Hernia atau turun berok adalah benjolan yang terjadi ketika organ dalam tubuh mendorong dan mencuat melalui sebuah titik lemah pada jaringan pembungkus otot yang disebut fasia. Sebagian besar terjadi di dalam rongga perut, yakni antara dada dan pinggul.
Tergantung pada lokasi dan penyebab terjadinya, ada banyak tipe hernia. Namun, ada 5 tipe yang paling umum ditemukan:
- Inguinalis, di mana jaringan lemak atau bagian usus menonjol melalui kanalis inguinalis di area selangkangan. Pada pria, kanal ini—yang merupakan rongga serupa pipa—dilalui saraf, pembuluh darah, dan saluran sperma menuju testis (buah zakar). Sedangkan pada wanita, di dalamnya terdapat ligamen rotundum yang berfungsi menyokong rahim. Ini adalah hernia yang paling sering ditemukan (96 persen) dan terutama terjadi pada pria.
- Insisional, di mana usus menekan dinding perut pada area yang sebelumnya dioperasi. Tipe ini paling sering dialami oleh individu lanjut usia atau dengan berat badan berlebih pascaoperasi perut.
- Femoralis, yang terjadi ketika jaringan lemak atau bagian usus menonjol ke selangkangan di bagian atas paha bagian dalam. Hernia tipe ini lebih jarang terjadi ketimbang hernia inguinalis dan utamanya dialami oleh wanita hamil atau obes.
- Umbilikalis, yang banyak terjadi pada bayi baru lahir. Pada tipe ini, jaringan lemak atau bagian usus menekan dinding perut di area sekitar pusar. Hernia umbilikalis juga dapat dialami oleh wanita obes atau yang memiliki banyak anak.
- Hiatal, di mana sebagian lambung menekan ke arah rongga dada melalui lubang pada diafragma—otot yang memisahkan rongga dada dengan perut—yang dilalui kerongkongan.
Artikel Terkait: Hernia pada bayi, apa yang harus dilakukan jika anak mengalaminya?
Gejala yang Perlu Diwaspadi
Hernia pada bagian perut atau selangkangan umumnya tampak sebagai benjolan yang dapat menghilang saat berbaring atau didorong masuk kembali.
Segala aktivitas yang meningkatkan tekanan di dalam rongga perut seperti tertawa, menangis, batuk, mengejan saat buang air besar, atau aktivitias fisik lain, dapat membuat benjolan muncul kembali setelah didorong masuk.
Gejala lain dari hernia, yakni:
- Bengkak atau benjolan pada selangkangan atau skrotum (kantong buah.
- Nyeri pada lokasi benjolan.
- Nyeri saat mengangkat suatu benda.
- Meningkatnya ukuran benjolan dari waktu ke waktu.
- Sensasi nyeri tumpul.
- Perut terasa penuh/cepat kenyang atau munculnya tanda-tanda sumbatan usus (mual, muntah, konstipasi, perut bergas namun tidak bisa buang angin)
Pada hernia hiatal, tidak ada benjolan yang tampak di luar tubuh. Gejala berupa mulas, gangguan pencernaan, sulit menelan, sering regurgitasi—makanan yang telah masuk ke lambung kembali ke kerongkongan—dan nyeri dada.
13 Penyebab Terjadinya Turun Berok
Hernia terjadi akibat kelemahan dan tegangan pada otot. Tergantung penyebabnya, hernia dapat berkembang dengan cepat atau perlahan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Beberapa penyebab kelemahan atau tegangan otot yang dapat memicu hernia, mencakup:
1. Kelainan bawaan lahir akibat gangguan perkembangan dalam rahim
2. Bertambahnya usia atau penuaan
3. Kerusakan akibat cedera atau operasi
4. Batuk kronik atau mengalami penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
5. Aktivitas fisik yang berat atau mengangkat benda berat
6. Kehamilan, khususnya hamil kembar
7. Konstipasi, sehingga sering mengejan saat buang air besar
8. Berat badan berlebih atau obes
9. Adanya penumpukan cairan pada perut (asites)
Selain hal-hal di atas, ada pula beberapa faktor yang meningkatkan risiko individu mengalaminya, yakni:
10. Riwayat keluarga dengan hernia
11. Mengalami fibrosis kistik
12. Merokok, menyebabkan melemahnya jaringan ikat/penyokong
13. Lahir prematur atau berat badan lahir rendah
Diagnosis yang Bisa Dilakukan
Untuk mendiagnosis hernia, dokter akan melakukan wawancara mendalam dan pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa benjolan pada perut atau selangkangan, yang membesar ketika seseorang berdiri, batuk, atau mengejan.
