Stres Anak Saat Pandemi Melonjak, Lakukan 4 Kiat Ini Agar Orangtua Tetap Waras

Kerap tak dikenali, deretan tanda ini tunjukkan anak mengalami stres. Apa saja?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Adalah hal yang wajar bagi orang dewasa merasakan stres, lantas bagaimana dengan anak stres?

Stres merupakan sebuah reaksi fisik dan emosional yang membuat seseorang merasa tertekan. Hal ini disebabkan aneka hal, seperti tuntutan dari lingkungan baik itu pekerjaan maupun hubungan pertemanan.

Fenomena dan Gejala Anak Stres

Jika melihat anak-anak, kita yang sudah dewasa merasa iri karena hidup mereka yang dipenuhi dengan bermain. Tak jarang banyak orang dewasa yang ingin kembali ke masa kanak-kanak lagi. Padahal, anak juga bisa lho merasa kewalahan.

Kewalahan ini membuat mereka akhirnya stres. Berbeda dengan orang dewasa, anak lebih sulit mengungkapkan rasa yang ada dalam hati mereka. Karena hidup anak yang cenderung santai, kondisi anak stres tidak dikenali orangtua karena dianggap bukan hal yang besar.

"Pada era normal, anak yang mengalami stres hanya 65%. Sekarang karena adanya pandemi melonjak jadi 95%," ungkap Psikolog Samanta Elsener, M.Psi., Psikolog Psikolog Anak dan Keluarga dalam acara Media Talk Hari Anak Nasional: Healthy Kids Healthy Family yang saya ikuti beberapa waktu lalu.

Stres diakibatkan banyak hal, namun rasa jenuh mendominasi. Wajar saja, sudah sekian lama anak di rumah saja dan tidak berinteraksi dengan dunia luar. Akhirnya, gawai menjadi pelarian mereka untuk menghabiskan waktu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Hati-hati, Ini 9 Ciri Mental Breakdown atau Stres Berat yang Berkepanjangan

"Ini menjadi problem baru karena anak jadi kecanduan, endingnya orangtua membawa anaknya ke psikiater anak. Stres juga disebabkan tidak adanya motivasi. Kalau dibiarkan, akan memengaruhi pola makan dan pola tidur. Lebih lanjut, anak jadi enggan bersekolah," sambung Samanta.

Oleh karena itu, adalah tugas orangtua untuk mengenali kapan anak merasa stres dalam kesehariannya. Karena hampir serupa, seringkali orangtua merasa stres yang dirasakan anak adalah rewel biasa.

"Suka dikira tantrum karena balita memang masanya tantrum. Perlu dicatat bahwa tantrum yang normal itu hanya berlangsung selama 10-15 menit. Lebih dari itu, apalagi 30 menit lebih bisa jadi ada lonjakan emosi yang dirasakan anak," ujar Samanta.

Lebih lanjut, Samanta menuturkan beberapa tanda anak stres yang patut menjadi perhatian antara lain:

  • Mengompol, padahal sebenarnya sudah lulus toilet training
  • Cenderung cranky dalam berbagai situasi
  • Rewel jelang waktunya tidur
  • Kecenderungan sleepwalking atau berjalan waktu tidur
  • Mengalami mimpi buruk, bahkan sampai berteriak
  • Hobi membanting barang saat keinginan tidak dituruti
  • Sulit makan dan menjadi pilah pilih makanan (picky eater)

"Kalau sudah begini, cobalah Parents mencari informasi yang valid dan interaktif. Jangan sungkan menyusun schedule dengan ahli untuk mendapatkan penanganan yang sesuai," lanjut Samanta.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Samanta memaparkan trik sederhana dalam menghadapi anak stres yaitu dengan pelukan. Perbanyaklah memeluk anak, paling tidak sebanyak 20 kali sehari dengan durasi waktu minimal 8 detik agar mood si kecil membaik.

