Istilah fexting baru baru ini menjadi populer sejak Jill Biden, Ibu Negara AS mengaku kepada Harper’s Bazaar, tentang kebiasaannya tersebut. Ia menyatakan kerap melakukan fexting selama hubungan pernikahannya untuk menghindari pertengkaran di depan Secret Service.
Seperti pasangan petinggi Amerika tersebut, banyak pasangan masayarakat umum yang kerap mempraktikan fexting. Mungkin Anda juga salah satu di antaranya. Namun, apakah Anda telah mengenal istilah tersebut dan apa pro kontranya?
Yuk simak ulasan tentang fexting berikut ini!
Artikel Terkait: 3 Tipe Konflik Pernikahan, Ini Cara Mengatasinya
Apa itu Fexting?
Fexting sebenarnya adalah akronim dari kata fighting dan texting. Secara harfiah, istilah tersebut berarti pertengkaran lewat tulisan atau chat.
Hal ini tidak hanya terbatas dalam pasangan, tetapi juga dapat terjadi antar teman maupun di dalam keluarga. Di dunia dimana masyarakat kerap berkomunikasi secara online, tidak mengherankan jika terjadi argumen di ranah digital. Namun, perlu ditelaah lagi apakah cara ini adalah langkah yang paling sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
Artikel Terkait: Usia Pernikahan Rawan Konflik, Atasi Sebelum Hancurkan Rumah Tangga
Manfaat Fexting
Keterampilan seseorang dalam berkomunikasi dan menghadapi konflik sangat tergantung dengan apa yang membentuknya saat tumbuh. Bagi beberapa orang yang tumbuh dalam lingkungan yang biasa menghindari konflik, mereka dapat kebingungan saat harus menghadapi konflik.
Sementara bagi orang yang tumbuh dalam lingkungan yang terbiasa berbicara keras tanpa berpikir dua kali, mereka mungkin tidak memahami dampak kata-kata yang mereka ucapkan atas perasaan orang lain.
Berdasarkan kondisi tersebut ada beberapa manfaat fexting dalam suatu hubungan:
- Memberikan kesempatan, bagi orang yang kesulitan mengartikulasikan apa yang dirasakan, dengan lebih baik.
- Menghindarkan orang yang kewalahan, dari diskusi panas dan stimulasi sensorik berlebihan yang kerap terjadi saat berhadapan langsung. Dengan demikian, mereka dapat menavigasikan masalah dalam suasana yang lebih nyaman.
- Saling menuliskan dan membaca argumen dapat memberikan waktu untuk melihat masalah dan memberi kita waktu untuk memproses apa yang terjadi. Tanpa tekanan untuk langsung merespons, kedua pihak sebenarnya dapat kembali dengan wawasan yang lebih bijaksana, merespons lebih hati-hati daripada yang mungkin kita lakukan secara langsung, terutama ketika berhadapan dengan orang-orang yang lebih condong pada konflik daripada kita.
- Menghindari kata-kata menyakitkan yang spontan terucap sedang dalam keadaan marah. Melihat kata-kata Anda (yang akan dikirimkan) dalam bentuk fisik dapat membuat kita lebih hati-hati, serta membantu kita dan orang lain tetap bertanggung jawab.
Artikel Terkait: Konflik Rumah Tangga Tidak Selalu Buruk, Ini Penjelasan Psikolog
Kekurangan Bertengkar Lewat Teks
Sementara itu konflik yang produktif sebenarnya adalah cara untuk membantu kita lebih memahami orang dan diri kita sendiri. Bahkan setelah menghadapi suatu konflik, kita sering kali menjadi pribadi yang lebih baik.
Walaupun bertengkat melalui teks memiliki beberapa sisi positif, cara tersebut juga memiliki kekurangan. Berikut adalah kekurangan fexting dalam penyelesaian konflik:
- Fexting tidak dapat menyampaikan komunikasi yang tersirat secara non-verbal. Komunikasi online dapat kurang menyampaikan maksud Anda dan juga membaca maksud mereka. Mudah untuk salah menafsirkan makna dan emosi dari sebuah tulisan. Bahkan tanda baca dan emoji pun dapat disalahartikan.
- Adanya jeda saat membaca dan mengartikan pesan, dapat juga disalah artikan sebagai penundaan atau bahkan ghosting. Terlebih jika dalam kondisi terbakar amarah.
- Kurangnya empati karena tidak dapat melihat bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan isyarat lainnya.
- Tidak dapat mengukur situasi dengan baik. Tidak jelas apakah situasi memerlukan tekanan lebih atau malah telah tercapai situasi yang mereda.
- Adanya jejak digital yang dapat menjadi konflik lanjutan saat masalah tersebut diungkit kembali di masa depan.
Jadi apakah fexting bisa menjadi cara yang tepat untuk menyelesaikan konflik, hal tersebut tentunya tergantung dari kondisi dan seberapa perlu konfrontasi diperlukan. Poin penting, adalah saat melakukannya, kedua pihak mawas akan sisi positif dan kekurangan dari pertengkaran yang dilakukan melalui teks. Semoga ulasan ini bermanfaat ya Parents!
Sumber:
The Problem With Our ‘Fexting’ Habit
www.refinery29.com/en-gb/what-is-fexting#:~:text=Unlike%20its%20intimate%20cousin%2C%20sexting,we’ve%20all%20done%20it
***
Baca Juga:
Atasi Konflik Hingga Perkuat Komitmen, Ini 8 Manfaat Konseling Pernikahan
5 Kunci Komunikasi dengan Pasangan, Cegah Terjadinya Konflik yang Bikin Pusing
6 Penyebab Depresi Setelah Menikah, Ini Cara Mengatasinya