirnya bercerai.
Setelah berpisah dari suaminya, mau tak mau memaksa Ma Zhiqiu harus merawat sendirian kedua putra kembarnya secara penuh. Pekerjaan dengan gaji tinggi rela ia tinggalkan demi memastikan anak-anaknya mendapat perawatan terbaik. Ia pun memilih menghabiskan harinya untuk mengurus kedua putranya.
Tak Pernah Menyesali Keadaan
Terlahir dalam kondisi yang demikian, membuat kedua putra Ma Zhiqiu bergantung kepadanya. Hangjun, sang kakak, bahkan keadaannya jauh lebih sulit lagi. Ia mengalami obesitas dengan berat badan mencapai 250 kg. Keadaan ini memaksanya untuk terus berada di atas tempat tidur.
Hangjiun nyaris melakukan seluruh aktivitasnya di atas ranjang. Mulai dari makan hingga membersihkan diri. Namun, Ma Zhiqiu sebagai ibu selalu hadir dan membantunya dengan penuh perjuangan.
Sementara itu, Yuanjun, sang adik, kondisi fisiknya tidak separah Hanjiun. Ia masih mampu mengurus diri sendiri, sehingga tak terlalu bergantung kepada ibunya.
Kehidupan yang dijalani Ma Zhiqiu tentu tak bisa dibilang mudah. Namun, meski situasi yang dihadapi membuatnya sangat kelelahan, ia mengaku tak menyesali kehadiran kedua putranya ke dalam hidupnya saat ini.
“Anak yang lebih tua, Hangjun punya kasus cerebral palsy yang lebih parah dan tidak bisa bergerak sendiri. Namun, kedua anak laki-laki ini baik. Saya sama sekali tidak menyesalinya,” kata Ma Zhiqiu, seperti dikutip dari Daily Mail.
Mendukung dan Mendorong Bakat Sang Anak
Setiap manusia terlahir dengan kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan anak Ma Zhiqiu. Di balik keterbatasan fisiknya, ternyata Yuanjun menyimpan bakat dalam bidang musik.
Oleh karenanya, ia kerap mengikuti kompetisi bernyanyi, bahkan ia piawai menyanyikan lagu-lagu klasik Italia dan Rusia. Hal ini terbukti dari beberapa penghargaan yang berhasil diraihnya dari mengikuti perlombaan.
Sebagai ibu tunggal, Ma Zhiqiu memang selalu memberikan dukungan kepada putranya. Sejak 2012, ia mengantar sendiri Yuanjun untuk latihan piano, meski harus menempuh 3 jam perjalanan.
“Dia main piano dengan andal. Beberapa tahun terakhir dia mendapat les gratis dari pusat kesejahteraan anak-anak,” tutur Ma Zhiqiu.
Akan tetapi, karena keterbatasan ekonomi, ia belum mampu membelikan piano untuk putranya.
Guru-guru yang mengajar Yuanjun bermusik melihat dirinya sebagai anak yang sangat berbakat. Sebagai bentuk dukungan, mereka akhirnya menyumbangkan piano agar Yuanjun tetap dapat memainkannya ketika sedang di rumah.
Aktivitas bermusik pun menjadi bagian dari keseharian Yuanjun. Tak hanya itu, ia juga membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah serta merawat kakaknya yang terpaksa harus berkegiatan di tempat tidur sepanjang hari.
“Saya telah mengajarinya cara merawat Hangjun. Karena saya tidak akan hidup selamanya, saya harap dia belajar cukup banyak untuk bisa menjaga dirinya sendiri dan Hangjun,” ujar Ma Zhiqiu.
Parents, demikianlah kisah yang sangat mengharukan bagaimana ibu hidupi anak kembar obesitas dan difabel seorang diri. Semoga kisah Ma Zhiqiu dan putra-putranya ini bisa menginspirasi Parents, ya.
Baca Juga :
Ketika si kecil lahir seolah semua melupakan ibu, kisah ibu pasca melahirkan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.