Si Kecil dinyatakan anemia atau kekurangan zat besi? Duh, memangnya anak-anak bisa mengalami anemia, ya, Bunda? Faktanya bisa dan kondisi ini bisa berisiko pada gangguan pertumbuhan anak di masa mendatang.
Lantas, bagaimana ya, cara mengatasinya? Berikut ulasannya.
Daftar isi
Menilik Kondisi Gizi Buruk di Indonesia
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar prevalensi gizi buruk kronik pada suatu wilayah adalah 20 persen dari jumlah anak. Bagaimana dengan Indonesia?
Merujuk data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2018, prevalensi gizi buruk di Indonesia lebih dari 27 persen, yang mana angka ini dinyatakan kronis oleh WHO. Masih di tahun yang sama, Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) mencatat sebanyak 17,7 persen balita mengalami masalah gizi buruk.
Seperti yang diketahui bersama, gizi buruk bisa berdampak pada gangguan pertumbuhan anak.
Merujuk laman UNICEF Indonesia, aneka dampak gizi buruk pada anak antara lain sistem kekebalan tubuh menurun, risiko anak mengalami stunting meningkat, dan gangguan otak dalam jangka panjang. Jika dibiarkan, gangguan otak akan mengakibatkan anak kesulitan belajar dan produktivitas kerja terhambat.
Pentingnya Pemenuhan Zat Besi untuk Anak
Zat besi merupakan salah satu nutrisi penting bagi tubuh, termasuk pada anak-anak. Nutrisi ini membantu tubuh anak memproduksi hemoglobin dan mioglobin, dua protein penting yang bertugas membawa oksigen dalam darah.
Selain itu, menurut Healthline, zat besi juga berperan dalam metabolisme otot, memelihara jaringan ikat, pertumbuhan fisik, perkembangan saraf, menjalankan fungsi sel, serta memproduksi beberapa jenis hormon.
Jadi, apabila anak tidak mendapatkan nutrisi ini secara cukup, maka semua fungsi itu tidak akan berjalan optimal. Kerja sel-sel dalam tubuhnya terhambat dan tubuhnya juga tidak akan mendapatkan energi yang dibutuhkan.
Efeknya dalam jangka panjang, pertumbuhan anak dan kualitas hidup mereka di masa depan juga akan terganggu.
Tahukah Bunda? Balita usia 1-5 tahun butuh 7-10mg zat besi yang setara dengan ½ kilogram daging ayam atau 6 liter susu kotak cair lho.
Berikut daftar lengkap kebutuhan zat besi pada anak sesuai usianya menurut Pedoman Penggunaan AKG seperti tercantum dalam Lampiran II Permenkes No.28 Tahun 2019:
- 1 – 3 tahun: 7 mg
- 4 – 6 tahun: 10 mg
- 7 – 9 tahun: 10 mg
- 10 – 12 tahun: 8 mg
Penyebab Gangguan Pertumbuhan Anak yang Sebabkan Anemia
Tahukah Bunda bahwa makanan mungkin menjadi penyebab utama dari anemia? Selain itu, masih ada beberapa hal penting yang memengaruhinya. Menurut Kemenkes, ini beberapa penyebab anak Indonesia kekurangan zat besi adalah:
- Pola makan anak yang buruk
- Jumlah zat besi pada makanan anak tidak sesuai standar.
- Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat cepat tapi tidak sebanding dengan asupan zat besi pada tubuh anak.
- Anak mengalami cacingan atau malaria yang penyembuhannya membutuhkan asupan zat besi tinggi tapi tidak terpenuhi melalui susu atau makanannya sehari-hari.
- Celiac atau Crohn, suatu kondisi ketidakmampuan anak menyerap cukup zat besi dari makanan
Ada berada dalam lingkungan dengan sanitasi buruk, air minum tidak bersih dan personal hygiene tidak memadai.
3 Gangguan Pertumbuhan Anak yang Kekurangan Zat Besi
Anak berusia di bawah 5 tahun (balita) memang sangat rentan terhadap defisiensi zat besi. Apalagi jika di 1.000 hari pertama kehidupannya, ibu tidak mencukupi kebutuhan nutrisi ini, maka risiko defisiensi zat besi akan semakin tinggi.
Saat anak kekurangan zat besi (anemia), tubuhnya memang tidak akan serta-merta mengembangkan gejala. Secara berkala, zat besi yang tadinya tersimpan di tubuhnya (sudah ada sejak ia lahir) akan didaur ulang untuk membentuk sel darah baru.
Dan saat tabungan zat besinya semakin menipis, tubuh anak baru akan mengembangkan gejalanya, salah satunya sel darah merahnya mulai melambat.
Oleh karena itu, jumlah zat besi tambahan yang stabil dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak yang cepat.
Ini beberapa gangguan pertumbuhan anak yang disebabkan oleh kekurangan zat besi:
- Takikardia (tachycardia), yaitu kondisi di mana detak jantung sangat cepat, dan dapat menyebabkan tekanan darah rendah.
- Hilang konsentrasi. Pada anak-anak, kekurangan zat besi yang ekstrim bisa menurunkan konsentrasi dan masalah belajar.
Dan pada ibu hamil yang kekurangan zat besi, ia berisiko melahirkan bayi dengan berat rendah dan persalinan prematur.
