7 Alasan Hubungan dengan Suami Renggang Setelah Punya Anak

undefined

Tetap jaga keromantisan hubungan suami istri dengan cara-cara ini.

Memiliki anak adalah salah satu pengalaman hidup paling indah yang bisa kita miliki, namun tak bisa dipungkiri bisa saja hubungan renggang setelah memiliki anak. Bahkan menurut Gottman Relationship Research Institute seperti dilansir dari Babyology, dua dari tiga pasangan mengakui kualitas hubungan mereka menurun dalam jangka waktu lima tahun semenjak kelahiran anak pertama mereka.

Karena itu, menjaga pernikahan setelah memiliki anak membutuhkan banyak waktu dan tenaga, dua hal yang mungkin sudah berada di bawah ambang batas bagi orang tua baru. Namun, mengusahakan hal ini bukan hal yang sukar, kok. Bahkan akan bermanfaat untuk jangka panjang dan membuat pernikahan semakin langgeng.

Lantas apa saja penyebab hubungan renggang pada suami istri setelah memiliki anak dan bagaimana mengatasinya?

7 Penyebab Hubungan Renggang 

Ada banyak hal mengapa hubungan pernikahan bisa merenggang setelah memiliki anak. Menjadi orang tua sering kali membuat hubungan menjadi tegang, terlepas dari seperti apa hubungan suami istri sebelumnya.

Sebagian besar masalahnya adalah Parents lelah dan tidak punya banyak waktu untuk berdua dengan pasangan, seperti sebelum si kecil lahir. Ketika sudah punya anak, mungkin akan jauh lebih sulit untuk pergi keluar bersama dan menikmati hal-hal yang menyenangkan. Akhirnya, pasangan mungkin merasa ditinggalkan, dan Parents mungkin membenci karena menganggapnya sebagai kurangnya dukungan.

Jika Parents baru memiliki anak pertama, Anda mungkin merasa kesepian dan merasa sangat jauh dari kehidupan lama Anda.

Namun selain penyebab di atas, ada beberapa penyebab lain yang bisa membuat hubungan renggang.

1. Kelelahan Luar Biasa

hubungan renggang - poin 1

Lelah mengurus anak dan rumah memang kadang membuat hubungan renggang.

Saat anak lahir, semua orang memberi selamat. Namun sahabat yang benar-benar dekat dan sudah berpengalaman menjadi orang tua akan mengatakan apa adanya: “Selamat menjadi zombie!”, mengacu pada malam-malam kurang tidur, di mana Bunda harus begadang semalaman karena bayi sedikit-sedikit terbangun.

Menjadi ibu baru memang luar biasa melelahkan. Apa itu nasihat ‘tidurlah ketika bayi tidur?’, yang ada ketika bayi tidur kita harus membereskan rumah.

Di sela-sela mengurus anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga, seolah tidak ada lagi waktu untuk berduaan dan bermanja dengan suami. Lelah secara fisik maupun emosional akan berpengaruh besar kepada suasana hati. Bunda pun lebih sensitif, gampang tersinggung, dan emosi bisa meledak-ledak.

Ketika suami ingin berduaan saja, alih-alih mendekatkan hubungan, malah jadi banyak berantemnya. Emosi terhadap anak karena anak menangis terus, lapar terus, dan hal-hal lainnya, Bunda pun melampiaskannya pada suami.

Cara mengatasi hubungan renggang setelah punya anak:

  • Selalu luangkan waktu untuk beristirahat. Memang seolah hal yang mustahil dilakukan, tapi cobalah! Entah itu sekadar meditasi singkat 5-10 menit dengan mengambil napas dalam-dalam atau mandi lebih lama dari biasanya, berendam kalau perlu. Anda perlu waktu untuk menenangkan badan dan pikiran Anda.
  • Jika Anda belum juga mengetahuinya sampai sekarang, para pria itu tidak bisa baca pikiran! Tidak usah menunggunya untuk menawarkan bantuan, bicarakan dengan jelas apa yang Anda harapkan bisa ia kerjakan di rumah selama Anda mengurus bayi. Atau sebaliknya, Anda bisa mengerjakan pekerjaan rumah, sementara si kecil dijaga oleh suami. Anda juga bisa melakukan jadwal bergilir untuk begadang, dengan cara suami memberikan ASIP jika si kecil terbangun di malam hari sementara Anda tidur. Dengan cara ini, kekurangan tidur Anda bisa diminimalisir.

Artikel terkait: Hubungan Pernikahan Semakin Hari Semakin Hambar? Kenali Penyebab dan Tips Mengatasinya

2. Anda Penganut ‘Live Happily Ever After’

hubungan renggang - poin 2

Mengatasi hubungan renggang dalam pernikahan membutuhkan kerjasama dari suami dan istri.

Kehidupan nyata itu bukan dongeng di mana pangeran dan putri bertemu kemudian menikah lalu hidup bahagia selama-lamanya. Bunda mungkin berpikir kehidupan pernikahan akan baik-baik saja selama kalian berdua saling mencintai satu sama lain.

Lalu kemudian terjadilah hal-hal yang membuat tidak nyaman, dan Bunda pun langsung panik atau merasa dunia ini langsung runtuh. Padahal, kehidupan pernikahan membutuhkan kerja keras dari kalian berdua.

Awal kedekatan kalian berdua, atau fase bulan madu, memang menyenangkan, tapi semua itu tidak nyata. Hubungan akan berubah menjadi nyata setelah kalian berjuang bersama-sama. Cinta sejati tidak muncul dari pandangan pertama, melainkan dari percakapan-percakapan yang mendalam, kompromi, tanggung jawab, dan memperlihatkan diri Anda yang sebenarnya.

Jika Bunda merasa chemistry fase bulan madu itu sudah memudar dan sekarang rasanya kok semua serba susah, jangan lantas menyerah. Itu hanya akhir sebuah fase dan sesungguhnya Bunda dan suami memasuki fase baru, yaitu fase menjadi orang tua.

Lalu bagaimana menjaga romantisme pasangan di tengah hiruk pikuk menjadi orang tua baru?

  • Punya ‘we time’. Jadwalkan kencan berdua saja dengan suami, misalnya seminggu sekali. Cukup dengan menonton bioskop atau mengobrol di kafe. Titipkan anak di neneknya atau babysitter. Berdandanlah dan be excited seperti mau kencan pertama. Tidak usah merasa bersalah karena ini penting untuk menjaga kelanggengan kehidupan pernikahan Anda. Ingat, happy mom means happy family!
  • Bersikap baik. Seperti dibahas di atas, sangat wajar ketika kelelahan yang luar biasa membuat Anda lebih sensitif dan cepat marah. Hal ini bisa menimbulkan ketegangan di dalam rumah. Ingatlah selalu untuk menjaga emosi Anda dan selalu bertutur kata baik pada suami dan tidak melampiaskan frustasi Anda terhadap anak kepada suami.
  • Melakukan hal spontan sekali-kali. Menjadi ibu baru, Anda tidak harus selalu mengurung diri di dalam rumah kok. Sesekali secara spontan ajaklah suami keluar baik itu sekadar jalan-jalan keliling kompleks dengan membawa si kecil dengan stroller, atau mengejutkannya dengan memasakannya masakan favoritnya.
  • Bercinta. Meskipun berhubungan seks mungkin hal terakhir yang ada di pikiran Anda, cobalah untuk melakukannya secara rutin. Mungkin Bunda tidak terlalu bergairah pada awalnya, tapi ingatlah seks memiliki banyak manfaat seperti mengurangi stres, meningkatkan keintiman bahkan membuat tidur lebih nyenyak. Dengan melakukannya secara rutin, selain mencegah hubungan Bunda dan suami menjadi renggang, Bunda pun mendapat banyak manfaat kesehatan!

3. Merasa Tidak Lagi Mendapat Dukungan dari Pasangan

hubungan renggang

Setelah memiliki anak, segala keputusan yang Bunda dan pasangan buat haruslah memikirkan anak. Banyak hal yang pada akhirnya harus disepakati ulang, dikompromikan, atau dipikirkan lagi agar kehidupan rumah tangga berjalan baik, termasuk dalam hal keuangan, pekerjaan rumah, serta hal-hal pribadi. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan finansial semakin besar sejak kelahiran anak. Tentu saja masalah ini harus dipikirkan bersama. Terlepas apakah hanya suami yang mencari nafkah atau Anda berdua sama-sama bekerja, tanamkan dalam pikiran bahwa urusan keuangan haruslah ditanggung bersama. 

Suami tidak boleh merasa bahwa karena sudah mencari nafkah lalu melepaskan begitu saja urusan keuangan pada istri tanpa mau tahu apakah uangnya cukup atau tidak untuk kebutuhan keluarga. Istri yang bekerja pun tidak boleh menganggap harus menyaingi gaji suami, tetapi pikirkanlah bahwa semua dilakukan demi keluarga.

Satu-satunya cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan bersikap jujur dan mengatakan apapun yang Anda rasakan kepada pasangan. Anda juga harus mendengarkan apa yang dirasakan oleh pasangan.

4. Masih Merasakan Baby Blues 

Baby blues juga bisa menjadi penyebab hubungan renggang setelah melahirkan. Meskipun Bunda tidak benar-benar mengalaminya, setiap perempuan yang baru melahirkan 80 persen akan mengalami pergolakan emosi alias perubahan emosi yang naik turun. Kondisi ini ternyata bisa juga dialami oleh suami, meskipun gejalanya mungkin tidak akan terlihat jelas. 

