Zat besi menjadi salah satu zat gizi yang memiliki banyak manfaat, mulai dari meningkatkan kekebalan tubuh hingga mencegah anemia. Namun, tahukah Parents bahwa kelebihan zat gizi satu ini atau disebut juga hemokromatosis bisa berisiko pada kesehatan? Gejala hemokromatosis sebaiknya diketahui sejak dini untuk penanganan yang lebih tepat.
Hemakromatosis adalah kondisi saat tubuh kelebihan zat besi karena menyerap terlalu banyak dari asupan makanan. Kelebihan kandungan zat satu ini bisa disimpan di organ dalam, mulai dari jantung, pankreas, dan hati.
Kondisi ini bila didiamkan bisa membahayakan jiwa. Memang, apa saja dampak yang bisa dirasakan?
Dosis zat besi sesuai usia
Dilansir dari WebMD, asupan zat besi harian hendaknya menyesuaikan dengan usia dan kebutuhan. Beberapa rekomendasi tersebut, antara lain :
- Bayi berusia kurang dari 6 bulan : 0,27 mg/hari.
- Bayi usia 7-12 bulan : 11 mg/hari.
- Anak-anak usia 1-3 tahun : 7 mg/hari.
- Anak-anak usia 4-8 tahun : 10 mg/hari.
- Anak usia 9-13 tahun : 7 mg/hari.
- Anak laki-laki berusia 14-18 tahun : 11 mg/hari
- Remaja perempuan berusia 14-18 tahun : 15 mg/hari
- Orang dewasa laki-laki usia 19-50 tahun : 8 mg/hari.
- Orang dewasa perempuan usia 19-50 tahun : 18 mg/hari.
- Ibu hamil : 27 mg/hari.
- Perempuan usia 51 tahun lebih : 8 mg/hari.
- Ibu menyusui usia 14-18 tahun : 1o mg/hari.
- Ibu menyusui yang menyusui usia 19-50 tahun : 9 mg/hari.
Dampak hemokromatosis
Kelebihan zat besi yang disimpan dalam beberapa organ bisa menyebabkan adanya penyakit yang berbahaya, seperti diabetes hingga masalah jantung. Bila tak ditangani, beberapa komplikasi bisa terjadi, di antaranya :
1. Masalah reproduksi
Kelebihan asupan zat besi bisa memengaruhi aktivitas seksual seseorang. Hemakromatosis bisa menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi.
Selain itu, dorongan seks pada laki-laki pun turut terpengaruh. Di sisi lain, perempuan umumnya bisa mengalami keterlambatan siklus menstruasi.
2. Perubahan pada warna kulit
Zat besi yang terlalu banyak pun bisa diendapkan di bagian kulit. Hal inilah yang membuat kulit bisa berubah warna menjadi abu-abu.
3. Masalah pankreas
Kerusakan pun bisa menjalar hingga organ pankreas. Bila organ satu ini sudah terkena dampaknya, kemungkinan seseorang mengalami diabetes pun menjadi lebih tinggi.
4. Masalah pada hati
Sirosis menjadi masalah lain yang timbul dari kelebihan zat besi ini. Bila terus menerus terjadi, kondisi ini bisa memungkinkan berkembang menjadi kanker hati maupun komplikasi yang mengancam jiwa lainnya.
5. Masalah jantung
Parents, rupanya kelebihan zat besi akan dapat memengaruhi kemampuan jantung dalam memompa darah. Hemokromatosis diketahui bisa menyebabkan gagal jantung kongestif yang bisa mengancam jiwa. Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan artimia atau gangguan pada irama jantung.
Artikel terkait : Suplemen zat besi untuk anak, apakah perlu? Ini penjelasan pakar gizi
Gejala hemokromatosis
Gejala yang dirasakan bisa berbeda-beda pada setiap orang bergantung dari keparahan. Biasanya, gejalanya pun samar dengan penyakit lainnya.
Hemakromatosis jarang ditemui pada seseorang di usia 15-30 tahun. Umumnya, gejala ini rentan terjadi pada seseorang di usia 30-50 tahun.
Khusus pada perempuan, kebanyakan gejala bisa muncul saat telah mengalami menopause. Hal ini karena biasanya kelebihan zat besi seringkali terbuang bersamaan dengan darah haid.
Hemokromatosis sering kali tidak menimbulkan gejala. Bila muncul gejala, umumnya pada rentang usia 30-50 tahun. Hanya sebagian kecil penderita hemokromatosis yang sudah mengalami gejala di usia 15-30 tahun.
Parents, umumnya ada beberapa gejala hemokromatosis khas yang bisa dirasakan, seperti tanda berikut ini :
- Sakit perut
- Sering merasa lelah
- Nyeri pada bagian sendi
- Kehilangan gairah seks
- Merasa lemah
- Jantung berdebar
- Bulu badan menjadi rontok
- Menjadi lebih sering lupa
- Warna kulit berubah menjadi abu-abu
Artikel terkait : 19 Makanan kaya zat besi untuk bayi selain daging, Parents perlu tahu!
Penyebab hemokromatosis
Parents, hemokromatosis ini utamanya disebabkan oleh adanya mutasi genetik yang mengatur penyerapan zat besi di dalam tubuh kita. Hal ini seringkali diturunkan dari kedua orangtua, walaupun salah satu atau keduanya tidak menunjukkan gejala.
Selain itu, beberapa kemungkinan penyebab kondisi ini, antara lain :
- Penyakit autoimun yang membuat zat besi tertumpuk di hati, khususnya saat perkembangan janin. Hal ini diketahui menjadi salah satu penyebab dari kematian dini.
- Penyakit liver kronis, misalnya saja hati yang berlemak atau hepatitis C.
- Mengalami gagal ginjal kronis.
- Penerima transfusi darah untuk jangka panjang, seperti penderita thalasemia.
Parents, bila anggota keluarga mengalami gejala di atas atau memiliki faktor risiko yang sudah disebutkan, sebaiknya segera periksakan ke dokter. Semoga bermanfaat!
Sumber : Mayo Clinic, Alodokter, WebMD
Baca Juga :
Kekurangan zat besi selama kehamilan, berbahayakah bagi janin?