Cara Memenuhi Kebutuhan Zat Besi Anak
Merujuk National Library of Medicine, orang tua harus membantu memenuhi asupan zat besi pada anak dengan memberikan nutrisi atau sumber makanan yang kaya zat besi.
Zat besi pada makanan memiliki dua bentuk utama, yaitu heme dan non-heme. Makanan zat besi non-heme adalah makanan yang berasal dari tumbuhan, sementara daging dan makanan laut adalah zat besi heme dan non-heme.
Zat besi non-heme diserap lebih sulit daripada yang jenis heme, baik pada balita dan orang dewasa. Dan untuk mengoptimalkan penyerapannya, dibutuhkan vitamin C. Oleh sebab itu, wajib imibangi asupan zat besi dengan vitamin C karena fungsi vitamin C adalah mengoptimalkan penyerapan zat besi.
Selain suplemen, vitamin C bisa didapat dari sumber pangan seperti daging tanpa lemak, sereal yang diperkaya, kacang-kacangan, bayam, kismis dan buah kering lainnya, biji labu, telur, kacang hijau, tuna, dan tahu.
Jus jeruk atau buah jeruk segar (terutama jeruk bali), kiwi, brokoli, tomat, stroberi, paprika, papaya, blewah, dan ubi jalar juga merupakan sumber vitamin C yang baik untuk anak.
Selain menu makan sehat dan bergizi, memilih susu pertumbuhan yang tepat bisa membantu memperkaya asupan zat besi pada anak. Namun sebelum memilih, pastikan Bunda memperhatikan kandungan zat besi pada kemasan susu dengan membaca label yang tertera, ya.
Bunda bisa memilih SGM Eksplor 1+ yang satu-satunya dengan IronC™*, kombinasi unik Zat Besi dan Vitamin C yang mendukung penyerapan Zat Besi 2x Lipat. Terbukti, bantu lengkapi 100% zat besi si Kecil, dengan konsumsi minimal 2 gelas setiap harinya**.
Seperti penjelasan di atas, Zat Besi penting untuk dukung daya pikir si Kecil agar ia jadi Generasi Maju yang berpikir cepat.
Selain itu, SGM Eksplor 1+ adalah produk no 1 Pilihan Bunda Indonesia. Jutaan Parents ini tentu memiliki jutaan alasan mengapa pilih SGM Eksplor. Salah satunya, karena kandungan IronC™* yang ada didalamnya dan juga dilengkapi dengan berbagai nutrisi penting untuk dukung tumbuh kembang optimal si Kecil***, seperti:
- DHA 100% Berkualitas dari Minyak Ikan Tuna yang lebih baik dari minyak ikan lainnya, serta Omega 3 & 6 untuk dukung daya pikir
- Tinggi Protein, Vitamin D, Kalsium untuk dukung pertumbuhan fisik
- Sumber Serat Pangan untuk dukung kesehatan saluran cerna
- Tinggi Zinc dan Vitamin C, dukung daya tahan tubuh
Banyak Bunda juga memilih SGM Eksplor dengan alasan praktis dibuatnya, 9 dari 10 ibu setuju SGM Eksplor mudah larut dan tidak menggumpal saat dibuat. Dan yang tidak kalah penting Parents, 99% anak suka lezatnya SGM Eksplor yang creamy dan milky, dijamin si Kecil akan suka juga!
Jadi, Pilih SGM Eksplor sekarang, ya!
* Kombinasi unik Iron & VitC dengan Molar Ratio 1:2 Meningkatkan Penyerapan Zat Besi (WHO, FAO 2006)
**Bersama dengan makanan bergizi seimbang, untuk memenuhi 100% AKG zat besi harian anak Indonesia usia 1-3 tahun yang dianjurkan.
**Chandra DN, et al (2023) Iron intake adequacy improves linear growth in 1-3 years old children. Online Oral Presentation at ICHWB 2023 on 6 December 2023
***Dengan memberikan nutrisi yang seimbang & stimulasi yang tepat
Baca label sebelum membeli. Baca peringatan pada label.
Petre, Alina. 2020. Who Should Take Iron Supplements? . https://www.healthline.com/nutrition/iron-supplements-who-should-take
Kementerian Kesehatan RI. 2022. Anemia Defisiensi Besi Pada Anak. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/182/anemia-defisiensi-besi-pada-anak
Cafasso, Jacquelyn. 2020. 10 Iron-Rich Foods Your Toddler Needs. https://www.healthline.com/health/parenting/iron-rich-foods-for-toddlers#supplements
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. https://www.andrafarm.com/_andra_farm/_pdf/Permenkes%20No%2028%20Tahun%202019%20Angka%20Kecukupan%20Gizi%20-%20AKG.pdf
Mayo Clinic. 2018. Autism Spectrum Disorder. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/autism-spectrum-disorder/symptoms-causes/syc-20352928
Baca Juga:
16 Makanan yang Mengandung Zat Besi Tertinggi untuk Anak 2 Tahun
Anak Kekurangan Zat Besi, Harus Makan Apa? Pilih Ini Yuk, Parents!
8 Buah yang Mengandung Zat Besi Tertinggi dan Terbaik untuk Anak