Mengenal Food Waste, Kebiasaan Buang-Buang Makanan yang Membahayakan Lingkungan 

Food waste bisa picu global warming, simak cara untuk mengatasinya!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Makanan yang terbuang baik dalam industri maupun rumah tangga merupakan bagian dari fenomena food waste. Menurut The Economist Intelligence Unit pada 2017,  Indonesia menjadi penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Hal ini salah satunya diakibatkan karena masyarakat suka membuang dan tidak menghabiskan makanan.

Hal tersebut bisa menjadi masalah lingkungan yang serius. Sebab, sampah-sampah makanan bisa menyebabkan pencemaran air dan emisi karbon. Gas dari limbah makanan akan terbawa ke atmosfer dan berpotensi merusak lapisan ozon. Pada akhirnya bisa memperparah pemanasan global. 

Apa itu Food Waste? 

Sumber : unsplash

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), food waste didefinisikan sebagai makanan yang layak untuk dikonsumsi manusia tetapi terpaksa dibuang, baik setelah disimpan di luar tanggal kedaluwarsa atau dibiarkan rusak. Makanan tersebut sebenarnya layak dikonsumsi hanya saja terpaksa dibuang karena sejumlah alasan, seperti kelebihan pasokan karena pasar, atau kebiasaan belanja/makan konsumen individu.

Makanan tersebut sebenarnya layak makan tetapi karena bentuknya tidak memenuhi standar pasar akhirnya tidak lulus sortir untuk dijual. Contoh lain, di tingkat rumah tangga kebiasaan menyetok banyak makanan dan tidak dihabiskan sehingga membiarkannya kedaluwarsa. 

Selain itu juga dikenal istilah food loss yang juga merujuk kepada limbah makanan. Namun, keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Food loss mengacu pada terbuangnya makanan karena penurunan kualitas oleh banyak sebab, seperti  infrastruktur dan logistik yang buruk, kurangnya teknologi, dan juga bencana alam. 

Artikel terkait : So Klin White & Bright, Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan

Penyebab Food Waste dalam Kehidupan Sehari-hari 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber : unsplash

Seringkali tidak disadari, kebiasaan manusia dalam terkait penggunaan bahan makanan menjadi sumber utama masalah sampah makanan. Berikut beberapa contoh perilaku yang menyebabkan food waste dalam kehidupan sehari-hari. 

  • Tidak menghabiskan makanan.
  • Mengambil makanan tidak sesuai dengan porsi makan.
  • Membeli atau memasak makanan yang tidak disukai hingga akhirnya terbuang.
  • Gaya hidup menghabiskan makanan di depan orang ramai.
  • Kebiasaan sortir makanan, bahan yang masih segar dianggap tidak lolos pasar hanya karena bentuk, warna, dan ukuran tidak memenuhi standar. 
  • Membuang makanan yang belum atau telah melewati tanggal kedaluwarsa tetapi masih layak dikonsumsi. 

Sementara itu contoh perilaku yang menyebabkan food loss, antara lain: 

  • Proses pra-panen yang dianggap tidak memenuhi mutu pasar. 
  • Terjadi permasalahan dalam penyimpanan, penanganan, pengemasan sehingga produsen memutuskan untuk membuang bahan makanan tersebut. 
  • Permainan harga pasar antara agen dan distributor sehingga harga melonjak tajam, pada akhirnya bahan makanan tidak terjual. 
  • Banyak menampung makanan di tempat penyimpanan tetapi tidak digunakan sehingga kualitasnya menurun dan terpaksa dibuang. 

Artikel terkait : Indonesia Penyumbang Sampah Makanan Terbesar Kedua di Dunia: Stop Sia-siakan Makananmu!

Bagaimana Cara Mengatasinya? 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber : unsplash

Makanan yang tidak dikonsumsi pada akhirnya menjadi sampah yang menumpuk di tempat pembuangan. Hal ini bukan hanya menjadi masalah makanan tetapi juga berdampak pada lingkungan.

Ada banyak sekali cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk membantu mengatasi masalah ini. Mungkin tidak akan menuntaskannya tetapi bisa membantu menguranginya, antara lain: 

  • Buat daftar makanan yang ingin dimasak dalam satu minggu 
  • Mengatur makanan di kulkas: Letakkan makanan lama lebih dekat dengan bagian depan lemari es sehingga tidak tertimbun bila diisi bahan makanan yang baru. 
  • Pahami label kedaluwarsa: pahami perbedaan tanggal kedaluwarsa makanan dan tanggal produksi. Orang yang tidak mengerti kerap salah memahami dan membuang makanan. 
  • Jangan membuang-buang makanan: pastikan bahan makanan yang telah dibeli, diolah kemudian dimakan. 
  • Berbagi dengan tetangga: membagikan bahan layak konsumsi kepada tetangga bisa membantu mengurangi limbah makanan. 
  • Berbelanja makanan dengan bijak: buatlah daftar belanja makanan sebelum ke pasar untuk memastikan membeli bahan-bahan yang dibutuhkan saja. 

Artikel terkait : Mudah! 3 Cara Membuat Kompos dari Sisa Makanan dan Kotoran Binatang

Kurangi Limbah Makanan dengan Mengomposnya 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber : unsplash

Mengutip Food Tank, Denise Osterhues, Presiden dari Kroger’s Zero Hunger Zero Waste Foundation menyarankan untuk mengompos sisa-sisa makanan di rumah tangga untuk mengurangi limbah. Ketika makanan tidak lagi aman untuk dimakan atau disumbangkan tentu akan berakhir menjadi sampah makanan. 

Pengomposan tidak hanya mengurangi jumlah makanan yang dikirim ke tempat pembuangan sampah, tetapi juga menghasilkan bahan organik yang dapat menyuburkan tanah dan mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia.

Beberapa bahan-bahan sisa makanan yang bisa dijadikan kompos antara lain: buah-buahan, sayur-sayuran, cangkang telur, bubuk kopi dan filter, kantong teh, kulit kacang, sobekan koran, kardus, kertas, potongan rumput, tanaman hias, jerami, daun-daun, serbuk gergaji, serpihan kayu, kain Katun dan Wol, rambut dan bulu, dan abu perapian

Nah, itu dia Parents pengertian food waste serta cara mengatasinya. Sekarang sudah mengerti, kan? Yuk manfaatkan bahan makanan dengan bijak! 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

***

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga :

Tips Kurangi Sampah Sisa Makanan, MasterChef Singapura Tantang dengan Bahan Unik!

Indonesia Penyumbang Sampah Makanan Terbesar Kedua di Dunia: Stop Sia-siakan Makananmu!

Cara pintar memisahkan sampah organik dan sampah anorganik