Waspadai Alergi Debu: Ini Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Waspadai gejalanya dan segera atasi dengan cara tepat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Debu adalah partikel kecil yang ada di sekitar kita. Debu bukan sekadar kotoran biasa, tetapi juga bisa mengandung tungau, serpihan kulit, jamur, dan bulu hewan. Semuanya merupakan alergen yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Mengetahui gejala alergi debu sangat penting agar dapat mengatasinya dengan tepat.

Lantaran mengandung banyak partikel alergen, maka debu bisa menyebabkan reaksi alergi. Menurut data the Asthma and Allergy Foundation of America, ada 20 juta orang di Amerika yang alergi terhadap debu.

Sayangnya, debu terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang sehingga sulit untuk menyadarinya sebagai penyebab alergi. Debu biasanya terdapat pada seprai, karpet, dan furnitur rumah tangga. 

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai alergi debu, yuk, simak informasinya di bawah ini. 

Gejala Alergi Debu 

Sumber: Freepik

Banyak orang yang berulang kali mengalami gejala alergi tetapi menganggapnya sebagai gejala penyakit lain seperti flu atau asma. Sebab, debu terlalu kecil untuk dilihat dan gejala alergi yang ditimbulkan juga sangat mirip dengan gejala flu.

Berikut ini beberapa gejala alergi debu yang bisa dialami:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Mata merah, gatal, dan berair
  • Bersin-bersin
  • Hidung gatal dan berair
  • Kulit gatal
  • Tenggorokan gatal
  • Batuk
  • Kulit merah dan bengkak 

Pada orang yang memiliki riwayat asma, gejala biasanya akan lebih parah, yaitu: 

  • Nyeri dada
  • Sulit bernapas
  • Napas pendek dan berat
  • Sulit berbicara
  • Serangan asma 

Jangan abaikan bila Parents atau si kecil memiliki gejala-gejala tersebut. Gejala asma yang tidak segera ditangani dapat membahayakan nyawa. 

Artikel terkait: Rhinitis Alergi pada Anak, Kenali Penyebab, Gejala dan Cara Mencegahnya

Setelah Tahu Gejala Alergi Debu, Kenali Penyebab Alergi Debu

Sumber: Freepik

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Reaksi alergi terjadi saat sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap sesuatu, seperti debu. Saat hal itu terjadi, tubuh bereaksi dengan menimbulkan peradangan yang kemudian menimbulkan gejala seperti yang disebutkan di atas. 

Untuk membedakan apakah gejala yang Parents alami adalah alergi atau flu adalah alergi hanya terjadi saat Anda terpapar dengan sumber alergen. Sementara flu akan terjadi sepanjang hari dan biasanya terjadi berhari-hari hingga seminggu. Anak yang selama ini memiliki riwayat atau faktor risiko alergi sebaiknya lebih peka agar bisa membedakannya. 

Faktor Risiko Alergi Debu 

Sumber: Freepik

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Siapa pun bisa saja mengalami alergi debu, tetapi ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih mudah untuk mengalaminya. Faktor risiko tersebut adalah:

1. Riwayat Keluarga 

Anda yang memiliki keluarga dengan alergi debu akan lebih sensitif dan berisiko untuk mengalaminya juga.

2. Paparan Debu dalam Jumlah Banyak 

Sering terpapar debu dalam jumlah yang banyak, terutama di awal kehidupan, juga meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami alergi debu.

3. Usia Anak-Anak dan Dewasa Muda 

Seseorang dengan rentang usia anak-anak dan dewasa muda lebih berisiko untuk memiliki alergi debu.

Artikel terkait: 3 Langkah Penting Untuk Mencegah Alergi pada Anak

Diagnosis Alergi Debu 

Sumber: Pexels

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika anak mengalami gejala dan memiliki faktor risiko yang disebutkan di atas, Parents sebaiknya segera membawanya berkonsultasi ke dokter. Selanjutnya dokter akan melakukan beberapa tes untuk dapat mendiagnosisnya. 

Beberapa tes yang biasa dilakukan untuk diagnosis alergi debu adalah:

1. Periksa Hidung 

Dokter akan memeriksa bagian dalam hidung pasien untuk melihat apakah ada bengkak atau pucat dan kebiruan.

2. Melakukan Tes Alergi Kulit 

Dokter akan menusuk kulit pasien dengan jarum kecil yang telah diberikan ekstrak debu. Saat kulit menjadi gatal dan kemerahan maka bisa didiagnosis mengalami alergi debu.

3. Tes Darah 

Selain tes alergi kulit, tes darah juga bisa dilakukan untuk mengetahui apakah Anda memiliki alergi terhadap debu. Tes darah dilakukan untuk mencari antibodi tertentu. Karena hanya dapat menyaring antibodi, maka hasilnya bisa jadi tidak seakurat tes alergi kulit.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Mengenal 3 Jenis Tes Alergi Kulit dan Efek Samping yang Bisa Terjadi

Pengobatan Alergi Debu 

Sumber: Pexels

Apabila pasien telah didiagnosis mengalami alergi debu, maka dokter mungkin akan memberikan beberapa obat untuk mengurangi gejalanya, seperti:

1. Antihistamin 

Obat ini bekerja dengan cara mengurangi produksi zat dalam kekebalan tubuh yang aktif memberikan reaksi alergi, seperti gatal, bersin, dan hidung berair. Obat antihistamin yang dijual bebas di antaranya adalah fexofenadine, loratadine, dan cetirizine. Sementara antihistamin dalam bentuk semprotan hidung di antaranya adalah azelastine dan olopatadine.

