Kabar mengenai ibu bunuh anak di Bandung sedang riuh diperbincangkan publik. Saya sendiri tak habis pikir, bagaimana bisa seorang ibu yang mengandung dan melahirkan bisa setega itu? Membunuh buah hatinya sendiri.
“Apa yang terbesit dalam benak FM ketika menghabisi nyawa anaknya sendiri?,” batin saya ketika membaca pemberitaan ini.
Polisi masih menyelidiki motif ibu bunuh anak di Bandung
Menurut polisi yang menyelidiki kasus pembunuhan ini, ibu berinisial FM berusia 29 tahun diduga membunuh anak perempuannya yang baru berusia tiga bulan. Sebuah pisau dapur juga sudah disita sebagai barang bukti pembunuhan. Berujung dengan FM ditetapkan menjadi tersangka atas kasus tersebut.
Peristiwa ini sendiri terjadi pada Minggu (1/9/2019) kemarin. Berlangsung di kediaman tersangka FM, Jalan Delta, Kelurahan Cigadung, Kecamaan Cibeunying Kaler, Kota Bandung, sekitar pukul 17.00 WIB.
Mengutip dari Kompas, Wakasat Reskim Polresta Bandung, Kompol Suparman mengatakan kalau sesaat sebelum melakukan aksinya tersangka FM mengaku mendapatkan bisikan gaib, bahwa dia belum siap mengurus seorang anak.
“Ngakunya dapat bisikan gaib, katanya ‘bunuh saja kirim agar dikirim ke surga,” kata Suprarman menurut Kompas.com.
Tersangka FM (menggunakan masker). Sumber foto: Mochamad Solehudin/detikcom
Meski begitu, polisi masih belum mengetahui jelas apakah pisau yang telah disita itu benar digunakan untuk menghabisi nyawa bayi malang itu. Kronologis dan motif pembunuhan juga masih samar, karena tersangka masih sulit untuk dimintai keterangan.
Sampai saat ini, FM telah diamankan pihak kepolisian untuk proses penyelidikan dan mengetahui kronologi pembunuhan lebih lanjut.
FM mengalami depresi pasca persalinan atau Post Partum Psychosis (PPP)?
Menurut keterangan polisi, FM mengaku mendengar bisikan gaib yang menghasut untuk membunuh bayinya. Mungkinkah sebenarnya FM mengalami halusinasi karena kondisi mental seperti psikosis pasca melahirkan (PPP)?
Depresi pasca persalinan sering dialami oleh ibu yang baru memiliki anak. Apalagi kita tahu kalau mengurus bayi tidaklah mudah dan membutuhkan kesiapan psikis dan mental agar tetap ‘waras’.
Menurut Psikolog Anak dan Keluarga bernama Nina Teguh, seorang ibu yang membunuh anaknya mungkin saja mengalami post pasrtum psychosis (PPP). Menurutnya, PPP merupakan gangguan pasca persalinan yang berbeda dan jauh lebih berat dibandingkan dengan baby blues dan Post Partum Depression (PPD).
Sayangnya, gejala PPP ini memang sering kali tidak terdeteksi. Hal ini disebabkan karena PPP bisa terjadi bersamaan dengan baby blues atau PPD, atau bahkan terjadi setelahnya. Namun faktanya PPP sering dialami dalam waktu yang sangat panjang.
Ibu yang mengalami PPP bisa kehilangan kesadaran dengan realitas hidupnya
Menurut Susan Hatters Friedman, pakar psikologi dari Universitas of Auckland in New Zealand, perempuan dengn PPP memang bisa kehilangan kesadaran dengan realitas hidupnya. Artinya, apa yang dilakukan bisa berbahaya bagi dirinya sendiri dan bayinya.
Kapan gejala PPP terjadi? Sayangnya, gejala PPP ini bisa muncul kapan pun, “PPP seperti tornado karena itu dapat datang dari mana pun,” ujarnya.
Ibu yang mengalami PPP bisa juga melalui masa-masa di mana kesadarannya seakan ‘terpisah’ dari realita.
Dalam hal ini psikolog yang kerap disapa Nina Teguh mencontohkah, seorang ibu yang mengalami PPP kerap kali merasa mendengar suara yang tak dilihat orang lain. Bisa dikatakan, ibu akan memiliki halusinasi.
Nah, halusinasi inilah yang menyuruhnya untuk membunuh bayinya demi menyelamatkan bayi tersebut.
“Artinya, ibu tersebut membunuh bayinya sebenarnya bukan karena ia tega. Namun karena kasih sayangnya yang luar biasa, tapi tidak sedang dalam fase sadar.”
Nina juga menambahkan kalau seorang ibu bisa mengalami PPP karena dirinya telah mengalami kondisi hidup yang begitu luar biasa sulit, dan ia tetap berusaha untuk bertahan.
Namun, untuk memastikan tersangka FM mengalami post pasrtum psychosis (PPP) tentu saja memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk mengetaui modus dan alasan di balik FM melakukan tindakan keji tentu saja masih membutuhkan proses pemeriksaan lebih lanjut.
Peristiwa seperti ini seakan mengingatkan bahwa, perubahan yang terjadi dan dialami oleh ibu baru memang tidaklah mudah. Dalam menjalani tahapan dan tanggung jawab sebagai orangtua, ibu pun memerlukan dukungan. Khususnya dari sang suami dan keluarga terdekat.
***
Anda bisa bergabung dengan jutaan ibu lainnya di aplikasi theAsianparent untuk berinteraksi dan saling berbagi informasi terkait kehamilan, menyusui, dan perkembangan bayi dengan cara klik gambar di bawah ini.
Sumber: Kompas, detik
Baca juga
Video pengasuh kepergok minum susu dari dot, ternyata menderita penyakit menular
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.