Selama pandemi COVID-19, para siswa dan guru di rumahkan untuk mengikuti pembelajaran secara online. Faktanya, tidak sedikit murid sekolah di beberapa daerah tidak bisa menikmati kemewahan teknologi untuk memulai pelajaran. Baik akses internet termasuk memiliki smartphone. Sadar akan keterbatasan ini,di Madura, Jawa Timur, seorang guru mengajar dari rumah ke rumah selama kurang lebih 1 bulan.
Kisah guru mengajar berkeliling selama pandemi
Kebijakan belajar di rumah dibuat lantaran pemerintah tak ingin Virus Corona semakin menyebar, tak terkecuali di sekolah.
Namun menjalankan peraturan ini tentu saja memiliki beragam tantangan. Khususnya bagi masyarakat di wilayah terpencil. Tidak sedikit masyarakat yang belum memiliki akses dan menikmati fasilitas menggunakan teknologi pembelajaran yang kekinian secara online.
Tak ingin kondisi tersebut menjadi penghalang, seorang guru rela mengajar dengan cara berkeliling dari rumah ke rumah agar para muridnya tidak tertinggal pelajaran. Adalah Avan Faturrahman, sosok guru yang berusia 39 tahun ini menjalankan metode ini.
Ia merupakan salah seorang guru di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Avan sendiri merupakan salah satu guru di SD Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Kisahnya ini banyak diperbincangkan di media sosial. Semangatnya dalam mengajar banyak menuai pujian dan dukungan dari masyarakat.
Artikel Terkait : Tidak menerapkan lockdown, ini 7 kebijakan pemerintah mencegah penyebaran Corona di Indoensia
Berkunjung dari rumah ke rumah
“Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu. Tapi tentang imbauan Mas Mentri, agar bekerja dari rumah. Ini jelas tidak bisa saya lakukan, karena murid saya tidak punya sarana untuk belajar dari rumah. Mereka tidak punya smartphone, juga tidak punya laptop. Jikapun misalnya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid,” ungkap Avan dalam unggahan di akun Facebook miliknya.
Ia pun bercerita bahwa ada orangtua siswa yang akan meminjam uang demi bisa membeli smartphone. Mengetahui hal tersebut, dirinya tak ingin memberatkan para wali murid sehingga ia pun memutuskan untuk mengajar dari rumah ke rumah.
“Saya bilang, bahwa sayalah yang akan berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk mengajari,” tuturnya kembali.
Menempuh jarak 20 kilometer
Dengan sepeda motor dan dana pribadinya, sejak awal Maret 2020 Avan keliling mengajar siswa kelas IV, V, dan VI. Jarak yang begitu jauh berkisar 20 kilometer tidak menyurutkan niatnya dalam memberikan edukasi pada muridnya. Setiap hari, ia harus melakukan perjalan dari rumahnya di Dusun Toros, Desa Babbalan, Kecamatan Batuan, ke rumah murid-muridnya.
Sebetulnya, dirinya sendiri bertanggung jawab untuk siswa kelas VI. Namun, ia turut mengajar kelas V dan IV karena lokasi rumah yang cukup berdekatan. Kegiatannya ini dilakukannya mulai dari pagi hingga siang hari, selama tiga kali dalam satu minggu.
”Karena sekolah saya terbilang di pelosok, jumlah murid kelas VI-nya sendiri 5 orang, sedikit. Kelas V itu 4 (siswa), kelas III ada 3 (siswa). Kalau siswanya (dari kelas I-VI) nggak sampai 20,” tuturnya.
Walau memiliki kendaraan pribadi, nyatanya tidak semua rumah siswa bisa dijangkau oleh kendaraan bermotor. Tak jarang, Avan berjalan kaki menuju rumah siswa karena kondisi akses jalanan yang belum memadai.
Kedatangannya ini pun tidak dijadwalkan pada hari-hari tertentu. Hal ini menurutnya merupakan salah satu strategi agar siswa tidak keluyuran bermain dan tetap di rumah.
Memastikan murid mendapatkan materi yang cukup
Avan dan guru-guru lain hanya tak ingin kondisi pandemi menghalangi muridnya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Ia pun tak ingin tugasnya sebagai guru terbengkalai.
Bersama guru lain, ia berkewajiban memastikan proses belajar mengajar tetap berlangsung. Laporan mengenai kegiatan belajar di rumah pun harus disampaikan.
Di sisi lain, Avan tak hanya berusaha untuk mengajarkan ilmu yang bersifat akademis semata. Rupanya, dirinya juga menyampaikan berbagai hal lain yang sifatnya kontekstual. Ia mendidik murid-murid dalam hal etika seperti membantu orangtua, persoalan sanitasi dalam menjaga kesehatan khususnya saat COVID-19, hingga mengingatkan untuk beribadah.
Artikel Terkait : Jadwal mudik lebaran 2020 akan diganti, ini kebijakan pemerintah untuk masyarakat
Menyosialisasikan mengenai COVID-19
Daerah tempat tinggalnya sendiri sebetulnya masih terkategori zona hijau. Walau begitu, ia ingin mendidik murid-murid agar tetap waspada namun tidak panik akan wabah. Ia pun memilih untuk memperkenalkan mengenai wabah dan cara pencegahannya.
“Saya memperkenalkan soal COVID-19 ini supaya mereka tidak panik. Mungkin mereka belum paham jadi saya berikan gambaran mengenai virus ini tapi tidak detail. Yang penting mereka tahu gambarannya dan bagaimana pencegahannya. Cuci tangan yang baik, jaga kesehatan, jaga jarak,” tuturnya.
Apa yang telah dilakukan Avan tentu bisa memperlihatkan dirinya bisa menjalankan tanggung jawab sebagai pengajar. Dengan segala keterbatasan, dirinya tetap berusaha untuk memberikan pendidikan untuk anak didiknya.
Baca Juga :
3 Bayi PDP Covid-19 di Yogyakarta dan Pekalongan meninggal dunia, begini kronologisnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.