Pernah mendengar istilah genophobia? Kondisi ini merupakan sebuah kondisi di mana seseorang merasa takut berhubungan badan atau enggan melakukan keintiman dengan melakukan hubungan seksual.
Parahnya, ini bukan sekadar enggan atau berkurangnya gairah seksual sehingga kehilangan minat untuk melakukan hubungan seksual. Namun, lebih pada kondisi yang dapat menyebabkan ketakutan atau kepanikan yang hebat ketika ingin memulai keintiman seksual.
Bagi sebagian orang, bahkan saat baru memikirkan atau membayangkan hubungan intim, rasa ketakutan sudah bisa muncul.
Setidaknya hal inilah yang tengah dirasakan pasangan pengantin baru Arya dan Rani. Sebagai suami, Arya merasa bingung karena kesulitan untuk mengajak sang istri melakukan hubungan intim. Menurutnya, Rani selalu memperlihatkan kalau dirinya takut takut berhubungan badan.
“Dari bahasa tubuhnya, seakan-akan saya hendak menyakitinya. Padahal kan tidak demikian,” ujar Arya.
Arya menambahkan, sebelum menikah ia memang tidak melewati masa pacaran lebih dulu sehingga dirinya tidak mengetahui latar belakang yang menyebabkan istrinya memiliki fobia terkait dengan berhubungan intim.
Dikutip dari laman healthline.com, ada beberapa jenis fobia lain yang terkait dengan genofobia yang mungkin akan terjadi terjadi pada saat bersamaan. Apa saja?
- Nosophobia: takut terkena penyakit atau virus
- Gymnophobia: takut akan ketelanjangan (melihat orang lain telanjang, terlihat telanjang, atau keduanya)
- Heterophobia: takut lawan jenis
- Coitophobia: takut berhubungan intim
- Haphephobia: takut disentuh serta menyentuh orang lain
- Tocophobia: takut hamil atau melahirkan
Terkait dengan beberapa fobia di atas, seseorang mungkin juga memiliki ketakutan atau kecemasan umum tentang kedekatan secara emosional dengan orang lain. Ini kemudian dapat diterjemahkan menjadi ketakutan akan keintiman seksual.
Artikel Pilihan Editor : Sexless Marriage bisa Berujung Perceraian, Apa yang Harus Dilakukan?
Apa Saja Gejala Genophobia ?
Perlu dipahami bahwa fobia akan melibatkan reaksi yang lebih nyata daripada tidak suka atau takut pada sesuatu. Menurut definisi, fobia melibatkan ketakutan atau kecemasan yang intens. Mereka menyebabkan reaksi fisik dan psikologis yang biasanya mengganggu fungsi normal.
Reaksi ketakutan ini dipicu oleh peristiwa atau situasi yang ditakuti seseorang. Tak hanya memunculkan perasaan takut, seseorang yang mengalami genofobia juga akan merasa cemas, dan panik segera saat terpapar pada sumber fobia atau bahkan pikiran sumbernya. Dalam hal ini tentu saja terkait dengan hubungan seksual.
Bahkan, jika rasa takut tidak bisa dikontrol bisa menyebabkan mual, pusing, sulit bernapas, jantung berdebar, atau berkeringat saat terkena pemicunya.
Penyebab seseorang takut berhubungan badan atau Genophobia
Ada banyak alasan mengapa seseorang bisa mengalami rasa takut untuk berhubungan intim atau genofobia, baik masalah fisik atau emosional.
Dalam hal ini Wakil Dekan Psikologi Universitas Pancasila, Putri Langka, M. Psi, menerangkan bahwa kecemasan bahkan rasa ketakukan untuk melakukan hubungan seksual atau genophobia memang bisa terjadi. Bahkan bisa dialami oleh siapa pun juga, baik perempuan dan laki-laki.
Namun, kondisi ini tentu saja tidak datang begitu saja tanpa ada alasan di baliknya.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bisa mengalami kecemasan bahkan takut untuk melakukan hubungan seksual.