Ketika Bunda dan suami sama-sama merasakan kecemasan dan perubahan emosi ini, komunikasi yang tidak baik bisa terjadi. Di antara perubahan emosi, kurang tidur, dan stres yang menyertai setelah persalinan, nggak heran kalau Bunda bisa membentak pasangan dan menempatkannya di prioritas lain setelah bayi. 

Gejala-gejala baby blues seharusnya bersifat sementara. Namun bila tidak membaik dalam waktu lama, segera bicarakan dengan dokter. Selain itu, Bunda bisa mencoba berkomunikasi dengan baik kepada suami, agar bisa sama-sama saling mengerti.

Artikel terkait: 9 Harapan istri yang bisa memicu pertengkaran dengan suami

5. Jarang Berhubungan Seks

Memang, setelah persalinan kondisi fisik Bunda masih memerlukan pemulihan. Mengambil waktu sejenak adalah hal yang wajar, sampai Bunda benar-benar siap untuk berhubungan seks lagi. Setelah melahirkan dan sibuk menyusui, Bunda mungkin tidak bergairah untuk melakukan seks, apalagi bila sudah lelah mengurus si kecil. Tapi perlu diingat, bila terlalu lama dan menjadi jarang berhubungan seks, keharmonisan dengan pasangan juga bisa berkurang. 

Seks bisa menjadi cara yang bagus untuk menyulutkan cinta dan gairah ke dalam diri. Kegiatan ini juga bisa memberi jeda dari kesibukan menjadi orang tua baru. Percaya atau tidak, seks akan membuat Parents lebih merasa bahagia dan meningkatkan perasaan.

“Salah satu cara bagi pasangan untuk kembali bergairah adalah dengan sengaja menjadikan hubungan romantis sebagai prioritas,” kata Lana Banegas, LMFT, terapis pernikahan dan keluarga yang berpraktik di The Marriage Point di Marietta, Georgia dikutip dari Healthline.

Sedangkan Fran Walfish, PsyD, psikoterapis keluarga dan hubungan sekaligus penulis “The Self-Aware Parent,” memperingatkan bahwa “Penurunan seks, pemanasan, dan hubungan seksual sering menjadi penyebab komunikasi terhambat di antara pasangan.”

Karena itu, dia mendorong pasangan suami istri untuk meluangkan waktu berhubungan seks dan menemukan cara untuk melakukannya ketika anak mereka di rumah, seperti saat tidur siang.

Menjadi orang tua memang kadang bisa membuat hubungan renggang. Segala sesuatu menjadi sulit dan tegang di antara Anda berdua, tetapi bukan berarti tidak ada jalan keluarnya. 

Ingat lagi apa yang menjadi komitmen Anda berdua ketika dulu memutuskan menikah dan membangun keluarga. Semoga hubungan renggang dengan pasangan bisa kembali harmonis.

6. Kurangnya Me Time

Mengapa kurangnya me time juga bisa membuat hubungan renggang? Di saat kelelahan dan tidak memiliki waktu sendiri, Bunda dan pasangan akan sulit merasa nyaman satu sama lain. Karena bila dengan diri sendiri saja tidak merasa bahagia dan nyaman, Anda akan sulit untuk merasa bahagia dan nyaman dengan orang lain. Itulah mengapa kurangnya waktu me time juga bisa memengaruhi hubungan Bunda dan suami.

Tracy K. Ross, LCSW, Terapis Pasangan dan Keluarga di Redesigning Relationships in New York City mengatakan penting untuk saling meluangkan waktu sendiri untuk menjaga diri sendiri dan membantu memberikannya kepada satu sama lain.

“Tidak apa-apa jika Anda menginginkan waktu untuk diri sendiri, pergi ke gym atau bertemu teman atau hanya untuk merapikan kuku Anda. Orang tua baru harus menambahkan kategori ke percakapan: ‘Bagaimana kita akan memiliki perawatan diri? Bagaimana kita masing-masing akan menjaga diri kita sendiri?,” kata Ross.

Istirahat yang cukup dan luangkan waktu kembali menjadi diri sendiri, sangat berpengaruh dalam hubungan Bunda dan suami.

7. Gaya Pengasuhan yang Berbeda dapat Membuat Stres

Bunda mungkin menemukan bahwa Anda dan pasangan memiliki pengasuhan yang berbeda. Sebenarnya tidak apa-apa, asalkan Bunda dapat berbicara tentang hal-hal yang tidak Bunda sukai. Bila ketidakcocokan dalam mengurus buah hati sudah berbeda, bukan tidak mungkin akan menjadi pertengkaran yang membuat hubungan renggang.

