Jangan salah! Meski mirip, ini bedanya gejala Covid-19 dan DBD

Gejala Covid-19 terbilang mirip dengan DBD, bagaimana cara membedakannya?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tak hanya Covid-19, beberapa bulan belakangan ini wabah demam berdarah dengue (DBD) juga mengintai masyarakat Indonesia. meski keduanya merupakan jenis penyakit berbeda, namun memiliki risiko yang tidak bisa disepelekan. Mengingat cirinya pun cenderung mirip, namun penting untuk mengetahui gejala DBD dan Covid-19 secara spesifik.

Bagaimana cara membedakan gejala dari kedua penyakit tersebut?

Artikel terkait: Kisah Parents: "Jangan abaikan demam, bayi kecilku alami dengue shock syndrome"

Perbedaan gejala DBD dan Covid-19 yang perlu diketahui

Secara umum, DBD dan Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Bedanya, virus corona penyebab Covid-19 ditularkan antar manusia melalui droplet, sedangkan virus dengue penyebab DBD ditularkan melalui nyamuk jenis Aedes aegepti dan Aedes albopictus.

Karena sama-sama disebabkan oleh virus, gejala yang muncul pun kerap serupa sehingga sulit dibedakan. Terlebih, gejala awal dari keduanya juga terbilang umum. Artinya, gejala yang dirasakan mirip dengan penyakit lain seperti flu.

Hal ini pun ditegaskan lewat sebuah studi yang diterbitkan di laman The Lancet yang memaparkan bahwa dokter bisa saja salah mendiagnosis kasus Covid-19 menjadi DBD. Pasalnya, infeksi virus dengue maupun virus corona cenderung mirip secara klinis maupun laboratoris.

Contoh kasus di Singapura

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Lebih lanjut, tim ilmuwan yang dipimpin oleh Dr. Gabriel Yan dari National University of Singapore juga meneliti dua kasus Covid-19 yang disalahpahami sebagai DBD di Singapura.

Satu pasien laki-laki (57) dan satunya lagi perempuan (57). Keduanya mengeluhkan gejala seperti demam tinggi, batuk, diare, trombosit rendah, serta nilai leukosit rendah. Dokter mencurigai keluhan tersebut sebagai gejala DBD. Tidak ada kecurigaan mengenai Covid-19,  mengingat pasien juga tidak memiliki riwayat ke luar negeri atau pun kontak dengan pasien positif.

Hasil pemeriksaan rontgen kedua pasien juga dinilai bagus. Pemeriksaan rapid test untuk DBD juga menunjukan hasil positif, sehingga dokter pun akhirnya mendiagnosis kondisi kedua pasien sebagai DBD.

Kondisi kian memburuk dan timbul gejala tambahan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pasien menerima perawatan DBD di rumah sakit, dan sempat dipulangkan ke rumah masing-masing. Namun, beberapa hari kemudian, pasien kembali dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya semakin buruk. Mereka juga mengalami gejala tambahan berupa sesak napas.

Akhirnya, dokter pun melakukan pemeriksaan ulang dan memutuskan untuk menjalankan tes swab. Hasilnya, kedua pasien tersebut dinyatakan positif Covid-19. Lebih lanjut, hasil tes juga mengkonfirmasi bahwa kedua pasien negatif menderita DBD.

"Hasil rapid test dengue yang positif membuat kami tidak bisa mendiagnosis Covid-19 lebih awal. Maka, ada baiknya jika pasien yang menunjukkan gejala DBD, juga menjalani tes terkait Covid-19 agar mendapatkan diagnosis yang lebih pasti," tulis para ilmuwan dalam laporan studi, seperti yang dikutip dari laman The Lancet.

Artikel terkait: Penelitian covid-19 terbaru: Coronavirus juga menyerang sistem saraf otak

Beberapa hal yang membedakan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dari kedua contoh kasus, terlihat bahwa gejala DBD dan Covid-19 terbilang mirip. Untuk membedakannya, Dr dr Leonard Nainggolan SpPD-KPT memaparkan mengenai perbedaan utama dari kedua gejala tersebut.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu menjelaskan, biasanya gejala utama DBD adalah demam mendadak. Sedangkan gejala awal infeksi virus corona biasanya berupa demam tinggi yang disertai batuk kering, pilek, dan sakit tenggorokan.

"Kunci utamanya, kalau gejala DBD adalah demam mendadak tinggi, yang disertai dua atau lebih gejala lainnya," tutur dokter Leonard seperti yang dikutip dari laman Kompas.

Tidak hanya itu, gejala khas DBD yang belum ditemukan dalam pasien Covid-19 juga berupa timbulnya bintik-bintik merah di hari kedua hingga kelima setelah demam. DBD juga biasanya memicu perdarahan ringan seperti gusi berdarah dan mimisan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Untuk Covid-19 sendiri, biasanya orang yang terinfeksi virus corona akan menunjukkan tiga gejala khas berupa batuk kering, demam di atas 38 derajat celcius, dan sesak napas.

Penelitian terbaru juga menjelaskan, beberapa gejala yang mungkin timbul terkait Covid-19 di antaranya adalah:

  • Mata merah atau konjungtivitis
  • Masalah pencernaan seperti diare
  • Nyeri otot
  • Sakit kepala berlebihan
  • Merasa lelah tanpa alasan
  • Timbulnya ruam kulit

Artikel terkait: Penelitian terbaru: Mata merah bisa jadi gelaja Covid-19, jangan sering sentuh wajah!

Itulah beberapa perbedaan antara gejala DBD dan Covid-19. Agar terhindar dari kedua penyakit tersebut, tentunya upaya pencegahan yang tepat juga perlu dilakukan. Beberapa langkah pencegahan yang bisa Parents terapkan untuk mencegah DBD dan Covid-19 di antaranya adalah:

  • Pencegahaan Covid-19: Lakukan swakarantina dan physical distancing, rajin cuci tangan dengan sabun, hindari keramaian, jaga daya tahan tubuh, upayakan untuk tidak menyentuh wajah, dan jalani pola hidup sehat.
  • Pencegahan DBD: Memutus daur hidup nyamuk dengan cara menutup tempat menampung air, menjaga kebersihan lingkungan dengan mengupayakan agar tidak ada genangan air di rumah, rajin menguras bak mandi, fogging nyamuk, dan jalani pola hidup sehat.

Semoga bermanfaat!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

***

Referensi: The Lancet, SehatQ, Kompas

Baca juga:

id.theasianparent.com/tes-swab