"Hasil penelitian menunjukkan pelukan bisa meningkatkan hormon oksitosin dan membuat anak merasa aman. Gak selalu harus menggendong, cukup tepuk punggungnya dan pegang tangannya. Upayakan komunikasikan dengan anak dia maunya apa. Intinya, perbaiki koneksi dengan anak sebelum mengoreksi," tegas Samanta.

Artikel terkait: Bikin Tubuh Lentur dan Kurangi Stres, Ini 6 Manfaat Pole Dance buat Parents

Tips Orangtua Tetap Waras

Adalah hal yang tricky mengasuh anak dalam kondisi biasa, apalagi adanya pandemi seperti sekarang. Jika orang dewasa saja merasakan stres, apalagi anak-anak yang situasi hatinya belum menentu.

Dibutuhkan sinergi yang kompak antara anak dan otangtua melalui masa sulit bersama. Dalam kesempatan yang sama, Samanta memaparkan kiat agar orangtua tetap 'waras' lahir dan batin tanpa harus mengorbankan mental anak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Lakukan Aktivitas Favorit

Step awal yang bisa dilakukan adalah melakukan aktivitas untuk meningkatkan hormon dopamin.  Dopamin adalah salah satu hormon yang berfungsi sebagai neurotransmitter atau komponen kimiawi yang meneruskan informasi antar sel saraf.

Dopamin memegang peranan penting saat seseorang merasakan senang atau bahagia. Hormon ini juga berfungsi menjaga seseorang tetap fokus membantu manusia menyusun rencana. Karena itu, lakukan segala hal yang sekiranya bisa membuat Parents senang, seperti mengudap cemilan favorit, membaca buku, atau sekedar bercengkrama dengan sahabat.

2. Olahraga

Samanta menyebutkan bahwa melakukan olahraga rutin juga direkomendasikan untuk meningkatkan dopamin dan memperbaiki mood. Disebut perbaikan mood karena peningkatan kadar dopamin bisa dilihat sejak 10 menit pertama olahraga dan mencapai nilai yang paling tinggi setelah 20 menit berolahraga.

Sesuaikan jenis olahraga dengan kegemaran Anda misalnya zumba, yoga, atau sesederhana naik turun tangga juga bisa dilakukan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Stres Mengganggu? Lakukan 8 Cara Alami dan Mudah ini untuk Mengatasinya

3. Mengonsumsi Makanan Sehat

Di masa pandemi seperti sekarang, penting bagi kita menerapkan pola hidup sehat, yaitu dengan mengonsumsi makanan sehat agar kesehatan selalu terjaga. Walaupun terdengar klise, makan makanan sehat kaya akan manfaat.

Selain menurunkan berat badan, konsumsi makanan sehat juga mencegah seseorang terpapar penyakit kronis yang parah. Dalam sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2014, peneliti menemukan bahwa mengonsumsi buah-buahan mengurangi risiko manusia terkena kanker saluran pencernaan bagian atas.

Mereka juga menemukan fakta bahwa rajin makan sayuran, buah-buahan, dan serat menurunkan risiko kanker kolorektal dan mengurangi risiko kanker hati.

4. Istirahat Cukup

Adakah Parents yang gemar melek sampai pagi, terlebih saat masa work from home seperti sekarang ini? Kalau iya, coba kurangi kebiasaan tersebut mulai sekarang.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Merujuk Kompas, riset menunjukkan bahwa orang yang gemar begadang setiap malam akan menurunkan hormon dopamin setiap harinya. Karenanya, jagalah pola tidur agar tubuh senantiasa fit.

"Saat tidur, otak kita tuh dibersihkan sehingga esok paginya jadi lebih produktif," pungkas Samanta.

Baca juga:

id.theasianparent.com/ciri-anak-stres-selama-pandemi

id.theasianparent.com/manfaat-jahe-untuk-kesehatan

id.theasianparent.com/manfaat-pijat-untuk-bayi-prematur