Para suami tercinta, apa pekerjaan Anda saat ini? Guru, koki, tukang ojek, dokter? Sadarkah jika profesi tersebut bisa dilakukan semuanya oleh istri Anda? Ia bisa jadi tukang masak, cleaning service, bahkan binatu untuk semua orang di rumah, termasuk anak dan Anda. Mohon simak baik-baik surat terbuka ini.
Di jam pulang sekolah anak, ia adalah tukang ojek, dokter ketika anak mendadak sakit, dan guru saat anak sulung Anda tak tahu bagaimana mengerjakan PR-nya.
Ia tak mendapat gaji dari semua pekerjaan ini, kecuali pelukan dan ciuman para malaikat kecilnya. Bukannya dia tak ingin bekerja sungguhan di kantor seperti masa lalu, seperti masa sebelum ia bertemu Anda dan mengikat cinta.
Bukannya ia tak iri pada Anda yang telah mandi dan wangi di pagi hari, pakai baju rapi dan bersiap bertemu banyak orang yang berbeda setiap hari. Saat Anda bertemu klien di jam makan siang, istri Anda mungkin belum mandi karena tak ada orang yang menjaga bayi kecil Anda jika ia pergi mandi.
Otaknya seperti membeku. Tanpa Anda di rumah, tak ada orang yang bisa diajaknya bicara selain bayi Anda yang sedang belajar bilang ‘mama’.
Sepulang kerja, yang paling Anda inginkan adalah beristirahat. Tahukah Ayah, jam kerja istri Anda tak pernah berakhir?
Di malam hari saat Anda tertidur lelap, pasangan Anda terbangun setiap 2 jam sekali buat menyusui bayinya. Saat Anda sedang bermimpi, si dia mungkin sedang mengganti popok bayinya sambil menahan kantuk.
Jadi jangan uring-uringan, Ayah, kalau nyonya Anda minta bantuan menggendong si kecil. Ia bukan robot. Ia butuh istirahat, beberapa jam saja. Ulurkanlah bantuan Anda, khususnya saat si kecil demam.
Di pagi hari semua ini akan diulang lagi dari awal. Memandikan bayi/anak, memasak, mencuci, bersih-bersih, menjemput anak sekolah, menidurkan anak, menyiapkan makan malam Anda, dst.
Coba renungkan Ayah, manusia macam apa yang sanggup tidak tidur malam dan tetap bekerja di jam yang sama setiap pagi, setiap hari?
Apa bisikan hati ibu bekerja?
Menjadi ibu bekerja tidak mengakhiri semua kelelahan itu. Pekerjaan nyonya Anda tidak berakhir saat ia sampai di rumah.
Sebaliknya, ini adalah saat terberat karena harus melawan rasa lelah agar bisa menghabiskan waktu sejenak bersama anak-anaknya.
Banyak orang memuji istri Anda, atas kerja kerasnya dan posisinya saat ini. Anda mungkin iri kepadanya, atas apa yang didapatnya. Apakah Anda juga iri pada rasa bersalah yang dipendamnya, karena meninggalkan anak-anak di rumah bersama orang asing?
Kehidupan ibu bekerja justru lebih berat, karena ia harus bisa menjaga keseimbangan pekerjaan dan rumah tangga, seperti kata para ahli parenting.
Mana yang harus didahulukan, perintah bos atau anak, meeting atau mengambil rapor anak. Istri Anda bergelut dengan dua pilihan itu setiap hari.
Tudingan mementingkan diri sendiri, egois dan ambisius mengikuti para ibu bekerja kemana mereka melangkah. Istri Anda tak luput dari tudingan itu, Ayah.
Masihkah Anda iri kepadanya?
Istri membutuhkan Anda sebagai partner dalam hidupnya
Mungkin detik ini anak-anak Anda sudah besar, mungkin mereka sudah tak lagi sering bangun di malam hari. Jangan mengira pekerjaan mengasuh anak jadi lebih ringan, Ayah.
Coba bayangkan apa yang dirasakan istri saat anak balita Anda tidak mau makan? Apa yang akan Anda lakukan jika si kecil mendorong piring makannya jatuh berantakan, padahal Anda sudah susah payah memasaknya? Marah dan berteriak?
Anda beruntung karena tak harus mengalami itu, Anda tak perlu merasakan dada sesak akibat rasa bersalah. Anda juga beruntung karena tak harus menanggung malu, saat balita Anda menangis sampai berguling-guling di lantai supermarket.
“Apakah aku ibu yang baik?” Pertanyaan itu menghantui benak pasangan Anda setiap hari. Jadi jangan anggap ia cengeng atau lebay jika Anda melihatnya menangis, padahal Anda berdua sedang tidak bertengkar.
Jangan pula Anda naik darah karena istri selalu bilang, “Tidak ada apa-apa,” saat Anda bertanya kenapa.
Ada jutaan keluh kesah yang tak ingin ia katakan. Dia tahu hari-hari Anda di tempat kerja sudah berat, ia tak ingin keluhannya membebani pikiran Anda.
Ia butuh Anda, Ayah, untuk mendekat dan menghiburnya, “Kamu Ibu terbaik untuk anak kita, Sayang.”
Masihkah ia tercantik di dunia?
Mungkin Anda pernah sangat sebal di kala istri Anda bolak-balik menelepon atau mengirim SMS saat Anda sedang lembur. Mengapa ia nggak mau mengerti, kalau Anda sedang bekerja keras demi dirinya?
Ayah, tubuh seorang wanita berubah setelah ia melahirkan. Payudaranya tak sekencang dulu, selulit menghiasi perutnya yang menggelambir. Berat badannya naik drastis, dan ia tak seseksi masa bulan madu dulu.
Ia tahu Anda mencintainya seperti apa adanya. Tapi jujurlah Ayah, lelaki normal mana yang tak tergiur memandang tubuh molek sekretaris bos Anda?
Mungkin suatu malam kekesalan Anda memuncak ketika ia menolak belaian Anda. Mengertilah Ayah, bukan rasa cemburu yang membuat ia marah dan menolak melayani suami tercintanya. Ia hanya letih, sangat letih. Itu saja.
Jauh dalam lubuk hatinya, pasangan Anda ingin nampak cantik dan terbaik di mata Anda. Ia ingin jadi wanita yang dapat memuaskan gairah suaminya.
Setiap hari, selama hayat dikandung badan, hidup istri Anda adalah perjuangan untuk membahagiakan Anda dan anaknya pada saat yang sama.
Tapi istri Anda bukan Wonder Woman. Suatu saat akan ada batas yang tak bisa dilawannya. Janganlah berpaling darinya, Ayah, meski ia tak sebahenol dulu lagi. Jangan tinggalkan rumah, Ayah, meski Anda tak tahan lagi dengan tangis si kecil.
Berdirilah di sini, di samping si dia yang Anda cintai. Genggam erat tangannya agar ia tabah menjalani hari-hari.
Salam.
Ditulis oleh : Diana, 29 tahun, ibu rumah tangga dan blogger.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.