Supermom bukan lah Happy Mom, benarkah? Selama ini mungkin kebanyakan para Ibu di luar sana sungguh berharap bisa menjadi Supermom yang bisa mengerjakan semuanya seperti layaknya Superhero. Urusan rumah, suami, anak semua selalu beres. Belum lagi untuk para ibu yang bekerja ya juga memiliki karir cemerlang di kantor. Padahal, dalam hal menjadi ibu, yang terpentinig adalah menjadi happy mom bukan supermom.
Semua ibu pasti berusaha menjadi sosok terbaik bagi anaknya. Bagi ibu bekerja, Anda juga pasti ingin memastikan pekerjaan dan kehidupan sosial Anda berjalan sempurna, tanpa mengganggu profesi utama Anda sebagai ibu. Sah-sah saja jika Anda berusaha menjadi ibu terbaik, tetapi apakah dengan menjadi Supermom lantas Anda juga merasa kebahagiaan yang sepadan? Atau justru malah menjadi tertekan dan tidak bahagia.
Seperti yang diceritakan salah satu influencer Instagram @mamamolilo yang sering membahas mengenai gaya hidup dan dunia parenting. Ia bercerita lewat akun Instagram pribadinya mengenai pengalaman dan opininya yang alih-alih menjadi Supermom, ia lebih memilih untuk menjadi Happy Mom.
Bagaimana kisah selengkapnya? Yuk simak bersama di bawah ini.
Artikel Terkait: Keren! Ini 10 Kelebihan dari Sosok Single Parent Menurut Psikolog
1. Pilihan jadi Happy Mom Bukan Supermom, Berawal dari Cerita Teman
Pemilik akun Instagram @mamamolilo dengan panggilan Ibuk Okke ini menceritakan awal mulanya saat ia belum menikah ia mendengarkan kisah dari seorang laki-laki yang menjelaskan bagaimana peranan sang istri di rumah yang mandiri dan jago dalam mengatur urusan rumah tangga. Pria ini juga sangat membanggakan istrinya yang tangguh dan tak banyak mengeluh dengan peranannya itu.
“Duluu, saat gue masih single, gue pernah dengar seorang laki-laki yang berusaha untuk menjelaskan how to be a wife/mother. Sebenernya waktu itu gue ga gitu nyimak sih, karena konteksnya kami (dan banyak teman-teman lain) sedang makan siang di resto. Rada rame dan berisik,” tulis akun mamamolilo.
“Definisi dia, tentu selaras dengan definisi dalam masyarakat. Menariknya, dia kemudian mencontohkan istrinya, yang mandiri, piawai di urusan rumah tangga, mau pun pekerjaan (istrinya perempuan bekerja). Dia bilang istrinya hebat, tangguh, mandiri dan ga banyak ngeluh. Katanya, dia di rumah seringnya terima beres,” tambahnya.
2. Berusaha Menjadi Supermom, Espektasi yang Tak Realistis
Lalu setelah menikah dan memiliki anak, Ibuk Okke pun menjalani kehidupan sebagai istri dan ibu yang sesuai dengan tuntutan masyarakat kebanyakan, yaitu menjadi semua serba sempurna ala Supermom. Semua ia lakukan sesuai dengan idealisme dan keperfeksionisannya.
“Begitu beneran nikah & punya anak, gue belum terlalu aware bahwa tuntutan tersebut nggak realistis. Alih-alih menolak, gue yang emang udah idealis dan perfeksionis, malah semakin menjadi. Gue pengin menjalani semua peran gue dan melakukannya dengan sempurna, sendirian. Berasa supermom dah. Padahal, partner gw ga nuntut gitu, lingkungan gue tipe santuy,” ungkap Ibuk Okke.
Artikel terkait: Pesan Seorang Suami Agar Semua Ayah Menghargai Peran Istri Sebagai Ibu
3. Menjadi Supermom bisa Membuat Ibu Tidak Bahagia
Ibuk Okke pun mengaku bahwa setelah ia hidup dengan standar yang semua harus serba sempurna sesuai dengan ia harapkan dan ia jalani secara sendirian, ia pun merasa menjadi tidak bahagia di tahun pertama ia memiliki anak.
“Sampai kemudian, gue menjadi sosok yang selalu unhappy di tahun pertama punya anak. Gue putuskanlah ke psikolog. Gue dapat insight bahwa, jadi ibu ga usah ngoyo pengin sempurna. Ga mungkinlah seorang perempuan sanggup menjalani semua perannya, domestik & non domestik, sendirian, tanpa peran pasangan dan support system. Kalau pun sanggup, entahlah kondisi mentalnya seperti apa,” tukas Ibuk Okke.
4. Ingin Menjadi Happy Mom bukan Supermom
Setelah ia memutuskan untuk ke spikolog dan membenahi sikapnya, ibu satu anak yang akrab disapa Mamamoo ini pun akhirnya mulai untuk mensyukuri segala ketidaksempurnaannya sebagai ibu. Alih-alih menjadi Supermom, ia lebih ingin menjadi ibu yang sehat dan bahagia.
“Sejak saat itu, sedikit demi sedikit, gue menjalani peran gue sambil merayakan ketidaksempurnaan gue sebagai ibu. Gue menolak label supermom. No way. Gue mau jadi healthy and happy mom aja lah. Lebih enak,” ungkapnya.
Artikel terkait: 10 Pengingat Penting Betapa Hebatnya Peran Ibu untuk Anak dan Keluarga
5. Pesan untuk Para Ibu Hebat di Luar Sana
Terakhir, Ibuk Okke pun berpesan agar tak apa-apa jika menjadi Ibu yang tidak sempurna. Karena keluarga pun lebih butuh Ibu yang bahagia dan memiliki keterikatan dan koneksi yang baik dengan para anggota keluarga.
“Untuk ibu-ibu yang merasa ada tekanan dari diri sendiri untuk menjadi ibu sempurna, ternyata kita nggak perlu sempurna. Keluarga membutuhkan kita yg happy dan mampu connecting dengan mereka. Untuk ibu-ibu yang ditekan lingkungan agar sempurna, peluk erat, minta bantuan kalau tidak sanggup, jeda diri sebisa mungkin,” tutupnya.
Demikian kisah seorang Ibu yang memilih untuk menjadi happy mom dibanding Supermom yang menuntunnya menjadi Ibu yang bahagia dan kewarasannya tetap terjaga. Sudahkah Anda menjadi happy mom?
Baca juga:
Aku Percaya, Perempuan Bisa Menjadi Sosok Ibu Kuat dan Hebat
Menjadi Anak Kecil Kembali, Membuatku Lebih Ringan Jalani Peran Sebagai Ibu
Ayah, ini lho pentingnya peran suami agar kehamilan Bunda sehat
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.