Pernahkah dalam suatu kondisi, Parents merasa mudah sekali merasa kenyang? Jika iya, ada kemungkinan Anda mengalami gastroparesis.
Gastroparesis adalah gangguan pada otot lambung yang menyebabkan gerakan lambung untuk mendorong makanan ke usus menjadi lebih lambat. Gastroparesis ditandai dengan mual, muntah, dan mudah merasa kenyang.
Penyebab gastroparesis belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga disebabkan adanya kerusakan saraf yang mengatur gerakan otot lambung, yaitu saraf vagus. Saraf ini dapat mengalami kerusakan akibat berbagai hal, misalnya komplikasi operasi pada lambung atau komplikasi diabetes.
Gejala Gastroparesis
Berbicara penyakit, gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi. Namun, penderita gastroparesis biasanya mengalami gejala berikut:
- Cepat merasa kenyang saat makan
- Masih merasa kenyang meskipun sudah lama dari jam makan sebelumnya
- Perut kembung dan terasa begah
- Mual dan muntah. Terkadang memuntahkan makanan yang belum tercerna
- Nyeri ulu hati atau terasa panas di daerah dada
- Nyeri perut
- Nafsu makan berkurang
- Penurunan berat badan
Kebanyakan penderita gangguan lambung jenis ini memang tidak mengalami gejala mencolok. Jika Anda mengalami keluhan pencernaan yang mengkhawatirkan dan berkepanjangan, sebaiknya periksakan diri ke dokter.
- Nyeri atau kram perut yang parah
- Muntah dengan isi muntahan berwarna gelap atau mengandung darah
- Muntah-muntah yang berlangsung lebih dari satu jam
- Nyeri perut yang tidak kunjung reda
- Demam
- Sesak napas
- Lemas dan merasa ingin pingsan
Artikel terkait: Sebabkan Risiko Kematian Tinggi Jika Terpapar COVID-19, Apa Itu Penyakit Komorbid?
Penyebab Gastroparesis
Seperti telah diinformasikan sebelumnya, belum diketahui secara pasti apa penyebab gastroparesis. Namun, deretan faktor risiko berikut ini dapat mengakibatkan seseorang lebih mudah terkena gastroparesis.
- Diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang tidak terkontrol
- Komplikasi dari beberapa jenis operasi lambung
- Amiloidosis
- Scleroderma
- Penyakit Parkinson
- Penyakit infeksi, seperti cacar air dan infeksi virus Epstein-Barr
- Anoreksia nervosa
- Radang lambung
- Penyakit distrofi otot
- Hipotiroidisme
- Efek samping obat-obatan, seperti pereda nyeri golongan opioid dan beberapa antidepresan
- Efek samping radioterapi yang dilakukan pada bagian perut
Diagnosis Gastroparesis
Untuk mendiagnosis gastroparesis, dokter terlebih dahulu akan memeriksa kondisi fisik pasien. Selain itu, dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan gejala apa saja yang pasien rasakan.
Jika pasien diduga menderita gastroparesis, dokter akan melakukan pemindaian untuk melihat kondisi lambung, antara lain:
- Gastroskopi. Langkah ini dilakukan menggunakan alat khusus berupa selang dengan kamera di ujungnya. Selang tersebut dimasukkan lewat mulut hingga mencapai lambung. Dokter gastroenterologi akan melihat kondisi lambung melalui kamera.
- USG perut. Pemeriksaan USG perut (USG abdomen) dilakukan untuk melihat kondisi organ-organ di dalam rongga perut menggunakan gelombang suara.
- Rontgen perut. Pemeriksaan Rontgen dilakukan dengan radiasi sinar-X. Untuk mendapatkan hasil yang lebih jelas, penderita akan diminta meminum bahan kontras barium sebelum pemeriksaan.
- Tes pengosongan lambung. Tes ini dilakukan untuk mengukur kecepatan lambung mengosongkan makanan. Caranya adalah dengan memberikan pasien makanan yang sudah dibubuhi bahan radioaktif. Setelah ditelan, makanan akan dipindai menggunakan alat khusus untuk mengetahui berapa lama makanan tersebut berada di dalam lambung.
Khusus pasien gastroparesis yang menderita diabetes atau berisiko terkena diabetes juga perlu menjalani pemeriksaan kadar gula darah. Pemeriksaan darah juga dapat dilakukan untuk mengetahui adanya kondisi lain yang bisa memicu gastroparesis.
