Pernahkah Bunda mendengar tentang erosi serviks?
Reffi, sebut saja demikian, salah seorang teman semasa sekolah dulu sempat bercerita dan mengeluh kalau dirinya mengalami keputihan yang cukup parah. Ia bahkan mengatakan bahwa keputihannya ini sudah dirasakan bertahun-tahun. Jauh sebelum dirinya menikah.
Bukannya tidak memedulikan kesehatan organ intimnya, sejak awal ia pun sudah berkonsultasi ke dokter spesialis. Konsultasi mengenai kondisi yang ia alami. Sebagai perempuan, Reffi cukup memahami bahwa kondisi keputihan tidaklah bisa disepelekan.
Apalagi setelah menikah dirinya memutuskan untuk tidak menunda kehamilan. Oleh karena itu, ia ingin memastikan bahwa keputihan yang dialami memang tidak berbahaya.
Setelah mengunjugi beberapa dokter spesialis, akhirnya Reffi menemukan jawaban yang selama ini ia cari. Bahwa dirinya mengalami erosi serviks.
Rupanya, kasus erosi serviks ini tidak hanya Reffi yang mengalami, setidaknya saya pernah membaca di sebuah forum yang membahas masalah satu ini. Faktanya, tidak sedikit perempuan yang mengalaminya. Padahal, jika dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini bisa berisiko dan menyebabkan masalah infertilitas.
Apa saja gejala erosi serviks dan apakah kondisi ini berbahaya bagi perempuan
Erosi serviks mungkin memang tidak terlalu umum didengar. Padahal tidak sedikit perempuan yang mengalami erosi serviks.
Perlu dipahami lebih dahulu bahwa erosi serviks merupakan sebuah kondisi di mana leher rahim mengalami kondisi abnormal karena lapisan dari rahim melebar atau meluas sehingga melapisi ujung dari leher rahim. Jika hal ini terjadi maka jaringan lebih berisiko mengalami meradang atau infeksi.
Seperti yang dijelaskan dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid, bahwa erosi serviks merupakan temuan yang umum pada pemeriksaan ginekologis rutin pada perempuan usia subur. Erosi didefinisikan sebagai ausnya jaringan.
“Serviks terdiri 2 tipe sel, bagian luar oleh sel skuamosa dan bagian dalam oleh sel glandular yang mensekresi mukus. Ketika terjadi erosi lapisan sel skuamosa digantikan oleh sel epitel kolumnar dari bagian dalam serviks. Keadaan ini menyebabkan jaringan lebih mudah terinfeksi atau mengalami inflamsi,” tulisnya di laman Klik Dokter.
Namun, salah satu faktor yang bisa memengaruhi atau menyebabkan erosi serviks dikarenakan adanya perubahan hormon pada perempuan.
Oleh karena itulah kondisi ini sering kali ditemui pada ibu hamil, perempuan baru saja melahirkan, pengguna pil KB, hingga perempuan yang alami trauma saat melakukan hubungan intim.
Walaupun sering tidak bergejala, erosi serviks ini juga menimbulkan peningkatan sekresi mukus dari vagina atau perdarahan dari vagina, seperti yang dipaparkan oleh dr. Resthie.
Terkait dengan pandangan yang mengatakan bahwa erosi serviks bisa menyebabkan sulit hamil, sebenarnya tidak secara langsung dapat mengganggu kesuburan.
Namun, jika terjadi infeksi parah saat mengalami erosi serviks, maka bisa terjadi sumbatan pada saluran telur atau tuba falopi. Oleh karenanya, kondisi inilah yang sebenarnya bisa menghambat kehamilan.
Oleh karena itulah, kesehatan area organ intim memang tidak boleh disepelekan. Pun jika terjadi keputihan berlarut-larut yang menyebabkan Bunda tidak nyaman, tidak ada salahnya memeriksakan diri ke dokter. Dengan begitu, harapannya infeksi bisa dicegah dan Bunda mendapatkan penanganan yang tepat.
Sebab, pengobatan masalah kesehatan reproduksi ini memang memerlukan penangangan yang tepat dilihat dari penyebabnya. Jika ditemukan adanya infeksi, maka dokter biasanya akan memberikan antibiotik. Namun, bila disebabkan karena trauma, misalnya akibat douche vagina, makan perlu menghindari penyebabnya.
Baca juga:
Benarkah haid tak teratur sebabkan sulit hamil? Ini jawabannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.