Bunda mungkin mengira bahwa katarak hanya dialami oleh orang dewasa dan orang yang sudah lanjut usia. Namun, tahukah Parents bahwa katarak juga bisa diderita oleh bayi yang baru lahir. Hal ini tentu akan memengaruhi tumbuh kembangnya, utamanya kemampuan buah hati Anda untuk melihat. Lantas, seperti apa gejala katarak pada bayi?
Penyebab Katarak pada Bayi
Pada bayi umumnya katarak sudah ada sejak anak lahir yang dalam dunia medis disebut katarak kongenital atau katarak bawaan. Berikut beberapa hal yang menjadi penyebab katarak pada bayi:
#1 Genetik
Gejala katarak pada bayi, apa penyebabnya?
Katarak kongenital dipicu oleh gen yang tidak sempurna, dalam artian penyakit ini dapat diteruskan dari orangtua pada anak. Hal ini menyebabkan pembentukan lensa mata yang tidak sempurna.
Sebanyak 1 dari 5 kasus katarak yang ada, diketahui terdapat riwayat katarak pada anggota keluarganya. Selain itu, katarak juga berkaitan erat dengan adanya kelainan kromosom pada bayi, misalnya sindrom Down.
#2 Komplikasi kehamilan
Pemeriksaan awal kehamilan sangat penting dilakukan demi kehamilan dan keberlangsungan janin yang sehat. Tak hanya janin cacat, ibu hamil yang mengalami infeksi saat masa kehamilan turut memicu katarak kongenital pada bayinya.
Infeksi seperti rubella, cacar air, herpes simpleks, herpes zoster, influenza, poliomyelitis, virus Epstein-Barr, sifilis, dan toksoplasmosis diketahui meningkatkan risiko bayi menderita katarak saat lahir.
#3 Kondisi medis tertentu
Di samping itu, katarak juga bisa didapat dari beragam kondisi maupun penyakit yang dialami ibu hamil saat masa kehamilan atau setelah bayi dilahirkan. Antara lain diabetes, galaktosemia atau kondisi saat tubuh tidak mampu memecah galaktosa atau cedera pada mata. Trauma disebabkan kebiasaan orangtua turut memicu penyakit ini, seperti meniup mata yang menjadi penyebab 40% penyebab katarak pada anak yang lebih tua.
Gejala Katarak pada Bayi
Tak hanya menyebabkan gangguan penglihatan, katarak dapat mengakibatkan kebutaan pada bayi Anda. Untuk itu, waspadai jika terdapat gejala berikut pada bayi:
- Terdapat bintik putih atau keabuan di salah satu atau kedua mata yang berbayang dan menghalangi pupil
- Gerakan mata tidak terkontrol atau dikenal dengan nistagmus
- Bola mata bergerak ke arah yang berbeda atau juling
- Kepekaan menurun pada lingkungan sekitar, misalnya tidak merespon wajah orang atau benda yang ada di hadapannya
- Mata menyipit saat terkena sinar matahari
Seringkali, gejala katarak pada bayi juga terdeteksi saat melihat hasil foto. Ketika terkena flash, foto akan memunculkan bintik merah pada mata. Bahkan dalam beberapa kasus bintik tersebut terlihat berbeda di antara kedua mata.
Parents, jangan abai saat menyadari bayi mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas. Untuk mendiagnosa penyakit ini pada bayi, dokter akan menyarankan pemeriksaan mata secara menyeluruh. Selain dokter mata, bayi juga akan diperiksa oleh dokter anak untuk menilai adanya kelainan bawaan yang dialami bayi Anda.
Cara Mencegah Katarak pada Bayi
Gejala katarak pada bayi baru bisa terlihat saat ia lahir, dengan kata lain belum ada cara untuk mendeteksi penyakit ini untuk bayi dalam kandungan.
Seperti dijelaskan sebelumnya, genetik menjadi faktor utama penyebab katarak kongenital pada bayi dan infeksi. Untuk itu pastikan Bunda yang sedang hamil rutin melakukan imunisasi sebelum dan selama masa kehamilan yang cukup ampuh mencegah serangan virus. Tingkatkan kewaspadaan jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat katarak, dengan begitu Anda bisa berkonsultasi pada dokter saat sedang merencanakan kehamilan.
Lantas, bagaimana jika bayi terlanjur terkena katarak? Bun, katarak pada bayi umumnya terdeteksi saat ia berusia 6-8 minggu. Untuk katarak yang tergolong ringan tidak diperlukan penanganan khusus, namun jika katarak intensitas sedang hingga berat dan mengganggu penglihatan makan diperlukan tindakan operasi.
Tak bisa sembarangan, operasi katarak baru boleh dilakukan pada bayi berusia minimal 3 bulan. Saat melakukan tindakan, dokter akan memberikan bius umum. Dokter akan memecah lensa untuk selanjutnya mengeluarkannya melalui sayatan yang amat kecil. Selanjutnya, dokter melakukan pemeriksaan rutin dan mempertimbangkan penggunaan kacamata atau lensa kontak.
Setelah operasi, anak perlu melakukan terapi amplyopia untuk beradaptasi dengan kondisi mata yang baru. Caranya yaitu dengan patching, atau menutup bagian mata yang normal. Jika akhirnya ia mengenakan kacamata maka harus memakainya setiap hari kecuali saat mandi dan tidur.
Metode ini dilakukan untuk melatih mata dan mengembangkan penglihatan normal. Waktu untuk anak mengenakan penutup mata ini bervariasi, bisa mingguan hingga tahunan bergantung bagaimana progres yang ditunjukkan. Pemulihan akan semakin baik jika metode ini dilakukan sedini mungkin.
Nah Parents, segera hubungi dokter jika menemui sesuatu yang tak wajar pada bayi Anda semoga lekas mendapat penanganan yang tepat.
Baca juga :
12 Obat Sakit Gigi untuk Anak dan Tips Perawatannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.