Artikel terkait: Hati-hati! Kelainan Kulit Ini Bisa Jadi Gejala Diabetes dan Tumor Ganas
Pengobatan Gastroparesis
Langkah pengobatan gastroparesis diawali dengan mengidentifikasi dan mengatasi penyebab utamanya. Setelah itu disertai beberapa tindakan antara lain:
- Mengubah menu makanan. Pasien disarankan untuk mengonsumsi makanan yang lebih mudah dicerna.
- Penyuntikan. Botulinum toxin akan disuntikkan pada katup yang menghubungkan lambung dengan usus kecil (pyloric sphincter) untuk melemahkan otot katup, sehingga dapat membuka lebih lama sekaligus mengosongkan lambung.
- Obat-obatan. Ada dua jenis obat yang digunakan pada gastroparesis, yaitu obat-obatan untuk merangsang pergerakan otot lambung dan obat untuk menekan mual dan muntah.
- Stimulasi listrik. Mengalirkan listrik melalui elektroda yang ditempelkan ke dinding lambung dengan tujuan merangsang gerakan otot lambung. Kendati begitu, manfaat dari terapi ini masih perlu diteliti lebih jauh.
- Pembedahan. Pada kasus yang parah di mana pengidap sampai tidak bisa makan atau minum, maka akan dipasang selang ke usus kecil untuk memasukkan makanan dari luar. Dokter juga bisa memasang selang ventilasi lambung untuk mengurangi tekanan dari isi lambung.
Lantas, apakah penyakit ini dapat dicegah? Bisa yaitu dengan memerhatikan pola makan. Berikut panduan makan bagi seseorang yang menderita gastroparesis:
- Makan dalam porsi kecil. Dengan sedikitnya makanan yang masuk akan membantu meringankan kerja perut untuk mengosongkan lambung. Porsi kecil juga dapat membantu mencegah terjadinya perut kembung.
- Kunyah makanan dengan baik. Orang dengan gastroparesis perlu mengunyah makanannya sampai benar-benar halus. Mereka tidak bisa sembarangan mengunyah seperti orang pada umumnya yang hanya beberapa kali mengunyah makanan lalu langsung telan. Hal ini agar lambung dapat mencerna makanan dengan optimal.
- Hindari berbaring setelah makan. Normalnya, berbaring setelah makan dapat menyebabkan asam lambung cepat naik. Penderita gastroparesis dianjurkan untuk tidak berbaring setelah makan. Tunggulah hingga 3 jam setelah makan sampai makanan tercerna sempurna.
- Konsumsilah suplemen. Kebanyakan orang dengan gastroparesis memiliki risiko besar mengalami kekurangan zat gizi. Siasati hal ini dengan rutin mengonsumsi suplemen multivitamin agar risiko kurang gizi dapat dicegah.
- Batasi makanan yang mengandung lemak tinggi. Makanan berlemak sebaiknya dihindari pasien gastroparesis karena dapat menunda pengosongan makanan di lambung. Untuk itu, pilihlah makanan dengan kandungan lemak sehat seperti smoothie atau milkshake.
- Diet rendah serat. Tubuh sejatinya membutuhkan serat, namun patut diingat gastroparesis adalah gangguan pencernaan. Sementara serat berpotensi menunda pengosongan lambung dan mengikat zat membentuk formasi bernama benzoar yang dapat menimbulkan penyumbatan di lambung. Oleh karena itu, jauhi dahulu makanan berserat tinggi seperti kacang-kacangan, sereal gandum utuh, buah yang asam (blackberry, jeruk, strawberry, kiwi, apel), buah kering (aprikot, kurma, buah ara, plum, kismis), brokoli, dan berondong jagung.
Parents, semoga informasi perihal gastroparesis ini bermanfaat ya untuk Anda semua.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr.Gita PermataSari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
Diare Berdarah? Hat-hati Amebiasis, Infeksi Parasit Usus yang Sebabkan Disenteri
Rentan Dialami Perempuan dan Berisiko Sebabkan Sulit Hamil, Ini Gejala Polip Rahim
Sindrom Nefrotik: Kelainan Ginjal Ini Bisa Dialami Anak, Ketahui Gejalanya!