Saat Samuel Forrest menggendong putranya untuk pertama kalinya, dokter mengatakan bahwa bayi Leo mengalami down syndrome.
Tak disangka, Ruzan, istri Samuel, langsung panik dan memberi ultimatum: berikan anak itu kepada orang lain untuk diadopsi, atau ia akan meninggalkan mereka.
Ultimatum ini terlontar dari mulutnya dan ternyata ia serius. Entah apa yang merasuki pikirannya, Ruzan berkata demikian tanpa pernah menggendong Leo, buah hatinya sendiri.
Istri Samuel memberikan pilihan: dirinya atau anak Down Syndrome. Foto: Samuel Forrest.
Samuel berkata, “Leo ganteng dan begitu sempurna. Aku akan tetap bersamanya.”
Lalu Samuel dan istrinya pun mengurus perceraian. Sang istri pun meninggalkannya. Menyedihkan sekali bukan?
Setelah perceraian itu, sebagai single parent Sam memutuskan untuk kembali ke tempat asalnya di New Zealand. Ia membesarkan Leo di sana, agar dekat dengan keluarga dan sanak saudaranya.
Tiga bulan kemudian, Ruzan, mantan istrinya, bagaikan baru sadar dari mimpi menghubungi Sam kembali. “Ia tetap berkomunikasi denganku sebagai kawan melalui Skype. Aku akhirnya setuju untuk menemuinya, dan ia pun menggendong Leo untuk pertama kalinya.”
Ruzan pun akhirnya kembali ke jalan yang benar
Keputusan Ruzan untuk meninggalkan buah hatinya sendiri diakibatkan oleh ketidaktahuannya tentang Down Syndrome, ditambah dengan depresi dan keegoisannya.
Kini Leo sudah berusia 1 tahun, dan menjalankan terapi fisik maupun terapi untuk perkembangan intelektual. Ia mulai merangkak, dapat menekan tombol, dan berkata “Dad” serta berusaha memanggil “Mom”.
Leo merayakan ulang tahun pertama bersama ayah dan ibunya. Foto: Samuel Forrest.
“Aku sangat mencintainya,” kata Ruzan. “Setahun lalu, tak dapat kubayangkan bagaimana aku bisa hidup bersamanya. Namun kini, tak dapat kubayangkan bagaimana aku dapat hidup tanpanya. Aku seperti orang yang berbeda saat ini.”
Hikmah yang dapat dipetik
Memiliki anak Down syndrome bukanlah sesuatu yang menakutkan. Dengan penanganan yang baik sejak awal, ditambah dengan pengetahuan yang cukup dari kedua orangtuanya, anak down syndrom dapat hidup normal dan bahagia.
Parents, semoga berita di atas dapat menyadarkan kita semua, bahwa depresi pasca melahirkan perlu ditangani sesegera mungkin, dan juga memiliki anak Down Syndrom adalah suatu karunia tersembunyi. Setiap anak adalah hadiah terindah bagi orangtuanya.
Tips untuk Orang Tua dengan Anak Down Syndrome
Down Syndrome (DS) adalah kelainan kromosom yang paling umum terjadi. Setiap tahun, sekitar 6.000 bayi di Amerika Serikat dilahirkan dengan DS — sekitar 1 dari setiap 691 bayi. Biasanya, inti setiap sel memiliki 46 kromosom, tetapi mereka yang memiliki DS, karena alasan yang tidak diketahui, memiliki salinan kromosom 21 yang penuh atau sebagian. Bahan genetik tambahan mengubah arah perkembangan.
Hal ini menyebabkan karakteristik fisik yang umumnya terkait dengan DS, seperti tonus otot rendah, perawakan kecil, mata miring ke atas, dan lipatan dalam tunggal di bagian tengah telapak tangan. Anak yang menderita DS juga memiliki tingkat masalah kesehatan tertentu yang lebih tinggi dan sejumlah keterlambatan kognitif. Meskipun karakteristik ini umum pada mereka yang memiliki DS, setiap orang adalah individu yang unik.
Ketika mendidik anak-anak dengan DS, hal-hal yang Parents ajarkan seharusnya tidak berbeda dari anak lain. Mereka harus mengembangkan keterampilan baru, mempelajari perilaku yang sesuai, dan berusaha mencapai tingkat kemandirian. Di bawah ini adalah beberapa tips bermanfaat bagi mereka yang memiliki anak dengan DS, menurut Napa Center:
- Pelajari tentang DS. Semakin banyak Anda tahu, semakin banyak Anda dapat membantu Anda dan anak Anda.
- Cintai dan bermain bersama dengan anak Anda. Perlakukan dia seperti Anda memperlakukan anak tanpa difabel.
- Punya harapan tinggi untuk anak Anda. Bersikaplah antusias dan memberi semangat.
- Dorong anak Anda untuk mandiri, misalnya berpakaian, mandi, dan lain-lain.
- Berikan tugas-tugas anak Anda, tetapi pastikan untuk mempertimbangkan kapasitas dan kemampuannya.
- Tawarkan bantuan Anda saat dibutuhkan dan segera berikan dukungan positif ketika dia menghasilkan respons yang benar.
- Jika anak Anda membuat kesalahan, jangan katakan, “itu salah.” Minta dia untuk mencoba lagi, atau berikan respons yang benar.
- Sabar dan berharap. Anak Anda memiliki hidup yang panjang di depan mereka untuk belajar dan tumbuh.
Referensi: ph.theAsianparent.com
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.