2. Kortikosteroid 

Kostikosteroid yang diberikan dalam bentuk semprotan hidung dapat mengurangi peradangan dan dapat mengendalikan gejala demam. Obat kortikosteroid termasuk fluticasone propionate, mometasone furoate, triamcinolone, dan ciclesonide. Kortikosteroid dalam bentuk semprotan hidung menyediakan obat dengan dosis rendah dan memiliki risiko efek samping yang juga lebih rendah dibandingkan kortikosteroid dalam bentuk oral.

3. Dekongestan 

Pengobatan yang satu ini dapat membantu mengecilkan jaringan yang bengkak di saluran hidung dan membuat pasien menjadi lebih mudah untuk bernapas melalui hidung. Beberapa obat alergi yang dijual bebas menggabungkan antihistamin dan dekongestan.

Akan tetapi, dekongestan dapat meningkatkan tekanan darah sehingga tidak boleh dikonsumsi jika pasien memiliki hipertensi parah, glaukoma, atau penyakit kardiovaskular. Konsultasikan dengan dokter bila ingin mengonsumsi obat ini. 

Dekongestan dalam bentuk semprotan hidung yang dijual bebas, secara singkat dapat mengurangi gejala alergi. Namun dekongestan nasal yang digunakan selama tiga hari berturut-turut justru dapat memperburuk hidung yang tersumbat.

4. Leukotriene Modifiers 

Ini bekerja dengan cara memblokir zat kimia sistem kekebalan tubuh dalam melawan alergen. Dokter mungkin akan meresepkan leukotriene modifiers dalam bentuk tablet.

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah infeksi saluran pernapasan atas, sakit kepala, dan demam. Selain itu, ada juga efek samping yang jarang terjadi, yaitu perubahan perilaku atau suasana hati seperti kecemasan dan depresi.

Cara Mencegah Alergi Debu 

Sumber; Pexels

Menghindari paparan debu adalah cara terbaik untuk mencegah alergi debu. Meskipun Parents tidak mungkin menghilangkan debu sepenuhnya dari rumah, setidaknya Parents dapat meminimalkannya dengan cara berikut ini:

1. Gunakan Penutup Kasur Tahan Alergen 

Tutupi kasur dan bantal Anda dengan penutup kasur yang tahan debu atau dapat menghalangi menempelnya alergen. Biasanya, penutup kasur ini terbuat dari kain dengan benang yang rapat, sehingga dapat mencegah tumpukan debu.

2. Cuci Perlengkapan Tidur Setiap Minggu untuk Mencegah Timbulnya Gejala Alergi Debu

Cuci semua sprei, selimut, sarung bantal, dan penutup kasur dengan air panas minimal 54,4 derajat celsius untuk menghilangkan debu dan membunuh tungau. Bila tidak dapat dicuci dengan air panas, masukkan perlengkapan tidur tadi ke dalam pengering selama 15 menit. Kemudian baru cuci dan keringkan.

3. Jaga Kelembapan Udara Tetap Rendah 

Jaga kelembapan relatif di bawah 50%. Menggunakan humidifier dapat membantu menjaga kelembapan udara tetap rendah. Parents bisa menggunakan higrometer untuk mengukur tingkat kelembapan.

4. Pilih Perlengkapan Tidur dengan Bijak 

Sumber: Pexels

Hindari menggunakan bedcover yang bisa jadi tempat tumpukan debu dan sulit untuk dibersihkan. 

5. Beli Boneka yang Bisa Dicuci 

Bila si kecil memiliki boneka pastikan bonekanya dapat dicuci. Cuci sesering mungkin menggunakan air panas dan keringkan secara menyeluruh. Yang juga tak kalah penting adalah jauhkan boneka dari tempat tidur.

6. Bersihkan Debu 

Gunakan pel atau lap basah untuk membersihkan debu. Jangan gunakan lap kering. Ini untuk mencegah debu terbang ke udara dan menempel kembali.

7. Sedot Debu secara Teratur 

Sumber: Pexels

Menyedot debu dapat menghilangkan debu pada permukaan tetapi tidak efektif untuk menghilangkan tungau dan alergen debu penyebab alergi. Gunakan penyedot debu yang memiliki kantong mikrofilter dua lapis atau HEPA filter untuk membantu mengurangi debu penyebab alergi. Penyedot debu ada juga yang dilengkapi dengan sinar UV untuk mematikan tungau.

Jika alergi Anda parah, jauhi area yang sedang dibersihkan. Tunggu sekitar dua jam setelah dibersihkan baru masuk kembali.

8. Jangan Simpan Barang Ini di Kamar

Jika ini dapat mengundang debu maka ini juga dapat mengundang tungau. Jadi singkirkan barang-barang seperti hiasan meja, buku, majalah, pernak-pernik, dan koran dari kamar tidur Anda.

9. Singkirkan Karpet dan Sarang Debu Lain agar Gejala Alergi Debu Tidak Timbul

Karpet menjadi tempat yang nyaman untuk debu berkumpul. Karpet juga dapat menyediakan lingkungan yang lembap untuk tungau. Jadi sebaiknya singkirkan karpet dan biarkan lantai Anda tanpa alas.

Bila memungkinkan pertimbangkan juga untuk mengganti perabotan yang rentan berdebu dari kamar Anda, seperti furnitur berlapis kain seperti sofa dan gorden yang tidak bisa dicuci.

Nah, itulah informasi mengenai gejala alergi debu dan cara mengatasi serta cara mencegahnya. Jangan abaikan gejala yang Anda alami saat mengalami alergi dan segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi

Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.

Baca juga: