Sakit gigi. Rasa nyeri di area mulut dan rahang ini bisa dialami oleh siapa pun juga. Meski banyak yang mengalaminya, fakta dan mitos kesehatan gigi masih kerap bermunculan di tengah masyarakat.
Fakta dan mitos kesehatan gigi apa saja?
Mitos terkait dengan kondisi kesehatan memang masih menjadi makanan sehari-hari masyarakat Indonesia. Tak terkecuali perihal sakit gigi. Sebenarnya, sakit gigi bukanlah sesuatu yang merepotkan. Namun, rasa sakit menjadi tiada duanya ketika terjadi radang pada area pulpa atau saraf gigi yang menjadi bagian tubuh paling sensitif.
Saat pulpa meradang akibat iritasi atau terinfeksi, saat itulah rasa sakit amat sangat dirasakan oleh seseorang. Biasanya, kebanyakan orang akan merasakan deretan gejala berikut jika sakit gigi menyerang:
- Sakit berasa tajam, tumpul, berdenyut yang berlangsung spontan. Rasa sakit ini bisa saja berlangsung cepat atau konstan (hilang timbul)
- Sensitif terhadap makanan dan minuman dingin atau manis
- Terasa tidak nyaman bila tak sengaja menekan area gigi
- Demam
- Sakit kepala
- Tidur malam jadi terganggu
- Pembengkakan pada gusi atau wajah
Artikel terkait: Tahapan Tumbuh Kembang Rahang dan Gigi Anak Berdasarkan Usianya, Parents Jangan Abai!
8 Fakta dan Mitos Kesehatan Gigi
Faktanya, sebanyak 72,3% penduduk Indonesia pernah mengalami karies gigi atau gigi berlubang yang berpotensi menyebabkan sakit gigi. Hal inilah yang rupanya menjadi alasan utama banyak orang baru berkunjung ke dokter gigi.
Dalam sesi webinar ‘Mitos dan Fakta Seputar Sakit Gigi’ yang dilangsungkan RS. Pondok Indah, Dr. drg. Rina Permatasari, Sp. KG membeberkan sejumlah fakta mitos kesehatan gigi yang sayangnya masih lekat di benak masyarakat.
Fakta dan mitos kesehatan gigi apa saja?
1. Gigi Berlubang Bisa Diatasi Hanya dengan Pasta Gigi Berfluoride
Merujuk pada polling kecil-kecilan, sebanyak 33% orang peserta masih percaya bahwa gigi berlubang bisa diatasi hanya dengan pasta gigi yang mengandung fluoride. Lantas, benarkah demikian?
Faktanya, gigi berlubang tidak dapat diatasi hanya bermodalkan pasta gigi saja. Menyikat gigi dengan pasta gigi berkalsium hanya sekedar membantu menutup micro cavities yang tidak kasat mata. Jika libang pada gigi lebih besar, maka tetap harus menjalani tindakan yakni dengan menambal gigi.
Umumnya, sebelum dokter melakukan penambalan akan dilakukan uji lebih dahulu apakah ada bagian saraf yang terbuka yang dapat mengganggu kinerja sistem saraf lainnya.
2. Menyikat Gigi dengan Bulu Sikat Keras Membuat Gigi Lebih Bersih
Sering kali banyak orang beranggapan bahwa memilih sikat gigi dengan bulu sikat gigi yang keras lebih ampuh membuat gigi kita lebih bersih.
Padahal, langkah ini dapat merusak lapisan gigi. Lapisan email gigi yang terkikis sedikit demi sedikit dapat menyebabkan abrasi gigi. Semakin tipis lapisan email gigi, semakin mudah gigi terasa linu.
Contoh paling nyata adalah timbul cekungan pada bagian atas gusi yang akan terasa linu ketika kita mengonsumsi minuman dingin bahkan ketika terkena angin. Oleh karena itu, berhati-hatilah memilih sikat gigi.
Pilihlah bulu sikat yang lembut dan gunakan tekanan ringan sewajarnya saja saat menyikat gigi untuk mencegah lapisan pelindung gigi menipis dari waktu ke waktu.
Artikel terkait: Lakukan Sejak Dini, Ini Tips Merawat Gigi dan Mulut Balita agar Tetap Sehat
3. Gigi yang Putih = Sehat
Di samping kulit, memiliki warna gigi putih cemerlang menjadi dambaan. Tak sedikit orang yang berlomba membeli ragam pemutih gigi agar giginya putih. Gigi putih bahkan menjadi tolok ukur kondisi gigi sehat.
Sayangnya, warna gigi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebut saja usia hingga pola hidup sehari-hari. Jika Anda rajin merokok dan tidak memerhatikan apa saja makanan dan minuman yang menjadi asupan, maka gigi akan selamanya jauh dari putih.
Gigi yang sehat adalah gigi yang tidak berlubang dan kuat, alias tidak mengalami goyang.
4. Mengalami Sakit Gigi Sebaiknya Langsung Dicabut
Takut dicabut seolah menjadi momok nih bagi seseorang memeriksakan gigi ke dokter, padahal tidak selalu!
Saat pemeriksaan gigi, akan ada banyak terapi yang bisa dilakukan. Dokter akan mencari lebih dulu apa penyebab sakit gigi, dan apakah memungkinkan jika mencoba cara lain pengobatan sakit gigi. Pencabutan gigi akan dilakukan jika kerusakan yang ditimbulkan sudah parah.
Artikel terkait: Tidak Cukup Sikat Gigi, Ini Cara yang Benar Jaga Kesehatan Mulut Menurut Dokter
5. Air Garam Bisa Jadi Pertolongan Pertama Sakit Gigi
Polling kecil yang diadakan membuktikan sebanyak 86% orang meminum air garam untuk meredakan sakit gigi, sementara 14% lainnya memanfaatkan air es agar sakit pada gigi berkurang.
Kabar gembiranya, ini adalah fakta. Berkumur air garam menjadi salah satu cara untuk meredakan sakit gigi sementara. Air hangat dicampur garam dapat membantu mengikis kotoran yang bersarang di antara gigi, berfungsi sebagai desinfektan, dan mengurangi peradangan.
Caranya juga mudah. Aduk setengah sendok teh garam ke dalam segelas air hangat lalu berkumur selama beberapa saat. Jika sudah terjadi pembengkakan dan nyeri, bisa menggunakan kompres menggunakan es yang dibungkus dalam handuk ke area yang nyeri. Lakukan cara ini selama 20 menit dan ulangi setiap beberapa jam.
Parents juga bisa melakukan cara berikut sebagai pertolongan pertama sakit gigi:
- Mengonsumsi parasetamol, ibuprofen, dan asetaminofen yaitu gel untuk meredakan nyeri di area mulut
- Konsumsi makanan lunak untuk sementara waktu dan hindari mengunyah menggunakan gigi yang sedang sakit
- Hentikan merokok
- Manfaatkan ramuan herbal seperti minyak cengkeh, ekstrak vanilla, minyak esensial atau teh peppermint, pasta bawang putih, dan propolis
6. Mitos Tentang Sakit Gigi: Gunakan Sikat Gigi Keluarga yang Sedang Sakit Gigi Bisa Menular?
Faktanya, sakit gigi bukanlah penyakit menular. Namun, tak menutup kemungkinan bakteri dan kuman yang ada di gigi bisa menular kendati risikonya kecil.
Misalnya ketika anak menggunakan sakit gigi kepunyaan ibu, bisa saja bakteri yang ada di mulut ibu menular ketika ibu meniupkan makanan yang akan dikonsumsi anak. Untuk itu, sebisa mungkin hindari berbagi sikat gigi sekalipun dengan anggota keluarga paling dekat.
7. Obat Kumur Beralkohol Bagus untuk Obati Sakit Gigi, Benarkah?
“Kami sebagai dokter gigi tidak terlalu menyarankan penggunaan obat kumur sebagai cara mengobati sakit gigi,” ujar drg. Rina.
Banyak kasus orang akan berlari pada obat kumur dengan kandungan alkohol ketika gigi sakit. Namun, terlalu sering akan membuat mulut menjadi kering. Padahal, gigi dalam kondisi normal diperlukan untuk mencegah serangan dari luar. Terlebih, alkohol akan membuat lapisan dentin rentan terpapar asam dan bakteri.
Oleh karena itu, gunakanlah obat kumur hanya ketika terjadi masalah pada gigi. Misalnya, akan bertemu kolega kerja dan membutuhkan penyegaran mulut.
8. Sakit Gigi Mampu Sembuh dengan Sendirinya
Siapa sangka, masih banyak lho masyarakat yang percaya bahwa sakit gigi dalam waktu sebentar saja bisa sembuh dengan sendirinya. Faktanya, sakit gigi tetap membutuhkan perawatan untuk mengukur seberapa besar dampaknya terhadap kesehatan.
Jangan abaikan jika sakit gigi sudah membuat Anda merasakan beberapa hal berikut:
- Bertahan lebih dari 2 hari, dan rasa sakitnya tidak hilang walaupun sudah mengonsumsi obat penghilang rasa sakit
- Mengganggu aktivitas keseharian
- Membuat Anda sulit tidur
- Disertai demam, nyeri saat menggigit, gusi merah/berdarah/bengkak, juga tidak nyaman di mulut
- Pembengkakan area pipi hingga area mata dan leher
- Kesulitan membuka mulut dan menelan
Parents, semoga informasi fakta dan mitos kesehatan gigi bermanfaat untuk Anda dan keluarga.
Baca juga:
11 Cara Obati Gigi Berlubang, Bisa Beli di Apotek dan Gunakan Bahan Alami
Usir Rasa Takutnya, 7 Tips Mengajak Anak Periksa Gigi ke Dokter
3 Kebiasaan yang Merusak Gigi, Jangan Biarkan Si Kecil Melakukannya