1. Genophobia Akibat Trauma Masa lalu
“Ada beberapa alasan mengapa ada orang yang takut untuk berhubungan intim atau istilahnya genophobia. Pertama, bisa disebabkan karena adanya trauma fisiologis, seperti organ kewanitaan istri ada luka atau kerusakan atau menjadi sakit akibat proses melahirkan, bisa juga dikarenakan trauma psikologis masa lalu.
Seperti merasa cemas yang menyebabkan rasa takut akibat proses akibat pengalaman yang tidak tidak menyenangkan dan bahkan menyakitkan Misalnya pernah mengalami kekerasan seksual sehingga mengalami rasa trauma yang belum juga kunjung hilang,” papar Putri Langka.
2. Pendidikan Seks yang Tidak Tepat
Tahukah Parents jika pendidikan seks yang keliru juga bisa membuat seorang anak salah dalam mempersepsikan hubungan intim dengan pasangannya kelak?
Hal ini ditegaskan oleh Putri Langka, apabila seorang anak sejak kecil sering kali ditanamkan dengan persepsi yang salah, sering ditakut-takuti, maka akan timbul asosiasi atau pembelajaran yang tidak tepat.
“Contohnya sederhananya seperti ini, anak jika selalu diberitahukan bahwa jeruk itu rasanya asam, maka sebelum mencobanya anak itu sudah menganggap kalau lemon akan terasa asam. Padahal, tidak selamanya begitu,” papar Putro lagi.
Hal ini pun akan berlaku jika anak diberikan pemahaman yang tidak tepat mengenai pendidikan seks, sehingga saat anak tumbuh dewasa dan menikah bisa merasa tidak nyaman bahkan bisa menimbulkan rasa takut.
3. Tidak Memiliki Body Image yang Positif
Takut berhubungan badan atau genophobia nyatanya juga bisa dipengaruhi oleh tidak adanya citra tubuh yang baik.
Citra tubuh atau biasa juga disebut sebagai body image bisa diartikan sebagai bagaimana seseorang melihat diri sendiri ketika ia berkaca atau ketika ia membayangkan dirinya dalam pikiran.
Sementara, seseorang yang tidak memiliki citra diri yang baik tentu saja akan memunculkan rasa tidak percaya diri akan tubuhnya. Kondisi ini sebenarnya bisa dialami kaum perempuan atau pun laki-laki.
Jika hal ini yang menjadi pemicunya, ingatlah bahwa pasangan Anda tentu akan mencintai dan menerima diri Anda sepenuhnya. Oleh karena itu, jangan hanya berfokus pada kekuranganmu sendiri tidak akan ada gunanya.
Baca juga : Kehidupan seks mulai membosankan? Lakukan 5 hal berikut ini yuk
Apa yang harus dilakukan jika mengalami genophobia?
Jika kondisi ini ini dibiarkan, tentu saja akan memicu konflik yang lebih besar karena akan mengganggu relasi Anda dengan pasangan. Meski tidak mudah, toh, bukan berarti tidak ada jalan keluar yang bisa ditempuh.
Putri Langka menerangkan, biasanya memang diperlukan observasi berkelanjutan di mana diperlukan terapi ke psikolog untuk mengetahui akar masalahnya lebih dulu.
“Perasaannya tentu perlu digali lebih dalam, apa yang menyebabnya tidak nyaman. Jika memang karena informasi atau pelajaran yang diterima tidak tepat, maka kognitifnya harus dibenahi. Jika memang karena trauma, harus diselesaikan dulu traumanya.”
Ditambahkan Putri Langka, jika rasa trauma yang menjadi penyebabnya maka perasaan masa lalu tersebut bisa mem-blok otak dan pikiran sehingga akan jadi ganjalan yang menimbulkan permasalahan bahkan tanpa disadari.
“Jadi, kalau memang dikarenakan trauma, ya, harus bisa melupakannya lebih dulu,” sarannya terkait menyembuhkan rasa takut berhubungan badan atau genophobia.
Bila Anda atau pasangan mengalami gejala genophobia, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter agar bisa sembuh dan menyelamatkan kehidupan pernikahan.
Baca juga :
Pernikahan Berjalan Tanpa Seks? Lakukan 7 Hal Ini untuk Memperbaikinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.