Pemeriksaan radiologi seperti ultrasonografi (USG), CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) pada area perut mungkin direkomendasikan untuk mendiagnosis hernia.
Khusus untuk hernia hiatal, diperlukan pemeriksaan berikut untuk menilai bagian dalam lambung:
- Gastrografin atau rontgen barium. Ini merupakan pemeriksaan rontgen serial pada saluran cerna. Gambar-gambar direkam setelah seseorang selesai meminum cairan yang mengandung diatrizoate meglumine dan diatrizoate sodium (Gastrografin), atau larutan barium.
- Endoskopi. Pada pemeriksaan ini, selang berkamera di masukkan ke dalam mulut, menuju kerongkongan dan lambung.
Artikel Terkait: Hernia pada Ibu Hamil Rentan Dialami, Ini Tandanya yang Berisiko!
Cara Mengobati
Hernia tidak dapat menghilang dengan sendirinya. Sering kali, pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk mengobatinya.
Pada bayi atau anak dengan hernia umbilikalis, operasi biasanya dianjurkan bila hernia berukuran besar atau belum menutup spontan pada usia 4-5 tahun. Sedangkan orang dewasa dengan hernia umbilikalis dianjurkan untuk operasi karena kondisi ini tidak akan membaik dengan sendirinya dan lebih berisiko mengalami komplikasi.
Untuk tipe lain, salah satu dari tiga jenis pembedahan berikut dapat dilakukan:
- Bedah terbuka. Sayatan pada kulit dibuat di area tubuh yang terdapat hernia dan umumnya besar. Jaringan yang menonjol didorong kembali ke tempatnya dan dinding otot perut yang melemah dijahit. Kadang-kadang, ditanamkan jaring (mesh) untuk memberikan sokongan ekstra.
- Bedah laparoskopik. Pembedahan melibatkan alat bedah khusus dan kamera. Sayatan sangat kecil (<1 cm), agar alat bedah dapat dimasukkan untuk melakukan pembedahan melalui kamera.
- Bedah robotik. Seperti bedah laparoskopik, hanya diperlukan sayatan kecil pada kulit. Pada pembedahan ini, operator tidak ‘langsung’ melakukan prosedur pada pasien, melainkan duduk di dalam sebuah konsol di ruang operasi. Pembedahan dilakukan melalui konsol ini.
Setiap jenis pembedahan memiliki untung ruginya masing-masing. Yang mana yang terbaik ditentukan oleh dokter yang memeriksa dan menentukan tindakan.
Komplikasi yang Bisa Muncul
Seiring dengan waktu, benjolan akibat hernia dapat semakin membesar, semakin nyeri, dan menimbulkan komplikasi. Komplikasi berikut paling sering terjadi pada hernia inguinalis atau femoralis yang tidak segera ditangani:
- Sumbatan (inkarserasi), di mana sebagian usus ‘terjebak’ pada kanalis inguinalis dan menyebabkan mual, muntah, nyeri perut, serta nyeri pada benjolan yang timbul. Benjolan pada hernia yang mengalami inkarserasi tidak dapat didorong atau dimasukkan kembali.
- Strangulasi, di mana sebagian usus ‘terjebak’ dan aliran darahnya terjepit. Pada kasus ini, diperlukan pembedahan darurat (dalam beberapa jam setelah kejadian) untuk mencegah kematian jaringan.
Cara Mencegah Hernia
Faktanya, penyakit ini dapat kambuh meskipun sudah ditangani melalui pembedahan. Ini kadang terjadi akibat kelemahan jaringan yang bersifat permanen atau proses penyembuhan yang lambat. Kebiasaan merokok dan obesitas juga menjadi faktor risiko utama kekambuhan hernia.
Oleh sebab itu, individu sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut untuk mencegahnya:
- Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang dan rutin berolahraga.
- Cukup minum dan mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian untuk mencegah konstipasi.
- Memerhatikan posisi tubuh saat mengangkat beban atau benda-benda berat. Hindari mengangkat beban di luar kemampuan.
- Segera kunjungi dokter bila mengalami batuk atau bersin yang tak kunjung sembuh.
- Hindari merokok, karena dapat menyebabkan batuk yang memicu hernia.
Semoga informasti terkait penyakit hernia ini bisa bermanfaat.
Baca juga :
Jangan Abai! Pengentalan Darah Berisiko Sebabkan Serangan Jantung, Ini Gejalanya
Penyebab dan Gejala Eritema Multiformis, Infeksi Kulit yang Berisiko Terjadinya Komplikasi
6 Faktor Risiko Seseorang Alami Penumpukan Protein Abnormal, Berakibat Fatal!