Buatlah win-win solution agar Bunda dan suami dapat bekerja sama sebagai tim. Apakah itu membuat kompromi pada masalah tertentu, mengikuti pengasuhan salah satunya, atau apapun keputusannya, sebaiknya komunikasikan dengan baik. Bila ketidakcocokan ini bisa diatasi dengan baik, hubungan pun tidak akan meregang.

Usahakan Meluangkan Waktu untuk Mendengarkan Pasangan

Dari semua penyebab di atas, salah satu cara untuk memiliki hubungan yang sehat adalah dengan mendengarkan pasangan. Sedekat apapun Bunda dan pasangan sebelum bayi lahir, pasangan tidak bisa membaca pikiran Bunda. Kehidupan Bunda dan suami sudah berubah, dan harus membicarakannya.

Bunda dan pasangan perlu saling memberi tahu apa yang diinginkan dan apa yang mengganggu jika Anda kesal, marah, atau sedih. Jujurlah tentang apa yang Bunda butuhkan: apakah butuh pelukan atau hanya ingin dimengerti?

Mintalah orang tua  atau saudara untuk mengasuh anak agar Bunda bisa memiliki waktu bersama, meskipun hanya untuk jalan-jalan di taman sebentar saja. Berbagi pekerjaan rumah tangga sehingga Anda dapat memiliki lebih banyak waktu yang lebih seimbang dan punya we time.

Tak kalah penting, membuat aturan untuk sama sama mengasuh si kecil. Bagaimanapun, mengasuh si kecil perlu dilakukan oleh kedua orang tuanya, bukan hanya salah satunya saja. 

Penting juga untuk membicarakan bagaimana Bunda ingin membesarkan anak-anak. Bunda mungkin akan menemukan ketidakcocokan tentang pengasuhan ini, jadi sebaiknya bicarakan dengan baik bagaimana akan mengasuh si kecil. 

Sering Ngobrol dan Terbuka dengan Pasangan

Berkomunikasi adalah salah satu bagian terpenting dari hubungan apapun, terlebih ketika sudah memiliki anak. Berkomunikasi di sini tidak selalu untuk berargumen atau mencari solusi. Tapi untuk sekadar bercerita keluh kesah, atau hal-hal menyenangkan pun perlu sering dilakukan dengan pasangan.

Pada akhirnya, berkomunikasi alias ‘ngobrol’ ini akan menghubungkan kembali chemistry Anda dan pasangan, sehingga merasa dekat dan saling memahami satu sama lain. Ngobrol juga bisa memberi Bunda kesempatan untuk mengungkapkan atau mencari tahu tentang apa pun yang dirasa sulit atau dikhawatirkan. Dan akhirnya memberi kesempatan untuk saling mendengar. 

Jika Bunda merasa tidak punya waktu, berusahalah sekuat tenaga untuk meluangkannya. Mungkin dengan menyisihkan setengah jam di penghujung hari untuk mengobrol di tempat tidur atau pillow talk. Atau ketika sarapan bersama, saat jalan-jalan di taman. Di mana saja Bunda benar-benar dapat menyelesaikan percakapan yang tepat.

Sangat penting bagi Bunda untuk bisa berkomunikasi secara terbuka tentang masalah apapun yang dialami, sehingga Bunda dapat mengatasinya bersama-sama. Suami mungkin merasa Bunda tidak mendukungnya dengan cara tertentu. Atau Bunda mungkin tidak bekerja sama dalam kesulitan suami sehingga ada jarak di antara Anda. Atau mungkin Bunda tidak tahu apa yang salah.

Mampu mengatakan hal-hal ini secara langsung satu sama lain – dan bekerja sama untuk mengatasinya – akan sangat penting ketika Bunda ingin pernikahan menjadi lebih baik, harmonis, dan langgeng.

Artikel terkait: 5 Kesalahan Dalam Pernikahan yang Paling Sering Dilakukan Pasutri

Kapan Pasangan Membutuhkan Bantuan?

Jika Bunda merasa hubungan pernikahan sudah sulit untuk diatasi, tidak perlu takut untuk meminta bantuan dari tenaga profesional seperti psikolog atau konselor pernikahan dan keluarga. 

Mungkin ada hal-hal tertentu yang Anda tidak tahan setelah melakukan cara tertentu dan membicarakannya, tetapi fokuslah untuk melepaskan hal-hal yang dapat Anda tahan. Ketika orang tua lainnya aktif, itu adalah waktu mengasuh anak mereka.

***

Artikel sudah diupdate oleh: Fadhila Afifah

 

Baca juga:

Ernest Prakasa: "Pengantin baru tak perlu buru-buru punya anak"

10 Tips Atasi Kebosanan dalam Hubungan, Biar Makin Langgeng

Pentingnya Jaga Hubungan Intim dalam Pernikahan, Sudahkah Parents Jalankan?

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.