Bagaimana reaksi Parents jika melihat guru marah pada anak Anda?
Bekerja sebagai guru, bisa dibilang menjadi salah satu pekerjaan tersulit di dunia karena memerlukan tanggung jawab lebih besar.
Salah satu hal yang membuat terasa lebih sulit lagi adalah ketika ada orangtua yang mengangap bahwa mereka bisa membersarkan anak sendiri, tanpa perlu pertolongan guru. Atau, tidak sedikit orangtua yang sulit menerima saat anak didik oleh guru dengan cara berbeda.
Oleh karena itu, tak mengherankan jika para pakar psikolog selalu mengingatkan ketika memilih sekolah anak, orangtua perlu menyamakan visi dan misi dengan sekolah.
Kisah yang dialami seorang ibu di Singapura yang bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda ketika mengetahui putrinya mendapat teguran keras dari gurunya.
Tidak bisa dipungkiri, sebagai ibu, saat melihat guru marah pada anaknya, tentu akan ikut merasa terluka. Tapi saat guru marah pada anak, orangtua pun perlu memahami lebih dulu dengan mengetahui duduk persoalan, termasuk tahu penyebab guru marah.
Pada awal Desember ini, seorang ibu baru saja mengunggah sebuah kisah mengharukan. Cerita yang menggambarkan apa yang terjadi antara anak dan gurunya di sekolah.
Cerita ini ia unggah di Childrencare in Singapore, sebuah grup Facebook yang ditujukan berbagi pengalaman yang terkait dengan pusat penitipan anak.
Seorang ibu – Jacklyn Kong – baru-baru ini mengunggah pengalamannya. Ia menceritakan bahwa, ia sempat melihat anaknya dimarahi sang guru.
Tetapi alih-alih merasa emosi, tidak terima guru marah pada anaknya, Jacklyn justru menjelaskan mengapa dia sepenuhnya mendukung tindakan guru tersebut.
Kisah ini dimulai saat Jacklyn menemani kedua putrinya ke daycare anak yang baru. Suatu hari, ia melihat putrinya menangis. Tak mau ikut campur, ia pun hanya memerhatikan dari sudut ruangan. Tak lama kemudian, sang guru pun menyadari kehadirannya, dan Jacklyn memasuki kelasnya.
Sang guru kemudian mulai menjelaskan alasan dirinya bersikap tegas pada anaknya. Rupanya, putri Jacklyn telah meludahi salah satu teman sekelasnya, padahal temannya sedang mencoba menghibur putrinya.
Mendengar penjelasan tersebut, Jacklyn pun bisa memahami tindakan sang guru. Ia bahkan mendukung keputusan tersebut. Dia mengatakan, jika anaknya salah, guru memang tidak perlu meminta maaf karena mendisiplinkan anaknya. Setelah mendengar ini, sang guru justru menangis, seakan menggambarkan bahwa dirinya pun merasa lega.
Saat menuliskan kisah guru marah pada anaknya, Jacklyn pun mengajukan sebuah pertanyaan:
“Sebagai orangtua, apa yang telah kita lakukan sehingga guru harus takut untuk melakukan pekerjaan mereka?”
Membesarkan anak sebenarnya merupakan tanggung jawab setiap orang. Tidak hanya orangtua dan lingkungan rumah, tapi termasuk lingkungan sekolah, khususnya guru.
Sudut pandang Jacklyn ini mungkin dipengaruhi oleh fakta bahwa dia juga merupakan seorang guru sekolah.
Dia menjelaskan bahwa dia juga sering bertemu dengan orangtua yang hanya berpikir bahwa tugas guru hanya sebatas mengajar – namun, menyalahkan guru jika anak itu nakal di rumah.
Itulah mengapa dia menyoroti pentingnya kerjasama antara orangtua dan guru dalam membesarkan anak.
Dia kemudian menyimpulkan bahwa orangtua yang benar-benar mencintai anak-anak mereka seharusnya tidak menghentikan guru ikut terlibat mengasuhnya. Memberikan pelajaran dan ikut mendisiplinkan anak sehingga mereka bisa tumbuh dengan cara yang lebih baik.
Jacklyn pun menambahkan, bahwa guru seharusnya tidak perlu khawatir dan takut mendisiplinkan anak-anak sehingga mereka tumbuh berperilaku lebih baik. Dia juga mengatakan bahwa orangtua perlu mendukung guru yang mendedikasikan hidup mereka membantu mendidik anak-anak.
Inilah pos lengkapnya di Facebook :
Jika mengalami hal serupa, apa yang akan Parents lakukan?
Baca juga:
Memperingati Hari Guru, Menteri Agama imbau para guru cegah paham radikalisme
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.