Perceraian Doddy Sudrajat dan Puput sedang menjadi topik hangat di masyarakat. Perceraian bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan, perceraian terjadi pada semua golongan umur dalam rumah tangga. Gray divorce adalah sebutan untuk fenomena banyaknya pasangan berumur di atas 50 tahun yang melakukan perceraian.
Mengapa Fenomena Gray Divorce Marak Terjadi?
Dilansir dari Nbcnews.com, 1 dari 4 orang yang bercerai di Amerika telah berusia diatas 50 tahun. Berdasarkan riset yang dilakukan, pasangan yang sudah menikah beberapa dekade dapat bercerai karena banyak faktor yang menyebabkan kedua individu saling menjauh (drift apart).
Terdapat beberapa hal yang membuat pasangan sangat mungkin berpisah di usia yang sudah lanjut, antara lain:
1. Rumah Sudah Kosong (Empty nest)
Sumber Promise Behavioral Health
Setelah anak dewasa dan tidak lagi tinggal serumah dengan orang tua, banyak pasangan yang merasa bahwa pernikahan mereka tidak begitu kuat. Tidak heran, pernikahan perlahan hambar dan berakhir.
2. Perceraian yang Tertunda
Pernahkah mendengar pasangan yang enggan bercerai demi anak? Kehadiran anak menjadi alasan pasangan memilih bertahan. Pun hal seperti ini seolah biasa di Indonesia.
Akhirnya, pasangan menunggu semua anaknya lebih dewasa bahkan lanjut. Barulah perpisahan dianggap yang terbaik.
Artikel terkait : 7 Perilaku yang Bisa Menjadi Penyebab Perceraian, Parents Wajib Tahu!
3. Kehidupan Karir Menurun
Usia lanjut saatnya bersantai dan menikmati hidup. Namun, tidak sedikit pasangan yang merasa impak besar situasi ini terhadap kondisi pernikahan mereka.
Dengan berhentinya rutinitas bekerja, banyak pasangan yang justru tidak menemukan kesamaan dengan suami atau istri mereka. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan dalam rumah tangga.
4. Kebutuhan Finansial
Tidak bisa dipungkiri, pasangan akan berpikir ulang untuk mengakhiri pernikahan. Terlebih jika hanya ada satu tiang pemasukan di dalam rumah tangga. Pasangan akan bergantung dan bertahan, walaupun pernikahan sebenarnya sudah tidak membahagiakan.
“Kemampuan untuk menghidupi diri sendiri ketika Anda bergantung pada pasangan Anda hampir di seluruh masa pernikahan. Itulah masalah terbesarnya,” kata Elliot Green, pengacara hukum keluarga yang berpraktik di New York City.
Tak hanya soal membagi aset dan kekayaan, namun juga berbagi urusan keuangan yang selama ini ditangani bersama atau diserahkan pada satu pihak saja.
5. Ketidakpuasan dalam Rumah Tangga
Grey divorce juga dapat terjadi karena ketidakpuasan yang dirasakan dalam rumah tangga. Salah satu penyebabnya kehadiran orang ketiga yang menyebabkan retaknya bahtera rumah tangga.
6. Perubahan Budaya
Seiring dengan waktu terdapat banyak perubahan terhadap budaya terutama terkait peran dan gender. Beberapa generasi lalu, pandangan orang mengenai pernikahan yang baik adalah ketika masing-masing suami dan istri sebatas melakukan peran mereka dengan baik. Istri di rumah memasak, menjaga anak. Suami mencari nafkah.
Pandangan orang sekarang terhadap perceraian sangatlah berbeda dengan zaman dahulu. Dulu, terdapat stigma buruk yang menempel ketika pasangan bercerai.
Seiring dengan waktu, pernikahan lebih kompleks, dan bukan hanya sebatas permainan peran. Banyak tuntutan yang diletakkan ke istri maupun suami.
Artikel terkait : 6 Tips Pengelolaan Keuangan Jika Parents Harus Menghadapi Perceraian
Lalu, Apa Dampak Gray Divorce?
Sumber Home Care
Berdasarkan penelitian yang dilakukan IFStudies.org, reaksi antara laki-laki dan perempuan yang mengalami gray divorce sangatlah berbeda. Begitu pula dampaknya terhadap anak.
Dampak Bagi Laki-laki
Setelah mengalami gray divorce, dampak yang terlihat dari segi hubungan dengan anak yang sudah dewasa, laki-laki cenderung menjadi tidak begitu dekat dengan anak mereka. Dan jika memutuskan untuk menikah lagi kemungkinan akan menyebabkan ayah dengan anak semakin menjauh.
Sebagian besar ayah membantu anak dewasa secara finansial. Hal ini disebabkan karena banyak laki-laki yang kurang pandai menunjukkan kedekatan secara verbal, namun melalui cara lain.
Dampak Bagi Perempuan dan Anak
Dampak bagi perempuan yang mengalami gray divorce adalah mereka akan lebih mendekatkan diri dengan anak, namun tidak begitu membantu secara finansial.
Karena perceraian dapat menciptakan ketegangan antara anak dan orang tua, sangatlah wajar jika anak mengalami kesulitan menerimanya. Sebagian besar diantaranya merasa terkejut, sedih, bingung dan kewalahan karena perasaan yang dia rasakan. Tak jarang jika perceraian orang tua menimbulkan trauma bagi anak.
Perceraian memang hal yang tidak diinginkan pasangan, sebisa mungkin menjadi jalan akhir jika memang itu yang harus dilakukan. Semoga bermanfaat!
***
Baca juga :
Silent Treatment Saat Bertengkar dengan Pasangan, Apa Bahayanya untuk Hubungan Pernikahan?
5 Alasan Pentingnya Mengucapkan Terima Kasih dalam Pernikahan
10 Tips Menjaga Pernikahan Tetap Harmonis Selama Masa Pandemi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.